Memperhatikan cerita kehidupan seseorang yang sedikit berbeda, membuat wanita cantik bernama Nining tertarik akan sebuah masalah kehidupan Ustadznya.
Nining berniat mengajak Ustadznya menikah hanya sebuah gosipan.
Berhasil dan si lelaki menyetujui, apa yang akan di lakukan Nining selanjutnya saat setelah menikah dengan Ustadznya yang bernama Ilham?
Akankah nantinya Nining menyesal telah mengajak menikah Ilham?
Mari kita saksikan kisahnya hanya di aplikasi noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cici Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab - 26
Nining mengambil buku yang semalam Ilham berikan. Ia sampai bingung mau membaca buku yang mana dulu. "Kayaknya aku baca buku memasak aja deh. Soalnya besok mau prakteknya." ia pun membawa buku-buku yang di berikan Ilham keluar kamar.
Nining berhenti melangkah di saat suara Ilham terdengar menelepon seseorang.
"Iya harus tanya dulu sama istri mau di poligami atau enggak." Ilham berbicara sembari berdiri di luar ruangan dekat taman belakang. Taman minimalis yang terlihat segar dan nyaman namun tertutup dinding tinggi yang menutupi tempat itu. "Iya benar Far. Nanti keputusan baru di ambil sama-sama." Ilham tidak sengaja melihat Nining yang secara diam-diam ternyata berdiri tak jauh darinya. Nining begitu saja langsung ke ruang tengah di saat Ilham melihat kearahnya. "Iya sudah nanti kita lanjutkan lagi. Ya, wa'alaikumussalam." Ilham mematikan panggilan dengan segera mendekati Nining.
Nining telah duduk di lantai beralaskan karpet bludru dengan ia menyusun bukunya yang di letakkan di atas meja.
Ilham duduk berhadapan dengan Nining sembari membuka laptopnya.
"Em... Abi. Abi mau poligami ya?"
Ilham terdiam dengan perlahan melihat ke Nining. "Memangnya Ummi enggak melarang jika Abi poligami?"
Nining sontak saja tersenyum-senyum sembari tertawa kecil. "Pastinya enggak Bi." Nining malahan sangat bahagia jika Ilham menikah lagi.
Ilham menggeleng melihat reaksi Nining.
"Abi mau menikah lagi rencananya kapan?"
Ilham tersenyum tipis dengan menggeserkan laptopnya agar bisa melihat Nining dengan jelas. "Apa alasan Ummi menyetujui jika Abi poligami?"
Nining semakin tersenyum-senyum. "Biar aku ada teman di rumah Bi."
Ilham semakin pula menggelengkan kepalanya. "Kayaknya berat." gumamnya.
"Enggak berat kok Bi. Malahan ya Bi, aku di rumah ini ada temen."
"Abi ada Mi."
"Abi lain. Kalau sesama perempuan itu berbeda Bi. Di rumah kami bisa berbagi pekerjaan. Dia masak aku cuci piring, dia menyapu aku ngepel. Kami bisa berbagi. Apalagi kami bisa jalan-jalan berdua, shopping sama-sama. Dia beli kalung aku beli cincin. Kayak begitu Bi."
"Memangnya Ummi mau berbagi tempat tidur?"
"Oh kalau masalah itu Abi enggak perlu kepikiran. Abi tidur aja sama dia. Aku sendirian aja."
"Bagaimana jika Abi sama dia memiliki seorang anak?"
Nining langsung menepuk tangannya dengan Ilham terkejut. "Itu bagus dong Bi. Berarti aku enggak susah-susah belajar ini." Nining menunjuk buku-buku di hadapannya itu dengan ia langsung menutupi mulutnya.
Ilham mendatar seketika saat ia tahu alasan Nining yang memintanya untuk poligami.
"Enggak begitu kok Bi maksudnya aku." Nining membela dirinya.
"Buka buku Ummi. Jangan membuat Abi khilaf nantinya. Abi poligami beneran baru Ummi tau rasanya."
Nining kembali membuka buku yang tanpa ia sadari malahan membuka kitab fathul izar. "Iya aku hanya ingin berkata kalau aku mendukung Abi. Abi mau menikah lagi juga enggak apa-apa."
"Iya tunggulah."
"Serius Bi?"
Ilham kembali melihat Nining dengan tatapan datar. "Lebih baik Ummi baca buku. Kalau enggak tau bertanya."
Nining ketakutan saat suara Ilham bersuara meninggi. 'Abi enggak seru ah.' Nining mulai membaca buku. 'Kenapa buku ini sih yang aku buka?' Nining membolak-balik halaman kitab itu. 'Sudahlah terlanjur baca.' ia pun membaca secara perlahan. Entah mengapa sepertinya sangat menarik.
Ada tulisan yang membuatnya kebingungan. Nining pun melihat ke Ilham yang sedang fokus membaca buku. Nining takut bertanya dengan wajah Ilham saja masih terlihat ingin marah padanya. 'Sudahlah aku tanya aja.' Nining mengetes suaranya agar tidak serak.
"Pak guru... Yang ini apa artinya..." Nining menunjuk buku dengan arti tulisan yang ia tidak mengerti ke Ilham.
"Re la la fa la la Re." balas Ilham sembari melihat tulisan Nining.
"Abi malahan nyanyi."
Ilham kembali menatap tajam Nining dengan perasaan Nining yang langsung ketakutan. "Ini kamu enggak tau Ning? Astaghfirullah..."
"I-iya mana aku tau arti jungkir balik kayak begitu. Apalagi banyak gaya kayak begini." Nining membela dirinya.
Ilham memegang pelipisnya sembari berzikir.
'Abi kenapa sih? Orang dia sendiri yang menyuruh untuk bertanya kalau enggak tau. Ini malahan marah-marah.'
"Abi tanya sama Ummi. Kalau Ummi di kasih ikan asin setiap hari sampai bertahun-tahun kira-kira Ummi jenuh enggak?"
"I-iya enggak mau aku Bi makan ikan asin terus-menerus. Memangnya aku kucing apa makan ikan asin."
"Kucing ada loh Mi yang enggak makan ikan asin. Maunya makan ikan segar."
"Iya apa Bi? Kok aku baru tau ada kucing yang memilih makanan."
Ilham rasanya ingin meruqyah istrinya saat ini. "Intinya Mi. Gaya itu hanya sebagai bentuk rasa kepuasan terhadap suami dan istri agar tidak mengeluarkan rasa bosan."
"Tapi Bi. Memangnya nyampe ya kalau gayanya naik ke atas kayak begini?" Nining menunjuk tulisan yang ia sendiri susah untuk membayangkannya.
"Sampai Mi. Ummi taukan ukurannya. Pagi tadi aja Ummi mau lihatkan dan sekalian memastikannya. Ayo kita praktek Mi sekalian."
"Enggak mau aku Bi." tolak Nining dengan Ilham membaca istighfar. Ia baru ingat bahwa istrinya itu tengah haid.
"Lagian kayaknya sakit banget Bi. Aku enggak mau." tolak Nining secara terang-terangan.
"Sudahlah lebih baik Ummi fokus baca bukunya. Biar Ummi paham dulu. Nanti kalau Ummi sudah selesai haid kita coba. Jadi Ummi tau rasanya sakit atau enggak. Abi mau kepesantren buat sholat magrib berjamaah. Nanti kita sama-sama makan saat Abi sudah selesai sholat isya. Soalnya ada anak yang mau menyetor hafalan. Setelah sholat isya Abi baru pulang."
Nining mengangguk saja dengan Ilham mengangkat tangannya untuk mengajak Nining bersalaman.
"Abi hati-hati di jalan."
Ilham mengangguk sembari mencium kening Nining dengan Nining juga mengikuti.
"Assalamualaikum Mi."
"Waalaikumsalam Bi."
Ilham langsung saja meninggalkan Nining dengan Nining membaca kembali buku-bukunya.