NovelToon NovelToon
Mawar Merah Berduri

Mawar Merah Berduri

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Nur Aini

Mawar merah sangat indah, kelopak merah itu membuatnya tampak mempesona. Tapi, tanpa disadari mawar merah memiliki duri yang tajam. Duri itulah yang akan membuat si mawar merah menyakiti orang orang yang mencintainya.

Apakah mawar merah berduri yang bersalah? Ataukah justru orang orang yang terobsesi padanyalah yang membuatnya menjadi marah hingga menancapkan durinya melukai mereka??!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12 Salah paham

Leni pulang kuliah diantar sama Wendi menggunakan motornya.

"Kak, mampir alfamart bentar ya. Gue lupa lagi, mau bayar listrik sama air."

"Oke."

Wendi mempercepat laju motornya. Begitu tiba di alfamart, Leni pun langsung membayar tagihan listri dan air. Tidak lupa dia membelikan minuman untuk dirinya dan Wendi.

"Kak minum dulu."

"Thanks."

Mereka duduk di kursi yang tersedia di depan alfamart untuk menikmati minuman mereka.

Tiba tiba Leni mendengar suara teriakan yang tidak jauh dari tempat mereka.

"Kak Wendi mendengar sesuatu gak?" tanya Leni yang di anggukkan oleh Wendi.

Dengan cepat mereka berlari kearah samping alfamart tepatnya di gang sempit nan gelap itu. Rupanya ada empat orang cowok berseragam SMA yang sesang memukul satu orang anak SMA lainnya.

"Woy!" Teriak Wendi.

Teriakan Wendi berhasil membuat mereka berhenti memukul.

"Gio!" Teriak Leni saat melihat jelas wajah orang yang kena pukulan itu.

"Apa yang kalian lakukan?" Gertak Wendi menghampiri mereka.

Bukannya takut, anak anak itu malah tersenyum geli menatap Wendi dan Leni.

"Cewek cantik, boleh juga..." ledek mereka, lalu mereka menertawakan Wendi dan Leni.

"Bocah edan." gumam Wendi yang membuat anak anak itu murka.

Mereka maju berniat hendak melecehkan Wendi, tapi sayangnya Wendi bukan cewek cengeng dan penakut. Dia pun memukul satu persatu bocah bocah itu.

Sementara Wendi meladeni bocah bocah itu, Leni pun dengan cepat membantu Gio.

"Ya ampun Gio. Kamu pasti ketakutan. Sakit banget ya." Leni memeriksa keadaan wajah Gio yang biru biru, juga siku tangannya yang terluka.

Uwiii

Uwwwiii

Uuuwwwiii

Tiba tiba terdengar suara sirine mobil polisi. Dengan cepat anak anak nakal itu kabur, menyisakan Wendi, Leni dan Gio.

"Apa yang kalian lakukan pada siswa ini?" Tanya polisi yang dengan gagahnya menodongkan pistol pada Wendi dan Leni.

"Cepat, tangkap mereka. Bawa ke kantor."

Mereka tidak memberi kesempatan pada Wendi dan Leni untuk menjelaskan. Yang ada mereka langsung diringkuk masuk mobil polisi.

Anehnya mereka tidak takut sama sekali, karena memang mereka tidak melakukan kesalahan. Yang terjadi saat ini, Leni menghawatirkan Gio yang babak belur, tapi Gio malah menatap khawatir pada Wendi yang tidak menyadari dirinya ditatap oleh siswa SMA itu.

Setibanya di kantor polisi, Wendi menjelaskan semuanya. Gio juga mengatakan bahwa Wendi dan Leni berniat menolongnya. Tidak lupa Gio juga melaporkan siapa saja teman yang telah merundungnya tadi.

Dan sebenarnya Gio memang sengaja menyusun rencana seperti tadi untuk membuat empat orang penjahat itu tertangkap dan berhenti membuli teman teman lainnya.

Mendengar cerita Gio membuat Leni semakin jatuh hati pada anak SMA itu. Sedangkan Wendi sendiri terlihat biasa saja.

"Harus ada wali yang bisa bertanggung jawab pada kalian. Bisa saja kalian mengancam siswa ini untuk membuat pengakuan demikian."

"Saya tidak punya wali pak, karena saya wali untuk diri saya sendiri." sahut Wendi.

"Tidak bisa. Kalian berdua mahasiswa dan anak ini masih SMA. Panggil wali kalian, atau kalian berdua harus bermalam di penjara malam ini." ancam pak polisi.

Dengan cepat Leni memberikan kontak abangnya pada pak polisi yang langsung mengabarkan pada Bimo tentang keberadaan Leni dan Wendi saat ini.

Bimo yang baru saja hendak menutup cafe, begitu terkejut mendapat telepon dari polisi.

"Apa lagi kali ini yang dibuat oleh si Wendi gila itu?!" Teriak Bimo kesal.

Tapi kemudian, dia bergegas menuju kantor polisi.

"Apa yang terjadi?" Tanyanya saat melihat Leni dan Wendi duduk di depan meja polisi.

"Oh apakah anda bapak Bimo?" tanya pak polisi.

"Iya. Saya wali mereka pak."

Bimo pun akhirnya meyakinkan pak polisi bahwa semua ini kesalah pahaman seperi apa yang dikatakan Wendi dan Leni serta pernyataan Gio, tapi tetap saja polisi masih tidak percaya.

Namun pada akhirnya mereka diizinkan pulang setelah Bimo menandatangani surat perjanjian dengan pihak kepolisian dan juga membayar denda tentu saja.

Keluar dari kantor polisi, Bimo meminta Leni membawa Gio masuk ke mobilnya.

"Leni, bawa Gio ke mobil. Abang mau bicara sama dia." titah nya.

"Tapi bang, kak Wendi gak melakukan kesalahan apapun."

"Diam! Lebih baik kamu cepat masuk ke mobil." teriaknya.

Dengan berat hati, Leni pun masuk ke mobil bersama Gio yang sejak tadi hanya diam saja. Dia bahkan tidak mengatakan apapun saat polisi menanyakan tentang kedua orangtuanya.

Sementara itu, saat ini Bimo menatap tajam wajah Wendi. Dia ingin marah pada gadis menyebalkan yang berakhir membawa adiknya berurusan dengan polisi. Tapi, entah mengapa melihat sudut bibir Wendi yang sedikit berdarah, membuatnya mengurungkan amarahnya.

"Apa kamu terluka di bagian lain?" tanya Bimo yang membuat Wendi mengdongak untuk melihat bagaimana raut wajah pria itu saat bertanya seperti itu.

"Kamu baik baik saja, kan?" Ulangnya yang malah menyebut Wendi dengan kamu bukan lu lagi.

"Lu kenapa? Kesambet apaan dah..." ujar Wendi heran.

"Aku gak kesambet kok. Aku hanya khawatir sama kamu."

"Hah?!"

"Wendi, aku tau selama ini aku selalu berpikir buruk tentang kamu. Tapi, malam ini aku bangga sama kamu. Kamu begitu berani melawan bocah bocah gila demi menyelamatkan nyawa orang lain."

"Santai aja kali. Gue udah biasa, kehidupan gue emang gini dari dulu."

"Tapi tetap saja aku khawatir, walau bagaimanapun kamu tetaplah seorang perempuan yang perlu perlindungan."

Wendi merinding geli mendengar Bimo bicara lembut padanya.

"Kenapa sih lu. Aneh deh."

Wendi melangkah pergi begitu saja. Bukan masuk ke mobil, tapi dia memilih naik motornya.

"Wendi, kamu..."

Bimo terlambat mengejar Wendi. Dia sudah melaju cepat dengan motor kesayangannya.

"Abang ngomong apa lagi sama kak Wendi?"

"Dia gak salah, bang. Dia cuma berusaha membantu Gio. Kenapa sih dimata abang kak Wendi selalu salah?!" Maki Leni kesal.

"Aku yang salah, bang. Aku yang menyebabkan kak Wendi dalam masalah. Kak Wendi hanya mencoba membantuku." ujar Gio mencoba membela Wendi.

"Aku cuma nanya keadaannya. Tapi, dia salah paham." sahut Bimo membela diri.

"Bohong!" teriak Leni tidak percaya.

"Aku serius Leni."

"Terserah. Aku benci abang." Leni memalingkan mukanya dari Bimo.

Meski begitu Bimo pun tetap naik ke mobilnya dan mulai mengendarai mobil untuk mengantarkan Gio pulang lebih dulu.

Bimo dan Leni dibuat kaget saat mereka mengantar Gio tepat didepan rumah megah nan mewah, Gio rupanya anak konglomerat.

"Ini rumah kamu?" Tanya Leni pada Gio.

"Iya kak Leni. Ini rumahku."

"Wua, kamu anak orang kaya?!"

"Ya, kedua orangtuaku kaya raya. Tapi, mereka selalu mengabaikan aku. Apapun yang aku lakukan dan apapun yang terjadi padaku, mereka tidak pernah perduli." tutur Gio tampak sedih.

Mendengar itu membuat Leni mengelus pelan punggung Gio.

"Kamu hebat, Gio. Kamu berharga."

"Kedua orangtua kamu sayang kok sama kamu. Hanya saja saat ini mereka mungkin terlalu sibuk dengan pekerjaan, sampai sampai melupakan kamu." Lanjut Bimo menyemangati Gio.

"Terimakasih, bang Bimo. Terimakasih kak Leni. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku tadi tanpa kalian."

"Iya. Tapi kamu janji ya, harus jaga diri. Jangan suka memancing amarah anak anak nakal itu lagi."

"Siap kak Leni. Oh iya, ini ada obat, tolong kasih sama kak Wendi ya kak Leni."

Gio merogoh saku samping tasnya, memberikan obat penghilang nyeri pada Leni dan tentu saja itu untuk Wendi. Leni yang tadi senyum senang, kini menjadi sendu. Entah mengapa hatinya terluka hanya karena Gio memberikan perhatian pada Wendi.

"Aku juga luka, Gio." batin Leni sambil menyentuh bagian atas lengannya yang memar akibat terbanting kuat ke dinding saat tadi mencoba membantu Gio untuk keluar dari gang sempit itu.

"Aku pulang dulu ya kak. Makasih sudah diantar."

"Obati luka kamu, Gio." Teriak Bimo.

"Iya, bang." sahutnya yang sudah tiba di halaman rumahnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!