Bitter Sweet
Sudah sekitar 3 tahun ia meninggalkan tanah kelahiran dan keluarganya, demi mengenyam pendidikan di negri orang, katenye....ngga tau cuma mau buang-buang duit ortu yang udah kebanyakan sampe cebok aja pake duit.
Dan untuk pertama kalinya lagi kulit semulus permukaan pualam, lembab selembab lingkungan bertumbuhnya tanaman jamur hasil karya skin care beratus-ratus dollar dan dokter kulit dengan harga selangit sekali konsulnya di negri singa putih tersapu oleh debu ibukota yang kurang ajarnya ngalahin copet.
"Panas, hofftt!" atap mobil terbuka semakin melebarkan jalan untuk angin bercampur polusi menerpa kulit cantiknya, ini awan ibukota yang emang setipis kulit ari atau memang semakin sini cuaca nusantara sudah tak ramah anak.
Kepalanya sedikit pusing akibat jetlag tadi pagi, dan siang ini ia harus berkendara di tengah kemacetan ibukota yang menurutnya semakin parah cuma demi mengantarkan kado pernikahan untuk seorang teman yang waktu lalu menikah dan ia tak bisa hadir karena kesibukan kuliahnya.
"Gue udah mau sampe lokasi yang lo share, bisa jemput di depan gerbang ngga?"
.....
"Oke."
Putaran roda ban mobil sport mewah berharga ratusan bahkan sampai milyar itu bak gasing beyblade kontras dengan deru mesin berat dan dalam, brummm!
Brummmm,
Watchout!
Sebuah mobil sport berwarna merah menyala begitu mengkilat bikin silau mata yang melihat, mungkin jika dilihat dengan mata telanjank bakalan bikin buta dadakan, heran...itu body mobil apa gerhana?!
"Ck...ck...ck, ayu tenan...artis darimana? Opo sek namanya? Gelben..." senggol pria yang sejak tadi manggul senjata di depan dada biar yang datang tau, kalo ini adalah markas angkatan bersenjata bukan markas boyband.
"Grillben...." ralat seorangnya lagi sama-sama salah. Naluri lelaki prajurit itu mengatakan jika jidatnya kurang mengkilat dan perlu digosok biar glowing, maka itu yang ia lakukan membuat prajurit satunya lagi mengernyit.
"Ngga usah ngimpi. Berat di ongkos, nyolek dikit aja takut lecet..." jawab rekannya berseloroh, ia berjalan menghampiri gadis yang memang sudah lebih dulu turun dari mobilnya itu hendak menemui mereka, sedikitnya rasa kelaki-lakian muncul dengan otomatis saat gadis cantik dengan fisik terawat datang mendekat, dari jarak 5 meter saja kedua tentara ini seolah merasa taman surga ikut datang bersama gadis cantik ini, wanginya sampe bikin usus ikutan wangi. Mungkin wangi parfumnya ini akan teringat sampe 40 hari ke depan persis wangi bunga kuburan.
"Om, ini batalyon udara kan ya?" tanya nya seraya memastikan plang di atas bukanlah plang mantri sunat, kalee aja kan...otaknya ikutan sableng karena jetlag.
...Pangkalan angkatan militer...
...Lanud ☆☆☆☆☆...
Biru-biru persis kampung smurf. Apa jangan-jangan temannya nanti keluar dengan wujud warga dari desa pandora? Dina terkekeh sendiri membayangkan Clemira yang berubah warna kulit persis si Neytiri, tokoh favorit di film box office favoritnya.
"Keren," gumamnya nyengir sambil manggut-manggut.
Kedua prajurit ini hanya mengernyit seraya saling melempar pandangan, cantik-cantik gila.
"Na!" Clemira berjalan cepat seraya memanggilnya yang kemudian menoleh melebarkan senyum.
"Cle!"
Kedua prajurit ini berohria saat melihat istri dari salah satu prajurit disini menyapanya.
"Tuh, itu temen saya, boleh masuk ngga om? Apa perlu diperiksa dulu?!" tanya nya polos dengan mata membulat dan wajah lugunya seraya menggoyang-goyang badannya ke kanan dan ke kiri persis bocah tk sambil menggigit bibir bawahnya, bikin kedua prajurit di depannya justru tremor meleleh dibuatnya.
Keduanya menggeleng gugup dan mempersilahkan Dina masuk.
"Ye, makasih om!" ia melompat kegirangan masuk ke dalam mobilnya dan mobil mewah itu melaju mulus ke dalam markas, berhenti sejenak demi meminta Clemira duduk.
"Lo apain peak, itu om-om di depan sampe syok dunia akhirat gitu?!" cecar Clemira menggeleng tak habis pikir dengan aksi usil Dina, dan tawa gadis ini meledak kemudian.
"Ck. Elah! Cowok nusantaranya aja yang emang polos---polos Cle. Tapi sebaik apapun cowok, bagi gue semuanya sama...." ucap Dina lagi, Clemira menatap Dina getir dan nanar. Gadis sebaik Dina jadi begini karena terlalu seringnya ia patah hati, terhianati oleh pria-pria bulenya.
"Dari dulu udah gue bilang, pacaran tuh sama yang original buatan negri aja, orang luar yang lo suka kebanyakan player...jadinya makan hati sendiri."
Rasa sesak itu belum hilang, hati yang retak tak bisa pulih kembali dan entah kapan ia bisa percaya kembali untuk menjalin rasa dari kekecewaan, "ihhh," manyunnya melihat Clemira dengan wajah merengut, "ngga usah bahas lagi mereka, gue udah lupa!" jawabnya, jelas ucapannya menghianati hati, sikap Dina yang begitu justru menunjukan jika ia masih begitu kesal dan teringat dengan kisah cintanya yang malang.
"Gue mau jadi biksu aja, seumur hidup, ngga akan pernah jatuh cinta lagi sama yang namanya manusia, karena sejatinya manusia itu perusak, cuma bisa nyakitin..." ucapnya memancing reaksi sewot Clemira, "amit-amit. Ucapan adalah do'a sister."
Laju mobil melambat melintasi lapangan dan gedung-gedung nun biru sejauh mata memandang, "kemaren niat gue pulang kampung emang pengen liat yang seger-seger Cle. Tapi gue ngga nyangka, secepet ini Allah kasih gue yang biru-biru..."
Clemira menyemburkan tawanya, "kurang sayang apa coba Allah sama lo?!" Keduanya tertawa bersama, kemudian Clemira meminta Dina untuk berbelok sesuai arahannya demi singgah sejenak di puslatpur dimana Tama sedang melakukan latihan rutinnya.
"Din, kita ke puslatpur dulu bentar...ketemu mas Tama, soalnya dari kemaren gue udah ngomong lo mau datang, nebus kehadiran lo di nikahan gue..." Cle masih saja mencebik dendam mengingat keabsenan Dina saat ia dan Tama menikah.
"Iya." ia menginjak rem dengan mulus semulus kakinya di depan sebuah gedung arena puslatpur, dimana para prajurit biasa melakukan latihan tempur atau sekedar menjaga kebugaran.
"Mau ikut ke dalem?" tanya Cle, keduanya keluar dari mobil. Dina yang sejak tadi mengedarkan pandangan meneliti setiap inci area ini menggeleng seraya duduk menyender di atas pintu mobilnya.
"Oke. Kalo gitu gue..." baru saja Clemira hendak masuk, Tama sudah keluar dengan bersimbah keringat yang membanjiri badan di balik jaket kesatuannya, meskipun lelaki tulen ia tak pernah sampai memperlihatkan absnya di depan umum bahkan ketika kondisi sebasah apapun keringat yang membanjiri.
"Mas,"
"Dek,"
"Cle," sapa Pras, "cie sampe dijemput segala...kaya anak tk..." cibirnya mengelap keringat diantara kaos putih yang mencetak sebagian otot badan, tidak ketat namun akibat dari keringat yang membasahi kaosnya sampe nempel-nempel.
"Ada..." tunjuk Clemira ke arah mobil.
"Sis..." panggil Clemira, gadis berambut panjang bergelombang nan blonde itu menoleh sambil berdadah ria, "hay!" kaki-kaki mulus yang terbalut sepatu bertali layaknya anak SMA bernuansa denim dan kaos kaki sepanjang lutut yang menutupi kaki jenjangnya tetap tak bisa menyembunyikan kulit seputih susu-nya, sebab rok rempel yang dipakainya hanya sebatas pa ha, plus kaos top croftnya yang bak personel girlband.
"Masya Allah..." Pras menelan salivanya sulit, "milk bun rasa thai tea...Tam... Enak digigit kayanya," bisiknya, Clemira tertawa mendengar julukan Pras untuk Dina, "bukan dari thailand lagi om Pras. Dina udah lama di negri singa putih, sekarang."
"Suami lo yang mana?" tanya nya polos, pasalnya selama ini ia tak begitu melihat wajah Tama dan tak mengingatnya, karena menurutnya om om tentara itu satu modelan semua. Prasasti menahan ledakan tawanya saat si cantik milk bun itu bertanya begitu polosnya.
Clemira menepuk jidatnya, "lama di luar negri ngga bikin lo pinter, Din."
.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Lisa
sabar mas Pras tar deh KL dh halal boleh ko di gigit 😛
2024-11-13
0
Dewi Kasinji
ijin baca kak
2024-11-18
0
Lisa
😂😂
2024-11-13
0