Tak hanya mengalah dan memendam perasaan, dia juga rela bertanggung jawab atas kesalahan fatal yang dilakukan adiknya hanya demi menjaga perasaan wanita yang dia cintai dalam diam.
(Mohon baca setiap kali update! Jangan menumpuk bab, jangan lompat baca apalagi boom like. Retensi bergantung dari konsisten pembaca.🙏🙏🙏)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34. APA MAKSUD KAMU?
"Aku gak nyangka kalau kamu ternyata sehebat itu," kata Azka sembari merangkul pinggang istrinya. Mereka baru saja keluar dari ruang meeting. Presentasi yang dilakukan Kinan beberapa saat lalu mampu meyakinkan klien untuk bergabung di perusahaannya.
"Kamu dikasih makan apa sih sama Ibu? Aku juga mau supaya bisa hebat seperti kamu," Tanya Azka dibubuhi candaan.
"Makan asem dicocol gula," balas Kinan yang disambut gelak tawa oleh Azka.
Ponsel Azka berdering, pria itu menarik tangannya dari pinggang sang Istri kemudian merogoh saku jasnya. "Mama yang telepon," dia memperlihatkan layar ponselnya pada Kinan.
"Cepat angkat." Kata Kinan, pasti ada hal penting mama mertuanya itu menelpon di saat masih jam kerja seperti ini.
"Ya, Ma, ada apa?" Tanya Azka begitu mengangkat telepon dari mamanya.
[Nanti malam, kamu sama Kinan ke sini. Erick dan keluarganya mau datang, kita makan malam bersama.] Kata mama Flora.
Azka menghela nafas panjang, "Jadi Mama sama Papa beneran mau jodohin Kak Kia?" Tanyanya, ekspresi wajahnya langsung berubah. Erick, adalah pria yang digadang akan menjadi calon suami kakaknya. Pria mapan dari keluarga terpandang. Tapi jujur dia tidak setuju dengan rencana perjodohan seperti itu, dia ingin kakaknya memilih pasangan hidupnya sendiri bukan melalui perjodohan.
[Azka, Mama mohon jangan seperti itu. Ini juga kan, baru rencana. Kalau Kia gak suka sama Erick ya kita gak akan paksa. Tapi tidak ada salahnya kan, mereka ketemu dulu. Kenalan, siapa tahu cocok.] Kata mama Flora. Azka sudah pernah mengutarakan penolakannya atas rencana perjodohan Kiara dan Erick.
[ Lagian, pernah gak kakakmu cerita kalau dia punya pacar? Enggak, kan. Masa adik-adiknya sudah menikah, dia belum. Jadi gak ada salahnya kita coba dekatkan kakak kamu sama Erick, siapa tahu cocok.]
"Ya udah, nanti malam aku sama Kinan ke sana." Azka memutus sambungan telepon setelah itu. Dia menyimpan kembali ponselnya dengan ekspresi wajah yang tampak tak bersemangat. Dia hanya tidak ingin, kakaknya nanti tidak bahagia karena menikah bukan dengan orang yang dicintainya, dia tahu bagaimana rasanya menikah tanpa cinta.
Di awal pernikahannya dengan Kinan, ia cukup tersiksa. Tiada cinta di dalam pernikahan mereka, ia seakan kehilangan arah untuk melanjutkan hidup. Setiap malam dihantui kegelisahan.
Tapi itu dulu. Yah, dulu, sebelum dia sadar bahwa keputusannya menikahi Kinan hanya demi menjaga perasaan Alehsa tidaklah benar. Dan sekarang, ia belajar membuka hati, mencoba menyingkirkan apa yang tidak bisa ia miliki, dan membawa Kinan ke dalamnya hatinya, selamanya kekal di dalam sana.
"Jadi, Kak Kia beneran mau dijodohin?" Tanya Kinan.
"Rencananya begitu, Mama memanggil kita untuk makan malam bersama. Laki-laki itu dan keluarganya akan datang," ucap Azka.
"Cuma makan malam aja, kan, gak nginap?" Kinan menatap suaminya dalam, dia berharap hanya sekedar makan malam bersama tidak sampai menginap di sana.
"Iya, kita langsung pulang saja setelah makan malam." Azka kembali merangkul pinggang istrinya, melangkah bersama meninggalkan tempat itu.
.
.
.
Setelah makan malam, para orang tua memilih bersantai di ruang keluarga. Sementara Kiara dan Erick, mereka berdua meminta waktu untuk mengobrol berdua. Kini keduanya duduk berdampingan di tepi kolam renang.
Tidak, bukan hanya berdua, tapi ada Azka dan Kinan juga tanpa keduanya lihat. Tadinya mereka ingin langsung pulang setelah makan malam, namun mama Flora sedikit memaksa meminta mereka untuk tinggal sebentar lagi demi menghargai keluarga Erick.
"Bang, sepertinya Kak Kia setuju dengan perjodohan itu." Ucap Kinan, dia dan Azka duduk di kursi panjang yang cukup jauh dari kolam renang. Tampak Kiara sesekali tersenyum mengobrol dengan Erick, begitupun sebaliknya, sama sekali tak terlihat ada kecanggungan diantara keduanya.
Azka hanya diam. Tatapannya tak lepas menatap Kiara, jika kakaknya saja setuju lalu dia bisa apa. Dia hanya berharap, semoga kakaknya selalu dilimpahkan kebahagiaan.
"Bang, aku ke kamar mandi sebentar. Kebelet," kata Kinan.
Azka mengangguk, "Hati-hati." Ujarnya.
"Iya Bang," Kinan gegas pergi. Saking kebeletnya, dia memilih untuk ke toilet dekat dapur.
Tak lama kemudian Kinan keluar dengan perasaan lega, akhir-akhir ini ia memang sering kebelet pipis. Kata Kiara itu wajar, dikarenakan perubahan hormonal dan perkembangan bayi yang semakin membesar pada rahim sehingga menekan kandung kemih.
"Kinan," panggilan seseorang menghentikan langkah Kinan.
Kinan menoleh ke asal suara, melihat ternyata Raka yang memanggilnya, dia kembali melanjutkan langkahnya.
Raka dengan cepat menyusul, dia menarik pergelangan tangan Kinan yang sudah hampir keluar dari area dapur.
"Lepas!" Kinan menarik tangannya dengan kuat, "Apa mau kamu?" Tukasnya dengan tatapan tajam.
"Aku, hanya ingin bicara sebentar sama kamu." Ucap Raka lirih.
"Gak ada yang perlu kita bicarakan," Kinan hendak kembali melanjutkan langkahnya, namun lagi-lagi Raka menarik pergelangan tangannya.
"Pleas Kinan, aku hanya ingin bicara sebentar." Pintanya memohon, bahkan sejak tadi ia menunggu kesempatan ini. Begitu melihat Kinan menuju toilet dekat dapur, ia segera menyusul.
Kinan membuang nafas berat, "Cepat katakan!" Ujarnya tanpa melihat Raka.
Raka terdiam sejenak, pandangnya tertuju pada perut buncit Kinan. Tanpa disangka, dia langsung merendahkan tubuhnya berlutut di hadapan Kinan.
"Apa yang kamu lakukan?" Kinan refleks mundur beberapa langkah.
"Kinan, aku minta maaf, sudah menelantarkan kamu dan anak kita." Kata Raka. Kedua matanya nampak berkaca-kaca. Kemarin, setelah meninggalkan kantor Azka, dia berpikir keras sepanjang jalan. Mungkin yang terjadi pada Alesha, adalah balasan untuknya yang selalu ingin menyingkirkan anak yang dikandung Kinan.
Kinan tersenyum getir mendengarnya. "Anak ini adalah anak Bang Azka. Hanya Bang Azka ayahnya bukan pria pecundang seperti kamu!"
"Terserah kamu mau mengatai aku apa. Tapi aku sungguh-sungguh ingin minta maaf, dan aku... Aku ingin kita bersama-sama membesar anak itu." Kata Raka.
"Apa maksud kamu?"
Deg...
Kinan dan Raka serentak menatap ke asal suara.
biarkan Kinan dan azka bahagia Thor 🙏🙏🙏
intinya klo kmu mw jujur atas perbuatan kmu ke kinan meskipun kmu cinta sma alesha
Kinan sadar dari amnesia nya kasihan azka
-
ayolah Thor biarkan azka bahagia, hatinya begitu baik dan tulus buat keluarganya 🙏🙏