Dikira Pembantu, Ternyata Istri Mafia

Makan malam itu ditutup dengan obrolan hangat hingga Arsen meminta ayahnya untuk pamit pulang pada Amran dan Nabilla karena ia sudah mengantuk dalam gendongan sang ayah.

Nabilla yang lebih akrab membahas sesuatu dengan Nadin tentang dunia wanita yang berhubungan dengan agama untuk urusan rumah tangga dan itu sangat menarik untuk di simak oleh Nadin yang nota Bene masih perawan saat ini.

Sebenarnya, sejak lama Arland sudah naksir berat pada Nadin begitu pula Nadin. Hanya saja keduanya sama-sama takut pada Reno jika Arland berani mendekati adik kesayangannya itu karena Reno dulu lebih setuju Nadin bersama Amran karena dilihat dari segi apapun Amran berada di atas segalanya.

Nadine meminta tolong Nabilla agar mau membantunya untuk urusan Arland supaya Reno setuju dengan hubungannya dengan Arland.

"Kenapa harus meminta tolong kepadaku, Nadin? lagi pula aku mana berani bicara dengan Reno kalau keponakan kecilmu itu saja dia sudah sangat cemburu apalagi seorang Reno, bisa rusak persahabatan mereka Nadin gara-gara aku," tolak Nabilla.

"Baiklah. Kalau begitu aku akan berusaha mendapatkan restu dari bang Reno agar aku bisa menikah dengan mas Arland," ucap Nadin yang merasa usianya cukup matang kini.

"Emangnya kalian sudah melakukan pendekatan?" tanya Nabilla.

"Kami hanya saling mencintai dalam diam," jujur Nadin.

"Cih! kayak kisah cinta syahidina Ali dan Fatimah Azahra saja," celetuk Nabilla.

"Ternyata saling mengagumi itu lebih terasa ketulusan cintanya, mbak Nabilla. Lagi pula mas Arland itu tipikal cowok setia dan perhatian. Coba mbak Nabilla menjadi kakak ipar ku menikahi bang Reno atau bang Wira, aku rasa menjadi adik ipar yang paling beruntung di dunia ini," ucap Nadin sambil cekikikan.

"Istriku hanya mencintaiku dan itu sudah terbukti Nadin," ucap Amran yang sudah berada di balik punggung kedua gadis cantik itu membuat wajah Nabilla dan Nadin terlihat sangat pucat.

"Mas. Ayo kita pulang sayang!" ajak Nabilla agar Nadin bisa bebas dari amukan suaminya yang tidak ingin ada pria lain yang menyimpan hasrat tersembunyi pada istrinya.

"Makanya kalau punya mutiara bagus kudu dijaga dari para predator. Sudah tahu bernilai mahal, malah di lemparkan ke laut lepas, akhirnya nyelam dilautan gelap sangat sulit untuk mendapatkan kembali mutiara berharganya," timpal Nadine lalu cipika-cipiki pada Nabilla dan langsung masuk ke mobilnya Wira di bantu oleh Arland yang membuka pintu untuknya.

"Cih...! sok tahu," decih Amran.

"Malam ini kamu sangat cantik Nadine," puji Arlan saat Nadin mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum.

Mobil mewah milik Wira itu berlalu dari hadapan mereka dan Arland segera membuka pintu mobil untuk Nabilla.

"Kenapa setiap keindahan itu terlalu jauh untuk di jangkau?" tanya Arland saat mobil itu sudah bergerak meninggalkan restoran.

"Jika keindahan itu mudah untuk dinikmati, maka pemandangan itu akan mudah bosan yang akan membuat pemujanya beralih pada destinasi lain untuk dinikmati," balas Nabilla yang ditujukan untuk suaminya.

"Baby. Kamu nyindir aku ya?" wajah Amran berubah cemberut saat ini.

"Bukan nyindir mas. Hanya mengingat saja pada Arlan. Jangan sampai merasa kehilangan dulu baru merasakan sesuatu itu berharga untuknya," tutur Nabilla.

"Itukan aku banget, sayang. Aku baru tahu kamu berharga untukku saat aku kehilanganmu selama tiga tahun," timpal Amran.

"Baguslah kalau mas cepat sadar. Setidaknya Nabilla tidak jatuh pada pria lain yang....-" kalimat Nabilla terpotong.

"Baby..! Apakah kamu mau dihukum sampai pagi nanti?" ancam Amran pada Nabilla yang langsung menggeleng cepat.

"Bahas hukum menghukum jangan didepan pria jomblo seperti aku bos. Nggak sopan banget jadi sahabat," umpat Arlan membuat Amran menendang jok Arlan.

"Itu semua gara-gara kau sendiri yang mancing bini gue jadi nyindir gue," semprot Amran.

"Mas. Kondisikan kakinya sayang!" tegur Nabilla membuat Arlan meledek Amran.

"Hati-hati bos! nanti jatahnya hilang malam ini," ucap Arland yang tahu Amran tidak bisa berkutik jika sudah bersama Nabilla yang sangat lembut perangainya.

"Apakah kamu tidak bisa cepat lagi jalankan mobilnya Arland!" omel Amran.

"Emangnya karya nona Nabilla belum rampung tuh di badan? heran deh, masih kebelet saja pingin nyelup," gerutu Arland sambil menyetel lagu dan membelokkan kaca spion dalam karena Amran sedang ingin mencium bibir Nabilla yang sedari tadi tidak mau melakukannya.

"Apakah mas tidak bisa menahan diri sampai ke apartemen?"protes Nabilla.

"Baiklah. Nanti pakai lengerie biru," ucap Amran.

Arland harus menuli dengan ucapan frontal Amran yang tidak kenal tempat yang membuat jiwa jomblonya meronta-ronta ingin dikekapin juga oleh seorang wanita. Hanya saja prinsip Arlan dan Amran sama, mereka tidak ingin mendapatkan kehangatan dari perempuan tidak jelas karena tidak mau memiliki anak hasil zinah. Kalau hanya bercumbu itu tidak masalah. Seorang mafia bajingan tidak harus tenggelam dalam dosa zinah, itu prinsip mereka berdua.

Minggu berikutnya, Nabilla meminta suaminya untuk pulang kampung karena ingin ziarah ke makam kedua orangtuanya Nabilla. Amran yang dulu tampil seperti preman pasar saat menikahi Nabilla datang lagi ke desa Nabilla dengan tampilan seorang CEO tampan yang sangat rapi karena harus mengimbangi penampilan istrinya yang sangat anggun itu. Nabilla yang sudah meminta salah satu kerabatnya untuk membersihkan rumah orangtuanya terlihat sudah bersih dan rapi.

"Apakah mas mau menginap di rumah Nabilla?" tanya Nabilla ketika mereka sudah tiba di kampung tepatnya di desa kota batu Malang itu.

"Iya sayang. Memangnya kenapa?" tanya Amran.

"Baiklah. Kalau begitu Nabilla harus menggantikan seprei baru yang Nabilla bawa dari Jakarta," ucap Nabilla.

"Hebat istriku! selalu saja memikirkan lapangan tembak untukku. Apalagi suasana udaranya sangat sejuk dan itu sangat cocok untuk kita bercinta," ucap Amran .

Tidak lama kemudian beberapa tetangga sudah datang menyambangi rumah Nabilla saat melihat mobil mewah yang sudah terparkir di depan halaman rumah Nabilla.

"Assalamualaikum!" sapa mereka bersamaan.

"Waalaikumuslam!" Nabilla menyambut tamunya.

"Kapan datangnya Ustazah Nabilla?" tanya salah satu ibu yang merupakan tetangga Nabilla.

"Tadi subuh sampai sini," ujar Nabilla.

"Sama siapa Ustazah Nabilla ?" tanya salah satu dari mereka lagi.

"Sama suami Nabilla Bu de," ujar Nabilla.

Tidak lama Amran keluar dari kamar dan bersiap ziarah ke makam mertuanya." Apakah itu suamimu, ustazah Nabilla?" tanya ibu-ibu yang langsung terpana dengan ketampanan Amran.

Nabilla mengangguk dan ibu-ibu mengagumi sosok Amran yang membuat jiwa muda mereka kembali terbit." Welahhhh Nabilla, aku jadi kepingin muda lagi melihat suamimu setampan ini," ucap ibu-ibu yang usianya sudah hampir setengah abad itu sambil saling sikutan.

Yang lain pada tertawa cekikikan sendiri." Wah, jadi basah punyaku lihat si tampan," bisik seorang ibu muda yang tidak jauh usianya dengan Nabilla.

Amran tidak begitu peduli dengan ucapan ibu-ibu itu karena ia keluar ke depan untuk memanaskan mobilnya.

Nabilla segera pamit karena mereka harus ziarah ke makam orangtuanya.

Baru saja mau masuk ke mobil, pak RT menegur Nabilla dan Amran. Setelah mengucapkan salam pak RT langsung menyampaikan niatnya pada Nabilla dan Amran.

"Nabilla, nak Amran. Kalau bisa nanti hadiri undangan pernikahan putriku yang akan di gelar besok. Oh iya, aku mau minta tolong pada suamimu. Aku mau nak Amran yang akan membaca Alqur'an sebelum dilakukan ijab qobul besok pagi. Apakah nak Amran mau menjadi qori di acara pernikahan putriku besok?" tanya Pak Hamis.

"Insya Allah, saya bisa pak," ucap Amran penuh percaya diri membuat Nabilla tersentak dengan tubuh gemetar karena ia belum pernah mendengar suaminya membaca Alquran dan kalau sholat tidak jauh dengan surah pendek dengan bacaan yang begitu datar.

"Mas. Kenapa kamu menyanggupi permintaan pak RT?" omel Nabilla.

"Kalau baca alfatihah saja saya bisa, baby. Katanya pak RT hanya baca Alquran, bukankah surah Al-fatihah itu induknya Al-Qur'an?" ujar Amran enteng membuat Nabilla hanya menepuk jidat.

"Aduhh ! mampus aku. Punya suami bin nekat bin cuek bin narsis. Ke mana aku harus sembunyikan wajahku di hadapan warga kampung besok, ini sangat memalukan," jerit Nabilla di dalam hatinya.