NovelToon NovelToon
Bitter Sweet

Bitter Sweet

Status: tamat
Genre:Tamat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan Tentara
Popularitas:660.4k
Nilai: 5
Nama Author: sinta amalia

Sekejap manis, sekejap pahit. begitulah urusan hati seorang Dinata Mahika Jennar, patah hati yang berulang membuat sikap egoisnya memaksa untuk selalu berpindah kampus tempatnya belajar dan trauma untuk menjalin rasa itu kembali terhadap seseorang.

"Gue mau jadi biksu aja, seumur hidup ngga akan pernah mau lagi ngerasain jatuh cinta sama manusia."

Namun kepulangannya ke tanah air justru mempertemukannya dengan seorang penggombal receh dimana nasib justru menghadapkan keduanya di situasi pernikahan yang terpaksa.

Adalah Prasasti Dirgantara, prajurit militer bersenjata negri yang lahir dari keluarga sederhana dan harus turut menerima derita menikahi Dina secara paksa, sepaket sifat menjengkelkan gadis kaya raya itu.

"Jangan lupa uang panainya! Pendidikan gue itu sarjana, om. Minimal 150 juta..." sengak Dina congkak. Prasasti menjedotkan kepalanya ke dinding beton markas militer, "mesti minjem kemana?!"

Sanggupkah keduanya menjalani pahit manisnya kehidupan sebuah pernikahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 26 ~ Kasmaran

Dina dengan wajah lelahnya membuka pintu rumah. Berteman kesepian ia menjatuhkan badannya langsung di atas kasur tanpa berniat membuka sepatunya atau mengganti pakaian yang sudah bau jengkol juga terasi.

"Capeee!" teriaknya dan menenggelamkan wajah diantara lipatan selimut dan bantal barang setaun. Padahal niatnya hari ini, ia ingin pergi ke rumah papi untuk mengambil beberapa barang miliknya, tapi berhubung ibu-ibu kesatuan mengajaknya makan bersama sambil masak, jadinya ia belum sempat.

Kemudian dirinya berbalik dan terlen tang menatap lampu, "om Pras udah nyampe belum? Pasti udah...kok belum kasih kabar? Hmm, cowok mah gitu!" mendadak dirinya dilanda rasa sebal dan kesal. Tangannya mencari-cari ponsel di dalam tas selempangnya, lalu menekan tombol power sedetik, kenyataan sebenar dugaannya.

"Kan, apa gue bilang! Sama ajaaaa!" teriaknya ke arah layar ponsel lalu melempar benda semahal gaji presiden sebulan itu begitu saja ke kasur hingga ia terpantul-pantul dan berakhir diantara kasur dan dinding, tak peduli ia akan kedinginan atau langsung rusak. Ataupun nantinya logo apel digigit itu berubah jadi tahu digigit.

Ia memilih tak peduli dan bersenandung lantang dalam bahasa korea seraya melengos ke arah luar kamar, menyambar bathrobe sambil membuka pakaiannya satu persatu di sana.

"Berendam ahhhh!" Dina terdiam sejenak saat baru menyadari, setelah beberapa hari berada disini, "gue baru sadar, mana bathtubnya?" ia menepuk jidatnya sendiri, "terus gue berendem dimana? Masa iya di dalem bak?" ia memanjangkan lehernya ke dalam bak mandi yang memang telah Pras bersihkan kemarin.

Seraya menanggalkan bathrob yang dikenakannya, "Ck. Baru kali ini, seorang Dinata Mahika berendam di bak..." bodo amat dengan anggapan kekanakan, toh disini tak ada yang tau. Daripada dirinya tak bisa berendam! Dina menutup pintu kamar mandi dan mulai masuk ke dalam bak setelah mencampur air dalam bak itu dengan sabun susu miliknya dan wewangian.

.

.

Prasasti yang baru saja menempati velbed miliknya merebahkan diri sejenak dengan malas, padahal beberapa rekannya terlihat baru saja masuk kembali dengan gelagat menggosok rambut secentinya dengan handuk kecil bersama bau sabun mandi yang menguar.

Ia sungguh belum berniat untuk mandi, dalan pikirannya...ia semakin resah dengan tugas yang akan dibebankan padanya. Ketakutan cukup menghampirinya.

"Bang, ngga mandi? Kamar mandi banyak yang kosong..."

Pras melirik, "ntar, saya mau ke tempat latihan dulu, tanggung kalo mandi sekarang, nanti saja sekalian." Jawabnya. Bagi Pras tak ada waktu terbuang, pantang baginya berleha-leha. Ia bangkit dan segera menanggalkan pakaian loreng hariannya menyisakan kaos biru dan celana lorengnya.

Kawannya mengangguk paham, memang seperti inilah Prasasti jika sedang dalam mode seriusnya, berbeda dengan dirinya yang sedang tidak dalam masa tugas atau di kantor.

Prasasti menyerbu pusat latihan tempur dengan membawa sebotol air mineral. Bukan hanya dirinya saja yang ada disana melainkan beberapa prajurit lain selain dari unitnya.

"Bang," sapa beberapanya yang pernah mengenal Pras diangguki Prasasti, "wey Jhon..." balasnya begitu melintasi beberapa area, mulai dari area indoor, hingga ia kini melangkah lebih jauh ke area outdoor.

Suara letusan peluru memekakan telinga, hingga teriakan seorang instruktur terdengar tak asing di telinga Pras.

Para prajurit yang sedang berlatih terlihat berlarian membidik sasaran tembak.

Doorr!

Doorr!

Jagar yang kebetulan memang sedang menjadi instruktur latihan tempur menyunggingkan senyumnya melihat kehadiran Pras, "ngga niat istirahat, langsung hajar...itulah Black Shadow...ngaso dulu lah, jalan-jalan di tempat baru, mau tak kasih tau tempat jajan enak buat makan malam?" tawarnya lanjut mengalihkan perhatiannya lahi pada junior-juniornya, "fokus woy! Lengah sedikit kepalamu yang bolong!" teriaknya.

Pras tersenyum, "saya disini hanya 5 hari bang, jangan dilama-lamain...istri ngga ada yang ngelonin..." kelakarnya.

"Mentang-mentang sudah ada yang nungguin ranjang..." senggolnya keras di bahu Pras. Pria itu mulai memakai peralatan keselamatannya dan earphone, "hitung waktu saya, bang." pinta Pras.

Ia membalas Pras dengan lengkungan bibir meledek, "oke. Dulu waktumu boleh tercepat. Tapi sekarang, saya yakin sudah berkurang kecepatannya karena lama tak bertugas di unit pasukan khusus."

"Kita liat bang, kalau abang salah...nasi goreng kambing 1 porsi dan jus jeruk?" taruhannya.

"Oookkeeee! 2 menit, habisi kepala target, 30 kepala?"

Prasasti mengangguk dan memasang kacamata pelindungnya.

Priiittttt!

Jagar memberikan intruksi pada para juniornya untuk menghentikan sejenak latihan mereka, hingga membuat bunyi-bunyian bising itu kini senyap.

"Dengar saya! Istirahat sejenak, kita lihat adik letting saya menguji kecepatan dan ketepatannya sebentar!"

"Siap ndan!" seru mereka menyingkir dari arena.

Prasasti mengangkat senapannya, dan menarik pelatuknya, ia menghela nafas demi meraup ketenangan dan fokus.

"Siap?" Jagar memencet stopwatch yang ada di tangannya dan Pras mulai berlari mengendap diantara beberapa barang yang sengaja ditaruh sebagai tempat bersembunyi, layaknya arena paintball.

Dorr!

Ia berlari, memutar badan dan mencecar target lalu menembak sasaran hampir 95 persen akurat secepat kilat, seperti julukannya, bayangan hitam....

"Wihhh," tanpa sadar seruan kagum itu keluar dari mulut junior yang melihatnya beraksi.

Ia berguling dan berlari serta memberondong papan target seperti mata Tuhan, yang tau dimana makhluk bernama sasaran berada. Seolah, dimanapun target berdiam, ia akan tau dan memburunya.

Berondongan selongsong kosong berhamburan dari lubang senjatanya sedikit mengepulkan aroma asap panas akibat cepatnya ia menembak, siapapun ia musuhnya....tak cukup satu, dua lubang yang akan bersarang di tubuhnya nanti jika ia berhadapan dengan si black shadow-nya kesatuan. Ia juga bergerak begitu gesit dan lincah, lalu menghilang dan berkamuflase diantara benda sekitarnya bak bayangan.

Dan disaat target terakhir, amunisi pelurunya sudah habis, ia menarik pisau kecil nan tajam dari sakunya lalu melempar itu tepat ke arah tengah-tengah papan target.

Jleb!

Trek!

"1 menit 55 detik," ucap bang Jagar.

"Woohh, bravo!" tepukan tangan mereka.

Nafasnya yang tersengal senada dengan keringat yang mengucur dari pelipis, ia melepas kacamata dan earphone seraya berjalan ke arah bang Jagar dan tersenyum lebar, "nasi goreng kambing i'm coming! Lumayan makan gratis, rek!" serunya.

"Dasar semprul!" rutuk Jagar.

Prasasti mengguyur sekujur badannya dengan air dingin, memberikan tubuhnya kesegaran sembari menghilangkan semua pikiran buruk yang mengganggunya menjalankan tugas kali ini.

Tak membutuhkan waktu lama untuknya bersih-bersih. Kembali dirinya duduk di atas velbed dan kini, setelah semuanya selesai ia memutuskan untuk menghubungi Dina, namun sayangnya di baraknya sinyal ponsel kurang mendukung, lantas Pras berjalan sejenak ke arah luar demi mendapatkan sinyal kuat.

"Tak boleh jadi. Tresnoku wes numpuk iki segede gunung kelud.." gumamnya berjalan menaikan ponselnya ke udara persis mencari hilal.

Langkahnya membawa Pras berada di sayap kiri kantor kesatuan diantara pohon kersen, karena tak adanya bangku, ia memilih berjongkok mirip orang yang lagi bo ker sembarangan.

***Tuut...tuut***...

Pria ini melakukan panggilan video demi bisa melihat wajah menggemaskan milk bunnya, pasti manyun karena ia ditinggal sendiri.

Dina yang sebenarnya sudah selesai mandi sejak tadi belum mau mengganti bathrobnya dengan baju tidur memilih memakai skin care di seluruh inci kulit mulusnya itu.

Ponselnya bergetar-getar dan berdering kencang, membuat Dina menoleh sejenak, "hape gue mana?" carinya merangkak di atas kasur dan menarik ponselnya yang terselip, "ya ampunnn, sampe lupa gue...jatoh rupanya..."

Alisnya naik sebelah menatap mencibir, "ngapain?! Telat! Males guenya nerima telfon om-om rese!" marah Dina pada layar ponsel yang masih menggelepar menampakan nama Pras disana, ia menaruh ponselnya kasar di atas nakas dan memilih melanjutkan kegiatannya lagi mengoleskan krim-krim perawatan wajah, hingga ponsel yang menggelepar itu diam seketika.

"Keburu males guenya, berasa jadi istri tak dianggap! Kemana aja! Ditungguin dari tadi juga!" gerutunya melirik-lirik ponselnya yang kembali padam, namun menyesal memang selalu datang di akhir, sejurus kemudian hatinya resah, diraihnya ponsel dan memencetnya agar menyala, "ck....telfon lagi dong! Masa sih, sekali ngga diangkat udah nyerah!" kini ia merengut sedih bermonolog.

"Aigoo!" seru Dina ketika ponselnya kembali bergetar dan menunjukan nama yang tadi.

"Angkat, jangan, angkat, jangan nih?" ia justru menggigit ujung kukunya, sejenak Dina melihat tampilannya di depan cermin, "udah rapi belum? Udah cantik?"

Jemarinya menggeser tombol hijau dan menaruh ponselnya di antara botol-botol skin care.

"Assalamu'alaikum ndi,"

.

.

.

.

.

1
Sari Pratiwi
ngakak terus ngakak terus 😆😆😆😆😆
ada aja candaan bang Pras
Sari Pratiwi
lah... bang Black kok ya kepikiran jawab ke dina "anggap aja saya cewek" 😅😄😃🤣😂😆
Sari Pratiwi
baru selesai baca
lanjut baca ulang
blum bisa move on dari bg black
Sari Pratiwi
suka sangat....
humornya gak pernah ketinggalan kalo lg ngobrol
Sari Pratiwi
ih.... memang gemesin x dua orang ini😘
sulistya ningsih
sejak kapan Dina manggilnya udah berubah aja..mamggilnya,,Abang ..bukanya om Pras!!!
Novia Zara Scorpinosta
terimakasih unt smua karya2 nya smg sehat selalu berlimpah berkah sehingga bisa menuliskan karya2 cantik yang lain nya
Mamake Nayla
ternyta...turunan emak nya doyan guyon
DozkyCrazy
Luar biasa
selalu selalu seruuuuu
semangat dinaaaa💃
DozkyCrazy
serrruuuuuu 👏👏
DozkyCrazy
mirip siapa author
jubran
Lisa
jisoo or
chaeng kah???
nikatha
itu si teguh a k a iyang dibikin cerita jg tor..terduga duga iih /Shy//Shy//Grin/
Fitri Ummu Arsyaqila
Luar biasa
nikatha
y bnr botolnya di balik biar pas mau g susah di ketuk2in /Grin/
Christine Liq
Luar biasa
Yeppo🦌
waah usulan tower pemancar itu usulan umi Fara jaman masih hamil Sagara...lama juga kelarnya itu proyek ya sampe Saga udah punya anak sekarang 😂
Yeppo🦌
🤣🤣🤣🤣🤣
Yeppo🦌
wkwkk...seru nih trio kacrut jd istri kacang ijo semua 🤣 sisa Iyang ini wkwkkk
Supiah Susilawati
Luar biasa
Raden Ajeng Safitri
kalau jantan ikan mas,,kalau bentina namanya nila thooor😂😂😂😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!