NovelToon NovelToon
Ragaku Milik Suamiku Tapi Hatiku Milik Dia

Ragaku Milik Suamiku Tapi Hatiku Milik Dia

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Duda / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: Heni Rita

Cinta Devan atau biasa di panggil Dev. begitu membekas di hati Lintang Ayu, seorang gadis yang sangat Dev benci sekaligus cinta.

hingga cinta itu masih terpatri di hari Lintang meski dirinya sudah di nikahi seorang duda kaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heni Rita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bertemu Ayu

Melihat aksi putrinya Nabila, dengan cepat Pak Bowo menyuruh dua pelayannya untuk membawa Nabila naik ke atas.

"Bi! Bawa Nabila ke atas dan beri obatnya!" Titah Pak Bowo panik.

"Iya Tuan!" Sigap kedua pelayan itu menuntun Nabila dan membawanya naik ke atas.

Devan masih berdiri kaku di tempat.

"Maaf Pak Dev, mungkin Nabila kecapean." Wajah Pak Bowo mendadak pucat.

"Eh, iya Pak. Tidak apa- apa, kalau begitu saya permisi dulu!" Kata Devan gugup.

"Ohya silahkan Pak."

Setelah pamit, Devan buru- buru pergi dari sana, meninggalkan banyak pertanyaan di benaknya.

Tapi Devan tidak mau pusing menangapi hal itu, yang penting sekarang adiknya.

*****

Jam sudah bergerak pukul delapan pagi, karena kelelahan, semalam pulang dari rumah Pak Bowo. Devan tak langsung ke rumah sakit, tapi dia pulang dulu ke rumah untuk tidur.

Tanpa sarapan terlebih dahulu, karena ibunya menjaga Rani di rumah sakit. Devan menahan rasa lapar.

Bangun tidur, Devan langsung membersihkan badan.

Selesai mandi, dan memakai pakaian rapih, Devan langsung pergi ke rumah sakit.

Tak butuh waktu lama, Devan sudah tiba di rumah sakit.

Saat berjalan di lorong rumah sakit. Dari kejauhan, Devan melihat sosok yang tak asing.

"Hah?" Mata Devan membelalak saat melihat Ayu dan suaminya sedang berdiri di ruang tunggu khusus pasien kandungan.

Devan memperlambat langkahnya untuk menjauh dari Ayu dan suaminya. Devan kemudian mencari tempat duduk yang cukup jauh agar tak terlihat oleh mereka berdua.

"Sedang apa Ayu dan suaminya di sana? Apa Ayu hamil?" Devan bicara pada dirinya sendiri.

Dengan sabar Devan menunggu. Berharap Ayu dan suaminya itu segera berlalu.

Sesekali Devan mencuri pandang untuk melihat Ayu dari kejauhan.

"Yu ....maafkan aku ..." batin Devan.

Cinta mereka tak seindah yang dibayangkan. Begitu banyak kerikil tajam yang menghalangi kisah cinta mereka berdua.

Melihat perangai kedua orang tua Ayu. Mereka sudah pasti tidak rela jika Devan jadi pendamping putrinya.

Hanya satu keinginan Devan.

Ayu bahagia dengan suaminya, karena Devan merasa, dirinya tak layak untuk di cintai Ayu, kisah tragis dulu, saat dirinya mengambil kesucian Ayu, di situlah, harapan Devan pupus, karena Ayu lebih memilih duda kaya raya.

Dan, jika pun takdir tak menyatukan mereka berdua. Devan akan tetap berdoa yang terbaik untuk Ayu. Semoga kelak hidup Ayu bisa bahagia dengan Pria yang bisa menyayanginya dengan tulus. Setulus cintanya.

***

Cuaca begitu panas dan lembap, rasa panasnya sangat tak tertahankan.

Bu Hera mengelap keringatnya. Kemudian dia menuangkan sup ayam ke dalam termos, menutupnya.

"Mah, kenapa Rani bisa mendapatkan penyakit ini? Aa dimana Mah?" Rani gemetar dan menangis tersedu-sedu. Rani baru saja menjalani operasi, dan setelah sadar. Rani mulai mencemaskan kakaknya Devan.

Bu Hera berusaha menghiburnya.

"Kamu jangan banyak bicara dulu Ran."

"Mah, maafkan Rani. Rani sudah menyusahkan Mamah dan Aa, hiks ..." Terbaring lemah di rumah sakit. Rani tak henti henti menangis.

"Rani putriku, Mamah sangat bersyukur memiliki kalian berdua, Dev dan kamu adalah penguat hidup Mamah."

Bu Hera lalu mengecup kening putrinya.

Devan yang sedang berdiri di luar, samar mendengar percakapan Rani dan ibunya. Devan tidak tahan menahan air mata yang mengalir di wajahnya, hatinya pun telah hancur berantakan. Demi menyelamatkan adiknya. Devan terpaksa menjual harga dirinya pada Pak Bowo.

Takdir merampas segalanya yang seharusnya menjadi miliknya.

Devan terdiam sejenak, kemudian tersenyum. Devan tidak ingin terlihat sedih di depan Rani dan ibunya.

Setelah menguatkan hatinya. Devan masuk ke dalam.

"Pagi!" Sapa Devan berusaha bahagia.

Rani cemberut sambil menutup mata, seolah tidak ingin berbicara dengan kakaknya.

Devan menghela napas.

"Mana Raniku ..." canda Devan sambil mencubit pipi adiknya yang terbaring lemah.

"Aa jahat!" Rani membuang wajahnya ke samping.

"Jangan bicara begitu sama kakakmu Ran," ucap Bu Hera.

Devan tersenyum kecil.

"Bagaimana Ran, apa sudah baikkan setelah di operasi? Sakit gak?" Tanya Devan.

"Gak Aa, hanya kepala Rani sedikit pusing," jawab Rani.

"Rani kan hanya menjalani operasi kecil Dev, tapi resiko nya besar. Kata Dokter, fisik Rani kuat, jadi operasinya berjalan lancar," sela Bu Hera.

"Syukurlah ..." Dev meraba dadanya sendiri. Devan sekarang merasa lega.

"Dev? Kamu sudah makan belum?" Tanya ibunya.

"Belum Mah. Ohya, Dev nyari dulu minuman dulu ya Mah, Dev haus."

"Iya sana."

Dev pun pergi untuk mencari air minum di luar.

Di lorong rumah sakit, orang-orang berlalu-lalang dengan berbagai macam penampilan.

Pada masa ini, rumah sakit tidak memiliki ruang terpisah untuk pasien rawat jalan dan rawat inap, ruangannya juga sangat terbatas. Bukan hal yang aneh bila beberapa orang dirawat dalam satu kamar.

Di pojokan, Devan mengambil air dingin dari dispenser, lalu dia langsung meminumnya beberapa teguk.

Devan juga mengambil sedikit air panas dan bersiap-siap untuk pergi. Ketika berbalik, Devan melihat seorang pria yang berdiri di belakangnya.

Pria itu memiliki wajah yang tampan. Dia mengenakan kemeja yang rapi dengan lengan baju tergulung, menampilkan pergelangan tangannya yang panjang dan putih.

Devan langsung menunduk, menghindari tatapan pria itu, tapi suara seseorang terdengar halus menyapanya.

"Dev...," sapa itu terdengar terbata-bata.

Devan mendengar suara Ayu, ia langsung mengangkat pandangannya dan menatap gadis itu dengan mata melebar.

"Ayu?"

"Siapa Dek?" Pria itu lantas melihat ke arah Devan.

Devan salah tingkah.

"Ini Pak, dia tetangga Ayu," jawab Ayu cepat.

Devan buru-buru mengangguk, agak terkejut bahwa pria ini tenyata suami Ayu.

"Ya ... " Devan menjawab gugup.

Walaupun ketampanan pria ini tak tertandingi, matanya terlalu dingin. Dia memancarkan aura yang dingin dan tajam. Devan merasa agak canggung, tangannya pun tanpa sadar menggenggam erat gelas yang ada di tangannya.

"Dev, siapa yang sakit?" Tanya Ayu sambil mendekati Devan.

Tatapan Ayu begitu dalam saat menatap Devan, membuat jantung Devan berdetak sangat kencang. Dirinya tidak menyangka bakal ketemu Ayu dan suaminya di rumah sakit, padahal Devan tadi sudah menghindar agar tidak di lihat Ayu.

Tapi tanpa ia duga, dia malah berpapasan dengan suami Ayu.

"I- itu, Rani sakit Yu," jawab Devan gelagapan. Hati Devan bergejolak saat netra kecoklatan itu memandanginya penuh makna.

"Rani sakit?"

"I, iya Yu. Maaf ya, saya buru- buru!" Tak mau lama lama melihat sang pujaan yang telah jadi milik orang lain, Devan memilih pergi.

Hatinya masih belum siap melihat Ayu dan suaminya.

Devan merasa hancur, luka di hatinya masih menganga. Tak mau lagi mengenang gadis yang sudah ia lupakan meski berat.

Ayu menatap punggung Devan yang berjalan menjauh, terdiam sejenak, lalu menatap suaminya Herman.

Ayu kemudian mengambil gelas dari tangan suaminya, air mata tanpa sadar, menitik di sudut matanya.

Ayu mengambil sedikit air panas, kemudian mengambil sedikit air dingin. Setelah merasa bahwa suhunya pas, dia pun mengembalikan gelas tersebut suaminya.

Herman memegang gelas di tangannya, mengerlingkan matanya dengan dingin dan berkata.

"Adek sudah lama kenal sama dia?"

Mata Ayu perlahan memejam.

"Nggak begitu!" Jawab Ayu singkat.

Tangan kecilnya mengepal dengan gelisah, Ayu menundukkan pandangannya.

Herman merasa ada sesuatu yang di sembunyikan Ayu.

"Jawab Dek, apa Dek Ayu sudah lama mengenal pria itu?" Herman menuntut jawaban dari Ayu.

"Ti- tidak Pak, Ayu tidak begitu akrab!" Ayu menjawab ragu.

Alis Herman menjadi sedikit berkerut, tatapannya menjadi lebih dalam.

1
Abel_alone
tetap semangat 🌹🌹🌹🌹
Luna Sani: Terima kasih kak ..🙏😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!