Berada di dunia yang mana dipenuhi banyak aura yang menjadi bakat umat manusia, selain itu kekuatan fisik yang didapatkan dari kultivasi melambangkan betapa kuatnya seseorang. Namun, lain hal dengan Aegle, gadis belia yang terasingkan karena tidak dapat melakukan kultivasi seperti kebanyakan orang bahkan aura di dalam dirinya tidak dapat terdeteksi. Walaupun tidak memiliki jiwa kultivasi dan aura, Aegle sangat pandai dalam ilmu alkemi, ia mampu meracik segala macam ramuan yang dapat digunakan untuk pengobatan dan lainnya. Ilmu meraciknya didapatkan dari seorang Kakek tua Misterius yang mengajarkan cara meramu ramuan. Karena suatu kejadian, Sang Kakek hilang secara misterius. Aegle pun melakukan petualang untuk mencari Sang Kakek. Dalam petualang itu, Aegle bertemu makhluk mitologi yang pernah Kakek ceritakan kepadanya. Ia juga bertemu hantu kecil misterius, mereka membantu Aegle dalam mengasah kemampuannya. Bersama mereka berjuang menaklukan tantangan dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chu-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 4
Dengan perjuangan yang panjang, dan keterbatasan fisik yang lemah. Akhirnya, Aegle sampai di rumah kayunya. Pemandangan yang dihadapinya sangat mengerikan. Rumah kecil itu berantakan, atapnya bocor, dan kebun kecilnya kini hancur. Tanaman obat yang telah ia rawat dengan penuh kasih sayang tampak rusak dan terinjak-injak.
“Apa yang terjadi?” teriak Aegle sambil berlari masuk ke dalam rumah.
“Kakek...” Suaranya menggema di dalam ruang kecil itu. Dia berlari mengelilingi setiap sudut rumah, mencoba menemukan kakek tua yang telah menjadi satu-satunya keluarganya.
Aegle terus memanggil, suaranya penuh kepanikan. Dia berharap menemukan Kakek, tetapi yang ada hanya kesunyian yang menyakitkan. Kepanikan mulai menyelimuti hatinya. Air mata mulai mengalir di pipinya.
“Kakek! Tolong jawab aku!” teriaknya histeris. Dia tidak dapat menahan kesedihan, air matanya bercampur dengan hujan yang terus mengalir.
Aegle terduduk di tanah, menangis sejadi-jadinya. “Apa yang terjadi padamu, Kakek? Kenapa kau tidak ada di sini? Huhuhu....” Semua rasa sakit, ketakutan, dan khawatir beradu menjadi satu dihatinya, tangisan dan teriakan beradu dengan derasnya hujan.
Aegle mengabiskan waktunya untuk menangis, ia merasa tidak mampu memikirkan hal lain lagi. Hingga ia pun tertidur ditengah tangisannya.
Tangisan Aegle membuat ia kelelahan hingga membuainya dalam balutan mimpi. Ia ditarik oleh mimpinya disuatu ruang dimensi yang mana ia memiliki bermacam-macam aura warna.
Dia yang terkesima memandang ruang tersebut. Dari kejauhan cahaya putih yang tiba-tiba bersinar menyingkirkan semua aura, cahaya yang menyilaukan itu membuat Aegle harus menutup kedua matanya. Ia tak mampu menahan kilauan tersebut.
Samar-samar ia mendengar kicauan burung, aroma pepohonan dan angin yang menepis tubuhnya, kembali membuatnya membuka mata. Ia mendapati dirinya berdiri di tengah padang yang dipenuhi bunga-bunga cerah.
Di sana, di hadapannya, Aegle melihat Kakek, sosok yang telah ia cari. Wajah Kakek dipenuhi kelembutan dan kasih sayang, membuat air mata Aegle kembali mengalir. Di belakang Kakek, berdiri Lunaire, serigala putih yang indah, dengan bulu berkilau dan mata tajam yang seakan mampu menembus jiwa.
“Kakek!” seru Aegle, berlari dan memeluk Kakek erat-erat.
“Apa yang terjadi? Kenapa kau pergi? Apa seseorang telah menyakitimu, Aura merah yang kulihat itu milik siapa, Kek?” Tangisnya tidak tertahan, sementara Kakek membelai rambutnya dengan lembut.
“Anakku, tidak ada yang perlu kau khawatirkan,” kata Kakek dengan suara tenang.
Aegle dengan wajah sendu menatap Kakek, ia hanya sedikit heran dengan sikap Kakek yang begitu tenang.
“Aegle sudah saatnya kamu mencari tahu siapa dirimu. Kau terlahir dengan bakat yang tidak dapat dipahami oleh manusia biasa. Suatu saat, Kau akan melekukan sesuatu yang sangat besar.” Kata Kakek.
“Apa maksud Kakek, bukankah Aku terlahir dengan fisik yang lemah, Aku bahkan tidak dapat berkultivasi dan tidak memiliki aura seperti orang lain.” Sahut Aegle pilu.
Kakek mengangguk. “Perjalananmu baru saja dimulai. Jangan pernah meragukan kemampuanmu, Aegle. Di bawah pohon besar yang kutanam di halaman rumah, terdapat sebuah peti. Dalam peti itu, ada sesuatu yang akan membantumu dalam perjalananmu. Gunakanlah dengan bijak.”
Sebelum Aegle sempat bertanya lebih lanjut, mimpi itu mulai memudar. Bayangan Kakek dan Lunaire semakin jauh, hingga akhirnya lenyap dalam kabut yang menenangkan.
Namun, sebelum mimpi itu benar-benar hilang, terdengar suara misterius. Suara itu bukan milik Kakek.
“Kita akan berjumpa, jaga dirimu baik-baik.” Ucap suara misterius itu.
Aegle terbangun, napasnya tersengal dan jantungnya berdebar cepat. Segera, semua yang terjadi dalam mimpi itu memenuhi pikirannya.
“Apa yang terjadi? Oh iya, kakek.” Ujar Aegle tersadar.
Aegle menoleh sekitar namun keadaannya masih sama. Rumah kayu itu berantakan, tidak ada yang dapat diselamatkan.
Aegle teringat mimpinya, Kakek menyuruhnya untuk mencari peti yang ia sembunyikan dibawah pohon dibelakang rumah.
Aegle pun bangun dari posisinya, ia berjalan ke halaman belakang. Mencari keberadaan pohon yang dimaksud oleh Kakek. Begitu banyak pohon dibelakang rumah. Aegle terdiam sejenak. Ia mengingat masa lalu untuk mendapatkan petunjuk pohon yang dimaksud Kakek.
Aegle menatap satu pohon, dimana pohon itu memberikan kenangan masa lalunya. Ia sering bermain di pohon itu, bahkan ia sering memanjat pohon itu membuat Kakek kewalahan terus menasihatinya. Aegle berjalan mendekati pohon itu, ia telah terbuai oleh masa lalu. Hingga ia duduk merenung dibawah pohon itu.
Dalam batin Eagle apakah pohon ini yang dimaksud oleh Kakek. Eagle bergegas berdiri, ia memperhatikan setiap sudut dari tanah itu. Ia menoleh mencari sesuatu untuk digunakan menggali tanah disekitar pohon tua itu.
Benar saja, ia menemukan sudut kayu dengan ukiran. Mungkin saja itu peti yang dikatakan oleh Kakek. Aegle terus menggali hingga ia melihat wujud dari kotak kayu itu. Eagle bergegas mengangkat peti ukuran kecil itu.
Eagle memeluk kotak kayu itu, kemudian matanya mulai sembab dan akhirnya meneteskan air mata lagi. Ia begitu merindukan Kakek, hanya Kakek yang ia miliki selama ini.
Dengan penuh kesedihan Eagle membuka peti itu, ia mendapati beberapa benda yang ada di dalam kotak itu.