Sinopsis :
Mozea Cantika alias Zea, si hijaber sekolah yang galak dan tidak suka pelajaran matematika. Alzio Ray alias Zio, si kapten basket ganteng dengan tubuh jangkung, hidupnya sempurna nyaris tidak ada celah. Apa jadinya jika dua orang ini dipaksa menikah karena perjodohan orangtua mereka?.
Di sekolah mereka saling membenci, bahkan saling panggil dengan nama ledekan yaitu si keong dan si kodok. Di rumah mereka harus berakting menjadi pasangan suami istri muda yang romantis untuk menyenangkan hati orangtua mereka. Meski demikian Zea dan Zio sepakat merahasiakan pernikahan mereka dari teman-teman di sekolah.
Kata orang benci dan cinta adalah rasa yang sangat tipis perbedaannya. Mungkin karena terbiasa bertengkar dan bersama, tumbuhlah rasa cemburu dihati mereka, sebuah rasa tidak suka jika milik diri di ambil orang lain. Akankah Zea dan Zio menyadari rasa cinta mereka masing-masing? Dan memberikan cucu seperti yang diharapkan kedua orangtua mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 35 : Jebakan
Setelah melewati 8 jam perjalanan, akhirnya bus yang membawa SMA 25 pun tiba di candi Prambanan. Semua siswa keluar dari bus membawa barang-barang mereka masing-masing. Zea yang tadinya mabuk plus tak bertenaga, langsung segar setelah keluar dari bus.
"Anak-anak, penginapan Kita sebelah sana. Ayo kita ke penginapan dulu menaruh barang-barang, baru kita berkeliling dan menikmati suasana di candi Prambanan," kata Pak Budi.
"Baik, Pak," jawab semuanya bersamaan.
Semua siswa pun mengikuti Pak Budi dan Pak Santoso berjalan menuju penginapan. Sementara Bus mereka kembali melaju mencari tempat parkir.
Pihak travel sudah menyediakan banyak kamar untuk mereka. Satu kamar ditempati dua siswa. Zea satu kamar dengan Nina, Zio satu kamar dengan Robbi, Denis satu kamar dengan Arka, Amara satu kamar dengan Yuni, sementara Vani satu kamar dengan siswa lainnya.
"Lo kamar berapa?" tanya Denis pada Zio.
"Kamar 916," jawab Zio.
"Gue dan Zea di kamar 917, bersebelahan dong," sahut Nina.
"Gue dan Raka di kamar 910, jauh amat," kata Denis.
"Yes, kamar gue bersebelahan sama kamar Zea. Pokoknya rencana gue gak boleh gagal," batin Robbi.
"Ya elah, kok kita bisa bersebelahan sih? Yuni, kita di kamar 915," ucap Amara pada Yuni. Amara sengaja bicara nyaring agar Zio dan yang lainnya mendengar.
"Ayank Zio, kalau Lo kamu mau mampir ke kamar ku, mampir aja. Yuni selalu siap pergi dari kamar itu," lanjut Amara, bicara pada Zio.
"Gak akan," jawab Zio langsung.
Semua orang di sana tertawa melihat penolakan Zio pada Amara.
***
Pertunjukan acara malam ini diadakan di halaman candi Prambanan yang luas. Pertunjukan akan diadakan selama tiga jam, dari pukul 7 malam sampai pukul 10 malam. Kebetulan cuaca sepertinya mendukung. Biasanya jika terjadi hujan, maka acara akan dibatalkan.
Setelah beristirahat selama dua jam dan selesai makan malam bersama, barulah semua siswa SMA 25 pergi menyaksikan acara pertunjukan. Para penonton bisa duduk di kursi yang disediakan panitia untuk menyaksikan serangkaian acara.
Dari sekian banyak penonton yang menyaksikan acara, terlihat Robbi dan Amara sedang berbisik-bisik. Tak lama setelah berbisik, mereka berdua beranjak dari tempat duduk.
"Mau kemana mereka?" tanya Yuni pada Vani.
"Gak tau," jawab Vani.
Sementara itu di kursi yang lain, terlihat Zea tengah serius menyaksikan pertunjukan Ramayana. Dia duduk bersebelahan dengan Zio, Nina, Denis dan Arka. Sesekali Zea tersenyum manis.
"Guys, gue mau ke toilet sebentar," kaya Zio, dia sudah kebelet ingin buang air kecil.
"Jangan lama-lama," pesan Zea.
"Iya," jawab Zio singkat, dia pun beranjak.
Ting
Zea menerima pesan dari ponselnya. Ternyata itu pesan dari Robbi. Zea kemudian membuka pesan itu. "Ini nomor baru Robbi?" gumam Zea. Zea tidak menyangka Robbi akan berganti nomor WhatsApp demi bisa menghubungi dirinya, karena nomor WhatsApp yang semula sudah diblokir oleh Zio.
Zea membaca pesan Robbi.
Zea, aku ingin bicara sesuatu, apa boleh kita bertemu sebentar di lobi hotel penginapan Kita?
"Apa Robbi masih berharap sama gue? Gimana ini? Dia cowok baik, gak mungkin gue kasih harapan palsu terus sama dia. Oke, malam ini gue harus tegas menolak Robbi, biar Robbi gak berharap lagi sama gue. Gue tau ini terdengar kejam, tapi dia harus sadar, biar dia gak buang waktunya terus buat ngejar gue."
Setelah menimbang-nimbang, Zea memutuskan beranjak dari tempat duduknya, untuk menemui Robbi
"Lo mau ke mana?" tanya Nina.
"Gue sakit perut, gue mau ke toilet buang air besar," jawab Zea bohong.
"Mau gue antar?" tawar Nina.
"Gak perlu, gue sebentar aja kok," tolak Zea. Dia pun langsung pergi, berjalan pelan untuk keluar dari kerumunan penonton.
Dengan berjalan kaki kurang dari 10 menit, Zea akhirnya sampai di penginapan mereka. Zea melihat Robbi sedang menunggunya di kursi lobi, sendirian. Zea pun langsung menghampiri Robbi.
"Zea, kamu datang?" Robbi senang.
"Kamu mau bicara apa sama aku? Robbi, kalau kamu mau bicara soal balikan, aku minta maaf, aku gak bisa," jawab Zea tegas.
"Baru aja sampai di sini, kamu udah nolak aku." Robbi memasang raut wajah sedih, membuat Zea agak iba. "Zea ... Astaga, kepalaku kenapa tiba-tiba sakit," Robbi terduduk. Dia memegang kepalanya yang tiba-tiba pusing.
"Kamu kenapa?" Zea tampak khawatir.
"Gak tau, kepalaku sakit sejak tadi, tapi kok sekarang rasa sakitnya makin bertambah?" Robbi memejamkan matanya seolah tak sanggup lagi menahan rasa sakit dikepalanya. "Zea, tolongin aku. Kamu mau kan papah aku sampai kamar? Sebentar aja. Rasanya aku gak kuat jalan. Aku mau istirahat aja," pinta Robbi.
Sesaat Zea ragu, dia menoleh ke sana kemari, tidak ada orang yang bisa dimintai tolong, apalagi semua orang tidak ada di sana karena sedang menonton acara pertunjukan. Terlebih semua penghuni kamar di hotel ini tidak ada yang lain selain siswa SMA 25, karena memang hotel kelas menengah ini sudah dibooking agen travel jauh-jauh hari untuk semua siswa dan guru SMA 25.
"Iya," jawab Zea, agak ragu. Zea pun memapah Robbi dengan pelan, menuju kamar 916.
"Sampai sini aja ya?" kata Zea, karena telah sampai di depan kamar. Robbi mengangguk pelan.
"Makasih," ucap Robbi. "Padahal aku mau bicara sebentar sama kamu. Gara-gara kepalaku tiba-tiba sakit, pembicaraan kita tertunda," lanjut Robbi lagi.
"Gak papa, masih banyak waktu untuk kita bicara, kamu istirahat aja dulu," jawab Zea. Zea pun berbalik, ingin meninggalkan tempat itu.
Buk
Pukul Robbi langsung di leher Zea. Seketika Zea langsung pingsan.
"Amara, atur semuanya. Setengah jam lagi bawa beberapa siswa untuk memergoki kami," kata Robbi memanggil Amara. Amara lalu keluar dari tempat persembunyiannya.
"Oke, sip," jawab Amara dengan tersenyum. Dia pun meninggalkan tempat itu, melaksanakan perintah Robbi.
Robbi menggendong Zea membawanya masuk. Pintu langsung Robbi tutup.
Lo itu udah kalaaaaaah jauuuh banget dari Zea...
udah la move on,kek gak laku aja jadi perawan...
putus satu ya cari lagi...
plong kan rasanya....