NovelToon NovelToon
Tawanan Hati Sang Presdir

Tawanan Hati Sang Presdir

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi / Wanita Karir / Office Romance
Popularitas:14.4k
Nilai: 5
Nama Author: Marthin Liem

Cindy, seorang karyawan yang tiga kali membuat kesalahan fatal di mata Jason, bosnya, sampai ia dipecat secara tidak hormat. Namun, malam itu, nasib buruk menghampiri ketika ia dijebak oleh saudara sepupunya sendiri di sebuah club dan dijual kepada seorang mucikari. Beruntung, Jason muncul tepat waktu untuk menyelamatkan. Namun, itu hanya awal dari petualangan yang lebih menegangkan.
Cindy kini menjadi tawanan pria yang telah membayarnya dengan harga yang sangat tinggi, tanpa ia tahu siapa sosok di balik image seorang pengusaha sukes dan terkenal itu.
Jason memiliki sisi gelap yang membuat semua orang tunduk padanya, siapa ia sebenarnya?
Bagaimana nasib Cindy saat berada di tangan Jason?
penasaran?
ikuti kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marthin Liem, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Burning desire

"Aku suka kue buatanmu rasanya sangat enak, apa lagi kue yang itu." tunjuk Jason ke bagian bawah tubuh Cindy, kata-katanya terkesan cabul, wajah gadis itu langsung berubah menjadi serius.

Tamparan keras yang ia berikan membuat Jason terhempas, tapi senyum cabul tak kunjung pudar dari wajahnya.

"Tolong, jaga ucapanmu!" Cindy memperingatkan tegas, matanya memancarkan keberanian.

Jason, yang sedikit tersentak oleh kejadian itu, merenggangkan senyumnya dan mengusap pipi yang mulai memerah. Namun, ekspresi wajahnya tak kehilangan getaran kenikmatan.

"Tanganmu kecil, tapi kuat juga, ya," ejek Jason sambil mencengkeram lengan gadis itu secara kasar. Matanya meluncur turun, menelusuri ruas-ruas jari Cindy dengan sentuhan yang tak patut.

Cindy menarik paksa lengannya dari genggaman pria tersebut, ekspresi wajahnya tercampur antara ketegangan dan kejijikan.

"Aroma tubuhmu..." Jason berbisik sambil mengusap lembut jari Cindy, lalu mengarahkan bibirnya mendekat dengan keinginan yang jelas terlihat.

Gadis itu meringis geli saat pria itu mencoba menjilat jari-jarinya, secepatnya ia menarik tangan itu kembali. Tatapannya penuh ketegasan dan ketidakberdayaan.

"Hentikan!" sentak Cindy, suaranya penuh kekesalan dan ketakutan yang tersembunyi.

Namun, senyum sombong tak pernah lepas dari wajah Jason, seolah menantang Cindy untuk melawan lebih keras.

"Kenapa? Kamu mau memukuli aku? Silahkan," ucapnya dengan nada menantang, tatapannya menusuk tajam ke dalam mata Cindy.

Gadis itu menelan ludah, merasakan kebingungan dan keputusasaan merayapi pikirannya.

"Kita belum resmi, jadi mohon untuk menjaga batasan di antara kita," kata Cindy suaranya penuh ketidakpastian dan penolakan yang tersembunyi.

Sebenarnya ia tak ingin sampai pernikahan itu terjadi, karena baginya Jason terlalu berbahaya.

Jason merasakan keberhasilan saat kata-kata rayuannya mempengaruhi Cindy. Tapi gadis itu menolak untuk menatapnya, memilih untuk menghindari pandangan yang menyiratkan keinginan yang tak terucapkan.

"Tenang saja, pernikahan kita secepatnya akan terlaksana," goda Jason dengan suara yang mengalir seperti air, tetapi membawa aroma nafsu yang membangkitkan.

Cindy menggeleng pelan, mencoba untuk menolak rayuan yang semakin menggoda.

"Kita melakukannya nanti saja!" ujar Cindy suara yang hampir tercekat. Jason merasa kegirangan melihat ekspresi Cindy yang terlihat rapuh di hadapannya.

Namun, sebelum Jason bisa melanjutkan rencana yang gelap, ponsel berdering dengan keras, memutuskan aliran percakapan yang intens itu. Dengan cepat, dia mengangkat panggilan yang terlihat dari asistennya.

"Ya, Helmi," sapanya dengan suara yang sedikit terengah-engah, mencoba menahan kekecewaan karena terganggu.

"Pak Jason, kapan Anda akan tiba? Karena Pak Ethan sudah menanti Anda sejak pukul 9 pagi, di mohon untuk secepatnya, jika tidak maka beliau akan kembali ke Batam," terang Helmi dari sebrang telpon.

Percakapan bersama sang asisten membawa Jason kembali ke dunia nyata, diingatkan akan tanggung jawabnya di perusahaan. Ia menyadari bahwa ada urusan penting yang harus ia tangani sesegera mungkin.

"Gunakan kembali sabuk pengamanmu!" perintah Jason serius, wajahnya tampak tegang.

Cindy mengangguk patuh, segera mengikuti instruksi pria tersebut.

Saat ia memasang seatbelt, seketika bisa bernafas lega karena terlepas dari jeratan hasrat liarnya.

Jason memperlambat kendaraannya sejenak sebelum memutar arah, mengalihkan perjalanan mereka kembali ke jalan utama yang ramai.

Setiap detik yang berlalu, ketegangan mulai mereda, digantikan oleh suara lalu lintas dan keramaian kota.

Jason memacu kendaraan tersebut secara cepat, menggiringnya kembali ke gedung mewah yang menjadi markas besar perusahaan mereka. Bangunan megah itu menjulang tinggi, dengan jam raksasa di atasnya yang terlihat jelas oleh semua orang yang melintas.

Gedung itu merupakan simbol kekuatan dan kesuksesan, membayangi kehidupan sibuk di bawahnya.

...

Di tengah keramaian para karyawan yang sibuk bergerak, Jason seakan enteng melingkarkan lengannya di pinggang Cindy saat mereka berjalan. Tindakannya itu tidak luput dari perhatian para staf yang mulai bertanya-tanya.

"Ada hubungan apa mereka? Kok Pak Jason bisa bersama Cindy, bukannya dia sudah di pecat, ya?" bisik Mira, tatapan tajamnya menelusuri kedua sosok itu penuh rasa ingin tahu yang tak tersembunyi.

"Kenapa mereka bisa sedekat itu?" Siska menggeleng tak percaya atas apa yang ia lihat sungguh pemandangan yang langka, Jason yang di kenal tidak menyukai lawan jenis kini terbantahkan dengan kedekatannya bersama Cindy.

Wajah Cindy terlihat tegang saat ia merasa sorotan mata mantan rekan-rekannya yang penuh tanda tanya. Ia pun menghindari tatapan mereka, menundukkan kepala dengan perasaan tidak nyaman.

Ketika mereka akhirnya tiba di depan pintu ruang pribadi Jason, suasana menjadi semakin tegang. Jason membuka pintu penuh kelembutan, memberi jalan untuk Cindy.

"Silakan masuk. Kalau kamu lapar, pesanlah makanan kepada petugas kantin. Aku ada urusan di ruang rapat," ucap Jason, suaranya tenang tidak ada keraguan.

Dengan hormat, ia memberi kesempatan agar gadis itu masuk terlebih dahulu sebelum pergi meninggalkannya sendirian.

Cindy menelan ludah, perasaannya campur aduk saat dia melangkah masuk ke dalam ruangan itu. Pikirannya dipenuhi oleh pertanyaan dan ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.

Pintu ruangan tertutup rapat, meninggalkan Cindy dalam kesendirian lengkap di dalam ruangan mewah yang terang benderang.

Pandangannya melayang ke sekeliling, mengamati secara seksama ruangan yang dipenuhi dengan berkas-berkas rapi tersusun di rak, kursi kantor yang bergaya mewah, dan beberapa property, hal itu mengingatkan akan suasana hotel berbintang.

Dengan langkah hati-hati, Cindy mendekati sofa berwarna putih yang terlihat sangat nyaman.

Ia duduk dengan lembut, merasakan kenyamanan luar biasa dari bantal-bantal empuk yang menyokong tubuhnya. Dengan bebas, ia melepas sepatu hak tinggi yang sempit, dan dengan nyaman mengangkat kedua kakinya ke atas sofa.

"Perutku mulai keroncongan, tapi aku ragu untuk memesan makanan," bisiknya pada dirinya sendiri, mencoba meredakan rasa lapar yang semakin terasa mengganggu.

Dengan langkah hati-hati, ia berdiri dan mulai menjelajahi ruangan, mencari makanan kecil atau minuman yang mungkin tersedia di lemari atau lemari es.

Setelah sedikit mencari, matanya menemukan sebuah toples keripik kentang yang terletak di salah satu sudut ruangan. Dengan cepat, ia meraihnya, mengabaikan rasa malu dan laparnya yang semakin menjadi.

Ia duduk kembali di sofa, membuka toples tersebut dan mulai menyantap keripik kentang dengan lahap, menemukan sedikit kenikmatan.

Saat handle pintu mulai bergerak, Cindy merasa jantungnya hampir melonjak keluar dari dadanya. Dengan cepat, ia mencoba menelan remahan keripik kentang yang masih mengisi mulutnya, sementara matanya membelalak tajam ke arah pintu yang terbuka.

Ketika wanita yang muncul dari balik pintu adalah seseorang yang tidak dikenalnya, Cindy merasa sedikit terkejut.

Wanita itu tampak beberapa tahun lebih tua darinya, dengan penampilan yang tomboy namun memancarkan pesona alami yang mengagumkan.

Wanita itu mengenakan celana jeans biru sobek di kedua lututnya yang di padankan jaket kulit berwarna hitam, dan rambut panjang hitam yang diikat ke belakang, semuanya menambah kesan kesan kekar namun menawan.

"Salam kenal," sapa wanita itu terlihat sangat ramah dan bersahabat, senyumannya terpancar kehangatan.

Cindy, meskipun masih agak terkejut, berusaha untuk menegakkan posisi duduk dengan sikap yang santun, dan segera mengenakan kembali sepatu hak tingginya.

"Halo," jawabnya, mencoba menyingkirkan rasa gugup. "Maaf, tapi siapa kamu?"

Cindy berdiri dari sofa, ingin memberikan kesan sopan saat berhadapan dengan orang asing di ruangan pribadi Jason.

"Saya Jessica," jawab wanita itu dengan lembut, "Saya sepupu Jason. Dan kamu?" lanjutnya bertanya.

Cindy mengulurkan tangannya yang gemetar, mencoba menyamakan langkah dengan wanita yang diduga sebagai saudara sepupu Jason.

"Nama saya Cindy." Ia memperkenalkan diri, suaranya sedikit gemetar.

Jessica mengangguk sopan, memperhatikan gadis di depannya dengan rasa ingin tahu.

"Oh, kamu siapanya Jason?" tanya Jessica, wajahnya penuh rasa penasaran.

Cindy merasa kebingungan bagaimana harus menjelaskan hubungannya dengan Jason, mengingat status mereka yang tidak jelas.

"Saya... Ehm..." Cindy terbata-bata, mencari kata-kata yang tepat, tetapi sebelum ia bisa melanjutkan, Jason tiba-tiba muncul, memotong percakapan mereka.

"Eh, Jessi, sejak kapan kamu datang? Kenapa tidak memberi tahu aku sebelumnya?" Jason menginterupsi dengan antusias.

"Hai, Jas," jawab Jessica dengan senyum cerah. "Aku baru saja tiba dari Singapura. Tadi aku sempat mampir ke Mansion, tapi kamu tidak ada di sana jadi aku langsung ke kantor," lanjutnya.

"Ehm... Ngomong-ngomong, kamu sudah punya pacar ya sekarang? Kok tidak memberi tahu aku?" Jessica kembali menambahkan dengan ekspresi cemberut.

Cindy semakin merasa gugup ketika Jessica membicarakan hal tersebut. Hatinya berdebar kencang, tidak yakin bagaimana ia harus bereaksi.

"Dia bukan pacarku!" potong Jason tiba-tiba, senyumnya yang menyeringai ke arah Cindy membuatnya terdiam.

Suaranya yang lantang membuat perasaan gadis itu semakin tidak karuan, tidak tahu harus merasa seperti apa di tengah-tengah interaksi yang membingungkan ini.

"Hmm ya, aku memang bukan pacarnya," batin Cindy.

...

Bersambung...

1
Bilqies
Hay Thor aku mampir niiih...
mampir juga yaa di karya ku /Smile/
Kim Jong Unch: Makasih ya kak
total 1 replies
Arista Itaacep22
lanjut thor
Kim Jong Unch
Semangat
anita
cindy gadis lugu..percaya aja d kibuli alvian.lugu kyak saya😁😁😁😁
Arista Itaacep22
seru thor cerita ny, tapi sayang baru sedikit sudah habis aja
Kim Jong Unch: Makasih, sudah mampir kak. ☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!