Muridku Suamiku

Ia menghela nafasnya, sekarang bagaimana cara menyampaikan nya ? Wulan semakin dilema.

Ia menggeser tangan Alex dari tubuhnya. Wulan pun bangun dan ia berencana segera pulang kerumah. Wulan tidak mau ibu nya cemas. Saat akan beranjak bangun, tangan Alex menahan lengannya. Wulan pun menoleh dan melihat Alex sudah bangun.

"Mau kemana sayang ?" tanya Alex

"Aku mau pulang, hari sudah sore"

"Aku antar ya" Wulan menggeleng pelan

"Naik taksi online saja, aku sudah pesan"

"Batalkan, aku yang antar pulang" Alex memaksa

Wulan pun menghembuskan nafasnya dengan berat. Ia pikir sekarang mungkin saat yang tepat untuk berbicara. Jika tidak sekarang kapan lagi. Semakin lama ia menunda semakin besar pula rasa tidak rela nya melepaskan Alex. Lagi pula ia ingat nanti malam keluarga tante Dian akan datang kerumah.

"Alex....kita sudahi sampai disini ya" Wulan berujar dengan suara pelan dan sambil menunduk tapi tetap terdengar jelas ditelinga Alex.

"Sudahi apa yank ? Baiklah aku antar pulang, besok kita berjumpa lagi disekolah ya" ucap Alex sambil membelai lembut pipi Wulan. Alex salah memahami perkataan nya.

"Kita cukup sampai disini Lex, aku mau kita putus"

"Apa yank ?" ujar Alex lembut, ia merasa salah dengar

"Maksud kamu apa sayangku ?" lagi-lagi Alex mengulangi pertanyaannya dengan lembut. Entah Wulan yang tidak jelas menyampaikan, entah ia yang bodoh memahami. Tiba-tiba perasaan Alex tidak enak.

"Maafkan aku Alex, kita putus, hubungan kita cukup sampai disini" ulang Wulan dengan suara yang jelas dan tegas tapi air mata telah membanjiri pipinya.

"Aku tidak mencintaimu, aku hanya main-main denganmu, sekarang aku ingin kita putus" Wulan berteriak. Sungguh hatinya teramat sakit bagai disayat sembilu. Setiap ucapan yang keluar dari mulutnya bagaikan pisau tajam yang merobek hati.

Ia tidak ingin lemah, ia tidak ingin Alex tahu betapa besar cintanya. Biarlah Alex membencinya. Itu jauh lebih baik, jika Alex tahu alasan sebenarnya tentu ia tidak akan tinggal diam. Wulan tidak mau mempermalukan ibu nya. Biarlah ia berkorban demi membalas hutang budi keluarganya.

"Maafkan aku Alex" batin Wulan, ia segera berlari menuju pintu dan meninggalkan Alex sendirian.

Alex terpaku, ia bagai disambar petir. Apa pendengaran nya bermasalah, apa ia yang tengah bermimpi. Ia merasa hati nya sangat sakit. Tiba-tiba bayangan papa nya yang berselingkuh dan bayangan mama nya yang meninggal berkelebat di matanya. Alex terduduk dan termangu. Setetes air mata luruh membasahi pipi nya.

Wulan yang telah berada didalam taksi online terus menangis tanpa henti. Hati nya perih, terluka dan berdarah. Ia tidak punya pilihan, tidak mungkin ia kawin lari dengan Alex. Sama saja seperti melempar kotoran diwajah ibu nya.

"Maafkan aku Alex, aku mencintaimu, maafkan aku sayang, maaf cintaku" sepanjang perjalanan Wulan tak henti bergumam.

🌹🌹🌹

Keluarga om Bobby datang tepat pukul 19.00 wib. Mereka membawa banyak sekali makanan dan oleh-oleh. Ibu menyambut penuh kebahagiaan. Senyum tak pernah lepas dari wajah nya. Sedangkan Wulan berusaha menyembunyikan kesedihan hati nya.

Sejak pagi ibu telah menyiapkan banyak hidangan. Ibu pun mengajak para tamu makan terlebih dahulu. Mereka pun makan bersama dengan hati yang gembira, hanya Wulan yang bermuram durja. Sebenarnya ibu menyadari perubahan wajah anak gadis nya, tapi ibu berusaha tidak memikirkannya. Ia tidak mau mengecewakan para tamu.

Sementara Gilang tak berhenti memandang Wulan. Ia tersenyum penuh arti, entah apa yang ada dalam pikirannya.

Setelah makan malam, mereka pindah keruang tamu. Setelah beramah tamah dan bercerita sebentar, barulah om Bobby mengutarakan niat keluarga nya.

"Begini nak Wulan dek Retno, kedatangan kami kemari adalah untuk meminang nak Wulan menjadi istri anak kami Gilang" om Bobby berkata sambil tersenyum lembut.

"Benar dek Retno, besar harapan kami kita bisa berbesan" tante Dian pun ikut menambahkan. Gilang hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala nya.

Ibu pun manggut-manggut dan tersenyum.

"Saya sebagai ibu sangat berterima kasih bahwa mas Bobby dan mba Dian menaruh perhatian lebih kepada anak saya Wulan. Saya juga sangat bahagia dengan perjodohan anak kita ini, tapi sebaiknya kita tanyakan langsung pada Wulan bagaimana pendapatnya" jawab ibu dan mereka pun serentak melihat ke arah Wulan.

"Bagaimana nak Wulan dengan niat baik om dan keluarga, apa nak Wulan bersedia ?" tanya om Bobby lembut

Wulan pun menghela nafas pelan. Sungguh dada nya penuh sesak, ia ingin berteriak dan berkata tidak tapi apa ia punya kuasa ? Akhirnya dengan berat hati Wulan harus memutuskan.

"Saya bersedia om" jawab Wulan dengan hati yang berat dan gundah.

"Alhamdulillah" serempak mereka mengucapkannya.

"Terimakasih banyak nak Wulan dek Retno" senyum semakin mengembang diwajah mereka semua. Wulan hanya bisa terdiam menunduk.

"Bagaimana kalau pertunangannya kita adakan sabtu depan saja dek Retno ?" tanya om Bobby

"Kenapa cepat sekali mas ? Sabtu depan kan enam hari lagi" ibu dan Wulan pun kaget

"Kami sengaja mau mempercepat dek Retno, soalnya hari minggu nya kami harus kembali ke Las Vegas, ada urusan perusahaan yang tidak bisa diwakilkan. Jadi kami berencana mengajak nak Wulan sekalian dek Retno kesana. Kalau sudah ada ikatan kan lebih enak lebih afdol" terang tante Dian sambil tersenyum lebar

"Oooo" ibu pun paham

"Mau ya dek Retno ikut kami ke Las Vegas. Disana banyak tempat yang bagus-bagus, saya ajak jalan-jalan keliling Las Vegas nanti. Banyak artis hollywood juga yang tinggal disana, mana tahu ketemu" bujuk tante Dian

"Artis oliwud ? Apa itu mba gak tau saya" ujar ibu bengong. Tante Dian pun tertawa.

"Hol - ly - wood dek Retno bukan oliwud, itu lo artis yang main film barat" mulut tante Dian sampe monyong-monyong, mereka pun kembali tertawa.

"Ooo" ibu pun paham, ia kembali tersenyum. Wulan melihat ibu nya begitu bahagia, setidaknya ia tidak menjadi anak durhaka.

"Jadi bagaimana dek dengan sabtu depan ?" tanya om Bobby, ia merasa perlu menegaskan kembali karna belum ada jawaban dari pihak Wulan.

"Tunggu...sabtu depan kan...." batin Wulan sambil berpikir

"Baiklah, kalau sabtu depan..."

"Tunggu om" belum sempat ibu melanjutkan kalimatnya, Wulan sudah memotong.

"Kalau sabtu depan Wulan tidak bisa om tante karna Wulan hari jum'at nya harus ke Bandung menemani anak-anak. Wulan salah satu panitia karyawisata kelas xii. Acaranya diadakan selama tiga hari dua malam om tante. Jumat pagi berangkat dan minggu pagi baru pulang" Wulan menjelaskan

Om Bobby terlihat manggut-manggut.

"Kan Wulan bisa mundur saja jadi panitia nya, jadi gak perlu berangkat, mau ya nak ?" tante Dian bersikukuh

"Jangan memaksa mah" om Bobby menyenggol tangan istri nya

"Tapi aku gak sabar lo pah mau bawa dek Retno dan nak Wulan melihat Las Vegas" tante Dian merengut

"Aduhhh mamah....kan waktu masih panjang, Wulan dan dek Retno juga gak akan kemana-mana. Jangan terburu-buru" nasehat om Bobby.

"Baiklah kalau begitu, nak Wulan nikmati saja dulu bekerja sebagai guru. Nanti kalau sudah menikah dengan Gilang, om harap nak Wulan berhenti bekerja dan menemani Gilang dengan full dirumah saja ya" pinta om Bobby. Ibu dan tante Dian pun mengangguk memahami alasan om Bobby tidak memaksa secepatnya bertunangan.

Wulan pun juga mengangguk dan terpaksa menyetujui. Belum menikah saja ia sudah di atur, bagaimana nanti pikirnya. Lagi-lagi Wulan hanya bisa menghela nafas mengikuti kemauan orang disekitarnya.

"Baiklah kalau begitu tidak perlu bertunangan, langsung menikah saja bagaimana ?" om Bobby mengusulkan, semuanya menganggukkan kepala tanda setuju. Hanya Wulan yang diam dengan pandangan melamun.

"Kami minggu besok ke Las Vegas dan pulang tiga minggu kemudian, bagaimana kalau pernikahannya kita adakan setelah kami kembali dari Las Vegas yaitu tiga minggu lagi ?" om Bobby lagi-lagi memberi usul

"Apa....secepat itu ?" batin Wulan kaget

...****************...