Perfect Sweet Marriage

Lanjuttss..

**

^Indonesia^

Semenjak kepergian danira hidup lelaki dewasa berusia lebih dari 35 tahun itu suram bahkan ia selalu menghabiskan waktunya dikantornya

Malam itu...

..

"Kenapa sih mas kamu selalu begini" Bella menatap diego nanar dengan mata berembun

"Kau masih bertanya, kau masih bertanya alasannya aku begini.. Aku tak pernah mencintaimu" jawab lelaki itu acuh mengabaikan bella

"Mass"

"Cukup bella, apa kamu lupa setiap hari aku selalu mengatakan pernikahan ini tidak memiliki arti apa-apa bagiku.. Aku tidak pernah mencintaimu pernikahan ini hanya ada untukmu tapi tidak untukku"

"Mas kamu jahat" Pekik bella sembari menghapus titik air matanya

"Masss mass diego kemana kamu..." Teriak bella saat lelaki itu pergi meninggalkan nya tanpa kata-kata lagi

"Mas aku sudah sangat sabar menghadapimu..." Ujarnya seraya menyeka air matanya

"5 tahun mas, 5 tahun lamanya" Ujarnya seraya menghempaskan dirinya dikasur

"Aku tahu kamu masih mengharapkan nya tapi aku yakin kau akan membencinya jika suatu saat kamu mengetahui semuanya, tentu saja semua itu sudah di racik dengan sempurna mas.." Ujar bella sembari tersenyum penuh kelicikan

Ia meraih tas dan kunci mobilnya lalu melaju menuju rumah orang tuanya

Bella memarkirkan mobil mewahnya dihalaman rumah tn.Fandi penampilannya begitu glamor ny.april sudah menanti kehadiran putrinya itu dengan senyum sumringah ia menghampiri bella

"Mamiii" lirihnya sembari memeluk ny.april

"Kenapa, diego lagi?" Tanya wanita itu

"Tentu saja mam.. Aku sebenarnya sudah tidak tahan mii jika saja ia bukan pewaris perusahaan ayahnya aku sudah menceraikan dan mencampakkannya..." Protesnya

"Sabar sayang kamu harus sabar " Tenang wanita paruh baya itu

"Sabar gimana sih mii lima tahun loh mii lima tahun aku dan dia menikah tapi selama lima tahun itu dia gak pernah menyentuh ku, aku istri macam apa yang tidak disentuh oleh suaminya sendiri..." Jawab bella dengan wajah kesal

"Ck sudahlah, daripada kesal kita clubing aja.." Goda wanita itu, bella menatap ibunya sedikit heran namun itu bukan hal baru baginya

"Ya udah ayok lagipula aku benar-benar mumet.." Jawab bella acuh ia dan ny.april pergi untuk menghibur diri

"Bagaimana apa kamu mendapatkan informasinya"

"Hemm Pak aku tidak yakin ini benar dia atau tidak.." Aldo menatap diego harap cemas

Diego meraih beberapa lembar foto dari tangan aldo ia menatap foto itu dan menelitinya

"Ini dia" Jawabnya dengan penuh percaya diri

"Anda yakin" aldo menatap wajah diego yang terlihat serius

"Ya dia danira.." Jawab diego pasti

"Selidiki" Perintahnya lagi, aldo dengan cepat pergi untuk melakukan yang diperintahkan sahabat sekaligus tuannya itu

Aldo adalah saksi hidup diego selama lima tahun terakhir ini bagaimana hidup sahabatnya itu terpuruk begitu dalam setelah danira menghilang dan pergi dari hidupnya aldo tidak tahu bagaimana bisa sahabatnya itu bisa mencintai wanita yang tidak sengaja menjadi tunangannya dalam semalam itu

"Danira.. Mungkin kau akan mengira aku akan berhenti mencarimu hanya karena surat bodohmu itu.." Diego mencengkram erat lembaran kertas ditangannya dengan bergetar ia meletakan kertas itu kembali dengan menghempaskan tangannya

"Lihat saja akan ku hancurkan mereka yang terlibat dalam semua ini" Ujarnya

Aldo mengerahkan semua orang-orang kepercayaannya untuk mencari informasi tentang keberadaan danira dan tak perlu menunggu waktu yang lama dengan kekuatan uang dan jabatan aldo berhasil mendapat semua data dan informasi yang diperlukan olehnya

"Sebenarnya apa spesialnya dirimu, hingga diego begitu ingin memilikimu" Ujar aldo menatap foto danira yang sedang berjalan di trotoar jalanan

"Bagaimana"

Aldo terperanjat saat suara diego menggema dibelakangnya ia buru-buru memutar diri dan menemukan Diego sudah berdiri dibelakangnya

"Kami menemukan nya.."

"Bagus.." Jawab diego

"Dia tinggal di kota Quebec Kanada ia tinggal disebuah unit apartemen menengah dan bekerja disebuah restoran dikota itu juga sebagai asisten kepala cabang... Dan ini datanya" Ucap aldo menjelaskan kepada diego lelaki itu tampak mangut-mangut ia tersenyum bangga kepada lelaki itu

"Kerja bagus, tapi apa kau tidak penasaran kenapa aku begitu mengingini wanita ini" Ujar diego tiba-tiba membuat aldo tersentak

"Tidak pak" Jawabnya

"Baik, aku tidak akan menjelaskan jika kau berkata tidak.." balas diego seraya ia menepuk bahu aldo dan berlalu dari ruang kerja aspri nya itu tanpa sepatah katapun lagi setelah memastikan diego benar-benar pergi Aldo menghela nafasnya lega meskipun sudah sejak lama ia kenal dan bekerja dengan diego namun rasanya begitu mencekam jika lelaki itu bertanya dengan nada yang begitu dingin

Aldo menghela nafasnya kenangan lama kembali mengoyak hatinya..

15 tahun lalu disaat itu aldo dan diego sama-sama berusia remaja saat itu ia mereka sama-sama duduk dibangku SMA tapi nasib aldo berbeda ia bersekolah sembari bekerja serabutan demi memenuhi kebutuhan hidupnya yang hanya tinggal berdua dengan sang adik sementara kedua orang tuanya sudah bercerai sejak ia duduk dibangku smp aldo merasakan beratnya hidup semua beban ia pikul sendiri semua pekerjaan ia lakukan asal halal demi untuk menyambung hidup mereka berdua

Seperti malam ini ia dihadang dua orang preman jalanan

"Bagi duit nya" ujar salah satu preman itu sembari menarik kerah baju aldo

"Gak ada bang" Jawabnya gelagapan

"Alahh bohong tadi gua liat ya lo dipasar dapat banyak job panggulan" Jawab salah satunya sembari memainkan pisau lipatnya

"Bang sumpah bang gak ada"

Bugg suara tamparan diwajah aldo membuatnya meringis kesakitan

"Cepat kasih" Bentak nya lagi sembari menarik kembali lelaki muda itu untuk berdiri

"Bang gak ada bang, itu cuma ada buat beli makan adek saya" ujar aldo berusaha melepaskan diri saat preman itu merogoh kantong celananya

"Nahh ini apa.." Lelaki itu berhasil mendapatkan uang dari kantong aldo hanya uang pecahan yang jumlahnya jauh dari kata lumayan

"Kembalikan bang itu buat beli makan adek saya" Mohon aldo sembari mencoba berdiri dan merebut kembali uangnya

"Alah lo pikir cuma adek lo yang butuh makan, kita juga butuh makan ya gak bro" Jawabnya dan salah satu temannya mengangguk mengiyakan

"Tolong bang jangan ambil semua" Ujar aldo sembari terus mencoba meraih uang itu

"Ngeyel ya lo" Bukkk..bukk..bukkk tanpa belas kasihan ia memberikan pukulan kepada lelaki muda itu sampai babak belur

"Udah lah bro kita balik aja" Ujar salah satu temannya

"Bentar ini gak bisa dibiarin kasih dia pelajaran dulu" Ujar salah satu preman dengan gaya tengil berusaha memukuli aldo sedangkan preman satunya ia terlihat sedikit menaruh iba dengan aldo

"Bro udahlah, duitnya udah lo ambil buru balik ntar ada yang liat" Bujuk temannya

"Ah pengecut lo" ujarnya meremehkan temannya sedangkan ia kembali bersiap untuk memukuli aldo yang sudah terkapar kesakitan

"Ntttiiiiittttttttt...." Suara klakson mobil membuatnya terkejut ia mengurungkan niatnya memukul aldo lelaki itu memutar badannya dan sebuah mobil mewah menyorot keduanya

"Apa maksud lo" Preman tengik itu mengalihkan perhatiannya dari aldo dan berjalan menuju mobil mewah itu

"Keluar lo" Bentaknya sembari berjalan menghampiri mobil dengan mesin masih menyala saat salah satu pintunya terbuka aldo mengernyitkan keningnya saat lampu mobil itu menyilaukannya

"Wahh nantangin lo" Ujarnya saat melihat seorang lelaki muda yang sepertinya seumuran dengan aldo keluar dari mobil itu dengan kacamata hitam bertengger di batang hidung mancungnya

"Bro hajar" Ujarnya kepada temannya

"Ah ogah Lo aja" tolak temannya yang sejak awal tampak tak tertarik dengan perbuatannya dan dengan gaya berjalan pertentangan nya ia menghampiri lelaki itu dan mulai mengajaknya berduel namun sepertinya lelaki itu jauh lebih unggul belum beberapa detik ia sudah jatuh terkapar dengan berteriak kesakitan melihat hal itu salah satunya temannya bukannya menolong ia malah kabur karena sejak awal ia memang tidak ingin ikut campur perbuatan temanya itu setelah memastikan preman itu tak berdaya lelaki itu pergi tanpa memperdulikan aldo yang tak berdaya namun aldo berhasil mengingat nomor plat mobil itu.