Seruni adalah seorang gadis tuna wicara yang harus menghadapi kerasnya hidup. Sejak lahir, keberadaannya sudah ditolak kedua orang tuanya. Ia dibuang ke panti asuhan sederhana. Tak ada yang mau mengadopsinya.
Seruni tumbuh menjadi gadis cantik namun akibat kelalaiannya, panti asuhan tempatnya tinggal terbakar. Seruni harus berjuang hidup meski hidup terus mengujinya. Akankah ada yang sungguh mencintai Seruni?
"Aku memang tak bisa bersuara, namun aku bisa membuat dunia bersuara untukku." - Seruni.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gadis Pedas Vs Pemuda Sok Tahu
POV Author
Avian merasa pemuda di depannya terlihat tak asing. Wajahnya terlihat agak mirip dengannya namun yang membuatnya makin tak asing adalah sorot matanya. Avian merasa seperti melihat ... Runi.
"Sepertinya ... kita belum pernah bertemu, Pak," jawab Kavi dengan jujur.
Avian segera menguasai dirinya. Ia merasa ada semacam perasaan yang menelusup ke dalam dirinya saat melihat Kavi. "Ehem." Avian berdehem.
"Mungkin karena kamu mirip seseorang. Baiklah, kita lanjutkan. Tadi pembahasan kita tentang apa?" tanya Avian.
Sisil menggunakan kesempatan ini untuk melakukan negosiasi dengan Avian yang lebih punya kuasa dibanding Ricky. Sayang, Avian ternyata punya pemikiran yang sama dengan Ricky.
Tak mau kesempatan yang ada di depan mata hilang begitu saja, Kavi kembali menyuarakan idenya tanpa Sisil ijinkan. "Maaf, Pak. Mungkin perusahaan Bapak bisa memberi kami kesempatan lagi. Saat ini memang persaingan penjualan minyak sedang ketat. Harga minyak kelapa sawit yang melonjak membuat masyarakat enggan memilih minyak dengan harga mahal namun bukan berarti minyak kami tak ada peminatnya."
Sisil memberikan tatapan tajam pada Kavi. Ia menahan emosinya melihat Kavi yang dianggapnya sudah lancang berbicara padahal ia lebih memiliki jabatan di perusahaan dibanding Kavi yang dianggapnya hanya karyawan magang saja.
"Saya sih mau saja memberikan kesempatan. Permasalahannya adalah apakah perusahaan kalian bisa mengikuti tren pola konsumsi masyarakat kita?" tanya balik Avian yang sejak tadi terus menatap Kavi.
"Untuk hal itu ... kami akan membicarakannya dengan pihak terkait asalkan Bapak masih mau memberi kesempatan pada kami," jawab Kavi penuh keyakinan.
Avian langsung menyukai pemuda di depannya. Avian tahu kalau pemuda di depannya melakukan yang terbaik untuk perusahaan meski wanita di sebelahnya akan memarahinya habis-habisan nanti.
"Benar-benar pemuda yang berani ambil resiko," puji Avian dalam hati.
"Baiklah, saya akan memberi kesempatan. Silahkan kalian rundingkan dengan pihak terkait. Kalau sudah ada keputusan, kamu bisa bertemu saya secara langsung. Katakan saja namamu-"
"Kavi, Pak."
"Ya, bilang saja kalau Kavi mau bertemu Avian. Saya akan luangkan waktu saya untuk kamu."
Kavi tersenyum senang mendapat kesempatan bisa bertemu CEO PT Global Mart jalur express. Setelah berterima kasih, Kavi dan Sisil pulang ke kantor.
Sisil masuk ke dalam mobil dan menutup pintu mobil dengan kencang. "Jalan, Pak!" perintah Sisil.
"Tapi, Bu, Mas Kavi belum masuk," protes supir mereka.
"Dia naik angkutan umum saja! Jalan!"
Kavi hanya bisa diam dan pasrah ditinggal Sisil seorang diri. Terpaksa ia naik angkutan umum untuk kembali ke kantor.
****
"Mas Kavi, dipanggil ke ruangan Pak Kevin!" kata sekretaris Kevin saat Kavi baru saja sampai.
"Baik, Bu." Dengan keringat yang bercucuran di kening, Kavi mengetuk pintu ruangan Kevin.
Setelah dipersilahkan masuk, Kavi masuk ke dalam dan agak terkejut saat melihat Sisil sedang duduk di depan Kevin dengan wajah kesal. Kavi sampai lupa menutup pintu ruangan dengan rapat.
"Tuh, anak sok tahu datang! Sudah aku bilang sama Kakak, aku bisa sendiri, kenapa Kakak malah memintaku datang sama dia?" Sisil nampak sangat marah dan meluapkan kemarahannya pada Kevin.
Berbeda dengan Sisil, Kevin malah tersenyum ke arah Kavi. "Masuklah, sini, kita duduk dan membahas semuanya."
Kavi duduk di samping Sisil yang langsung menjaga jarak dengannya dengan menarik kursinya menjauh. Wajah Sisil tetap cantik meski agak memerah karena marah.
"Kavi, Sisil sudah cerita tentang hasil meeting tadi dengan PT Global Mart. Apa alasan kamu membuat pendapat seperti itu?" tanya Kevin.
"Sebelumnya, aku mau minta maaf, Pak, sudah lancang dan tak mematuhi ucapan Sisil. Aku hanya merasa kalau kita masih punya kesempatan. Dunia bisnis itu selalu berubah seiring perkembangan waktu-" Belum selesai Kavi bicara, Sisil sudah memotong ucapannya.
"Sok tahu!" ucap Sisil.
"Sil!" tegur Kevin. "Silahkan lanjutkan, Vi. Kalau Sisil memotong ucapan kamu lagi nanti aku yang omeli dia!"
Sisil makin menekuk wajahnya dengan sebal. Ia merasa tak mendapat pembelaan dari siapapun, termasuk kakaknya sendiri.
"Seperti yang dikatakan oleh PT Global Mart dan kebetulan Ibu-ku di rumah juga punya warung kecil-kecilan, jadi aku sedikit tahu dengan pola konsumsi masyarakat. Sejak harga minyak goreng naik, masyarakat mulai kembali beralih ke minyak curah atau minyak yang harganya lebih murah. Mereka menomorduakan kualitas karena untuk membeli yang berkualitas jelas mereka tak mampu."
Sisil hendak memotong ucapan Kavi lagi namun tatapan tajam Kevin membuatnya terdiam.
"Menurutku, kita sebagai perusahaan harus mengikuti selera konsumen. Yang membeli produk kita ya mereka. Kalau mereka lebih menyukai produk dengan harga murah, kita bisa menyesuaikan produksi kita. Misalnya membuat minyak dengan kualitas lebih rendah dan menjual dengan harga yang mampu bersaing. Kita juga bisa mengurangi biaya packaging agar tak semahal biaya packaging yang biasanya. Penghematan tersebut pasti bisa menekan biaya produksi. Ini kesempatan yang PT Global Mart mau kita lakukan agar bisa tetap bersaing dengan produk lain," jawab Kavi dengan tenang dan penuh perhitungan.
"Memangnya kamu pikir merubah produk bisa segampang itu? Tidak butuh biaya lagi? Makanya jangan sok tahu kalau masih baru terjun di perusahaan. Kebanyakan caper sih!" kata Sisil dengan pedas.
"Sil!" tegur Kevin lagi.
"Kakak jangan membelanya terus dong. Dia memang sok tahu, Kak. Dia menjanjikan sesuatu yang dia sendiri tidak yakin bisa melakukannya. Ini perusahaan, Kak, bukan warung kecil-kecilan milik Ibu-nya!" kata Sisil makin pedas.
Sebelum Kevin mengomeli Sisil, pintu ruangan Kevin yang tidak tertutup rapat tiba-tiba terbuka lebar. Nampak Daddy Dio dan Aki Putra masuk ke dalam dan langsung membuat semuanya terdiam.
"Kamu yang sok tahu! Kamu tak bisa bedakan ya, mana yang sok tahu dan mana yang bisa melihat peluang?" Aki Putra angkat bicara. Sejak tadi ia mendengar perdebatan yang terjadi di dalam dan meminta Daddy Dio untuk diam saja.
"Kamu tuh belum bisa memimpin perusahaan, Sil. Bagaimana kamu bisa memimpin perusahaan kalau pikiranmu sempit seperti itu!" omel Aki.
Aki Putra menatap Kavi dengan tatapan menyelidik. "Kevin, suruh anak ini yang pegang proyek kerjasama dengan PT Global Mart! Katakan pada bagian produksi dan perencanaan untuk membuat produk sesuai ide yang dia cetuskan. "
"Tapi, Ki-" Sisil berusaha membantah tapi Aki tak mau mendengarnya.
"Aki mau kamu belajar dari Dia! Pantas selama ini manajemen protes tentang kepemimpinanmu. Tak becus! Aki tak setuju kamu yang menggantikan Kevin." Aki menatap Daddy Dio dengan tegas. "Dio, kamu saja yang pimpin lagi sampai Leon atau Genta siap menggantikan kamu!"
****
eh jd papa Dio dan mama Ayu...itu yg punya bisnis Ayu Furniture itu?...olala...😂😂😂
Kavi menjadi pemuda yang luar biasa, Seruni berhasil mendidiknya.