NovelToon NovelToon
Suamiku Tak Mau Menyentuhku Lagi

Suamiku Tak Mau Menyentuhku Lagi

Status: tamat
Genre:Tamat / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Wanita Karir / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:250k
Nilai: 4.9
Nama Author: Budy alifah

Rumah tangga Nada Almahira bersama sang suami Pandu Baskara yang harmonis berubah menjadi panas ketika ibu mertua Nada datang.

Semua yang dilakukan Nada selalu salah di mata sang mertua. Pandu selalu tutup mata, dia tidak pernah membela istrinya.

Setelah kelahiran putrinya, rumah tangga mereka semakin memanas. Hingga Nada ingin menyerah.

Akankah rumah tangga mereka langgeng? Atau justru akan berakhir di pengadilan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Budy alifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26

"Kamu tidak capek?" tanya Pandu saat memasuki kamar.

"Mas, jangan teriak-teriak Shanum sedang tidur," lirih Nada sembari menaruh jari telunjuk ke bibirnya.

Pandu menurut, ia lebih mendekat dengan Nada agar tidak berteriak dan mengganggu tidur putrinya.

"Kamu kenapa marah-marah?" tanya Nada sembari melepaskan dasi suaminya.

Pandu menatap heran istrinya, mereka itu sedang tidak baik-baik saja. Tapi, sang istri bersikap seolah tidak ada apa-apa.

Bahkan, dia melayani dirinya seperti dulu. Sebelum rumah tangganya memanas.

"Kamu sudah makan kan? Jadi aku tidak menyuruh bibi untuk masak. Kalau mau mandi aku sudah siapkan air," ucapnya dengan membuka kancing kemeja Pandu.

"Apa yang kamu lakukan?" Pandu memegang tanga. Nada saat berada di kancing terakhir.

"Aku tidak melakukan apa-apa," Nada memindah tangan Pandu lalu membuka kancing terakhir dan melepaskan kejanya.

Dia beranjak lalu mencium wangi parfum yang menempel di kemejanya.

"Perempuan mana yang kamu pilih?" Nada berjalan menaruh kemeja ke tempat baju kotor.

"Kamu ngomong apa? Aku tidak mengerti," Pandu melepas celananya sehingga menyisakan celana boxer.

"Perempuan pilihan ibu atau pilihanmu sendiri?" Nada duduk di kursi meja rias sembari melipat kedua tangannya di dada.

Kepulangan Pandu sebenarnya dia ingin memarahi Nada soal adiknya. Akan tetapi Nada lebih dulu menyerangnya. Hanya seja dengan suara yang lembut wajah yang berseri. Tidak sedikit pun amarah terpancar dari wajahnya.

"Nada, berhenti membicarakan ini. Maksud kamu mengatakan semua itu di depan para tamu undangan apa?" Pandu mengalihkan pembahasan masalah. Dia tidak suka, Nada terus menyudutkannya.

"Memang kenyataanya bukan, semua yang dia miliki saat ini adalah sebagian besar dari uang bulananku," Nada menyeringai suaminya memang tidak pernah mau mengerti.

"Dan lebih kejamnya kamu tidak pernah mengatakan sudah membeli ini itu," gerutunya.

"Aku mau mengatakannya tapi belum ada waktu yang pas. Kamu terlalu sering mengekang," dalihnya, apapun yang dia lakukan bukan sebuah kesalahan besar.

"Banyak mengekang ya? Bagaiamana kalau kita hidup sendiri-sendiri saja?" tawar Nada. Dia menginginkan pisah ranjang kepada Pandu.

"Berhenti ngomong yang aneh-aneh, Nada!" Pandu menunjuk Nada dengan jari telunjuknya. Dia ketar ketir dengan sarkasan Nada.

"Aku tinggal di sini, kamu tempati saja rumah barumu bersama keluarga dan diantara kedua perempuan itu," ucapnya sembari berdiri.

Pandu menyeringai, "Kamu sudah merasa hebat dengan mulai bekerja?"

Pandu berkacak pinggang menatap perempuan di depannya yang tanpa takut. Sang istri terus memberikan senyuman membuat dia semakin geram.

"Tentu, bahkan aku merasa sangat hebat bisa bertahan mencintaimu sampai detik ini," katanya dengan melangkahkan kakinya mendekati Pandu.

"Mencarikanmu pekerjaan, membiarkanmu memberikan nafkah kecil, dan tidak memenuhi nafkah batinku." Nada menghitung dengan jari jemarinya.

"Itu baru sebagian kecil, belum dengan keluargamu yang mengacak-acak rumah tangga kita. Dan perselingkuhanmu," imbuh Nada dengan mendorong tubuh kekar sang suami.

Senyum manisnya berubah menjadi sinis, "Kamu bahkan tidak menginginkan aku lagi. Apa yang harus pertahankan?"

"Kapan aku bilang tidak menginginkanmu?" ujar Pandu mulai belingsatan.

"Mas Pandu tersayang, kita sudah tidak berhubungan hampir satu tahun. Kamu pikir aku ini apa boneka?" ucapnya dengan suara rendah ke tinggi. Nada geregetan dengan Pandu yang masih saja pura-pura.

"Aku capek Mas, aku memang menu utama kamu. Tapi kamu sekarang sudah kecanduan cemilanmu. Ibumu benar, kita pisah saja." Nada kembali merebahkan tubuhnya di samping Shanum kembali.

Pandu diam terpaku mendengarkan perkataan Nada, dia semua yang dikatakan Nada tidak ada yang meleset sedikit pun.

Dia memang sedang bosan dengan hubungannya, dia sedang nyaman bersama Eva. Gadis yang memperlakukannya lebih manis daripada Nada.

Pandu duduk di kursi teras, merasakan terpaan angin malam ini. Dia berada di dalam kebimbangan, dia akan bertahan di rumah sang istri.

Atau pindah bersaman keluarganya di rumah yang dia beli. Melepaskan anak istrinya berdua seperti kemauan sang istri.

Nada yang belum tidur pura-pura memejamkan matanya saat Pandu kembali ke kamarnya.

Dia naik ke atas ranjang mencium pipi Shanum saja. Dia mengambil tas dan kunci mobil yang ada di atas meja.

Entah apa yang menggerakkan hatinya, sampai dituntun untuk pergi dari rumah yang sudah ia tempati hampir tiga tahun.

Nada mengintip dari balik jendela ruang tamu, suaminya pergi meninggalkan rumah tanpa ragu. Tanpa pamit juga, ia semakin sesak dia berbuat seperti itu agar dia berubah.

Nyatanya dia memilih untuk meninggalkan dirinya dan putri kecilnya. Kebosanannya sudah level tingkat tinggi yang sudah tidak ada penawarnya.

Setegar dan seiklas apa pun hati Nada tetap hancur, sekuat apa pun dia tetap seorang perempuan yang hatinya lembut dan mudah terluka.

...----------------...

"Jadi, Suamimu benar-benar keluar dari rumah?" Sabrina duduk di sebelah Nada setelah mondar-mandir tidak jelas karena geregetan setelah mendengar cerita Nada.

"Ya, dia lebih memilih cemilannya daripada aku yang menu utama," jawabnya dengan senyuman kecut.

"Dasar lelaki tidak tahu diri, Nad, kamu kenapa tidak memberikan dia pembelajaran?" emosi Sabrina sudah sampai ubun-ubun.

Sabrina merasa Pandu adalah lelaki yang tidak bersyukur mendapatkan sahabatnya. Dia terlalu serakah untuk memiliki sesuatu yang lebih. Padahal, tidak ada manusia yang sempurna.

"Nada, buat dia miskin lagi saja. Perusahaan itu kan milik keluargamu, tendang saja dia dari sana," saran Sabrina.

"Kita lihat saja nanti, biarkan dia bersenang-senang dulu," ujar Nada memandang lurus dengan tatapan kosong.

Nada memang ingin menghancurkan Pandu, tapi dia masih tidak tega. Rasa cintanya masih ada meskipun sakit.

Dia tidak bisa memungkiri kalau perasaan terhadap Pandu masih ada. Susah untuk melupakan cinta yang tertanam lama.

"Tapi, ada baiknya juga lelaki tidak tahu diri itu pergi. Kamu jadi tidak tekanan batin lagi," ucap Sabrina.

Dia melihat beban berat telah menghilang dari hidup Nada.

"Sab, kalau aku cerai dengan Mas Pandu kamu setuju tidak?" Nada menatap Sabrina.

"Setuju," jawabnya dengan suara lantang. Tanpa ditanya pun Nada harusnya paham dengan dirinya yang mendukung penuh Nada meminta cerai kepada pandu.

"Nada, masih banyak lelaki lain yang lebih ganteng dan mapan. Tak hanya itu yang lebih menyayangimu," ujarnya.

Nada mengambil napas panjang, "Tapi, apa tidak masalah aku menjadi janda diumurku yang masih muda ini?"

1
guntur 1609
ceritanya mantap. tapi yg buat kesal tokoh pandu yg muka tembok tingkat dewa. aku tggu ceritamu yg lain ya thor
guntur 1609
baru kalian dapat imbangnya kan.cocok mereka dapat menantu sprti vero
guntur 1609
dih ni sipandu emang muka tembok. tingkat ke pedean sdh tingkat dewa. jadi susah tk menghikangkanya lagi
guntur 1609
hahaha dasar hugo cemen
guntur 1609
hahahah mantap hugo
guntur 1609
hahahahhah radain loe pandu
guntur 1609
lah dasar begok. kau ja kalau sewa pelacur harus bayar. apalagi kau sdh ounya istri dan aanakmu. emangnya biaya hidup murah. dasar peak
guntur 1609
bagus tuh jim. otak sipandu gak akan berubah dan sadar
guntur 1609
makanya jimy jangan mendengarkan omongan sebelah pihak saja
guntur 1609
mamous kakian. tanpa kalian ketahui perusahaan yg ditempat kerja pandu adalah punya nada.
guntur 1609
dasar keluarga toxic gila. pandu gak sadar selama ni biaya rumah tangga banyak dibantu sm nada. biarkan saja tinggalkan mereka nada. keluarga toxic jangan dioertahankan lagi
guntur 1609
dasar suami gila. bisanya dia mengabaikan ank dan istrnya
guntur 1609
aku rasa ayu bukan adik kandung pandu
Enik Heri Purwanti
Terimakasih Author, sangat suka,terus berkarya 👍👍👍🙏😍😍😍
Kadek Bella: terima kasih thoor,,, sangat bagus cerita nya
total 1 replies
Enik Heri Purwanti
lanjut Thor... sangat bagus ceritanya 👍🙏😍
Safa Almira
zyuka
Enik Heri Purwanti
Luar biasa, sangat menarik.Bikin penasaran kelanjutannya 👍😍🙏💪💪
Zahara Arifin
Lumayan
Zahara Arifin
Buruk
Daplun Kiwil
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!