Tasbih Cinta Untuk Adam

Setelah kepergian Annisa, Hawaa terduduk di bangku taman. Dia merasa sangat bersalah dengan hancurnya rumah tangga mereka.

Air mata tak bisa Hawaa tahan. Dia yakin semua yang dengar cerita nantinya akan menyalahkan dirinya. Tak akan ada yang tahu, bagaimana perjuangan dan usahanya selama beberapa bulan ini mengalah demi keutuhan rumah tangga adik tirinya itu.

Bukannya ingin membela diri, tapi dia telah berusaha jauh dan tak mengganggu hubungan Annisa dan Adam. Apakah masih salah juga dia di mata orang-orang nantinya?

Mereka tak akan pernah tau, seberapa besar aku mempertahankan kewarasan dan akal sehatku di saat badai masalah harus menghantam ku secara bertubi-tubi. Yang mereka tau hanya selalu menilai dan mencari kesalahanku kemudian menghakimiku.

Adam keluar dari restoran dan melihat Hawaa sedang duduk termenung dihalaman restoran. Langit tampak mendung. Sepertinya akan turun hujan.

Baru saja akan melangkah, hujan turun dengan derasnya. Adam lalu meminjam payung dan mendekati Hawaa. Pria itu lalu melindunginya dengan payung.

"Hawaa, masuk lagi. Hujan sangat lebat. Nanti kamu sakit!" ajak Adam. Namun, Hawaa masih diam. Masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

Adam lalu menarik tangan Hawaa dengan pelan agar gadis itu mau beranjak dari duduknya. Hujan semakin lebat.

Hawaa bangun dari duduknya, dia lalu memukul dada Adam. Mungkin ingin menyalurkan rasa sakitnya selama ini.

"Kamu jahat, Dam. Kamu jahat ...," ucap Hawaa sambil memukul dada pria itu.

"Kenapa, Hawaa?" tanya Adam tak mengerti dengan apa yang wanita itu maksud.

"Kenapa kamu menikah jika hanya untuk menyakiti Annisa. Kamu bukan saja menyakiti dia, tapi aku. Apa yang akan orang-orang katakan tentang aku? Semua kesalahan pasti akan mereka tujukan untukku. Abi dan Bunda juga pasti akan menyalahkan aku. Jadi apa gunanya perjuangan aku selama ini?" tanya Hawaa. Tangis gadis itu akhirnya pecah.

Adam menarik tubuh wanita itu ke dalam pelukannya. Tak peduli jika itu larangan. Dia hanya ingin menenangkan sang pujaan hati.

"Aku tak mau melukai lebih lama lagi. Lebih baik aku akhiri semuanya, agar tidak ada lagi hati yang terluka!" ucap Adam.

"Kenapa harus melibatkan aku, seharusnya kamu dan Annisa selesaikan berdua saja! Jika kamu memang tak mencintai Annisa kenapa menikahinya? Aku dapat merasakan sakitnya. Aku saja yang mengalami begini terasa sakit, apa lagi dia. Kamu hanya menjadikan dirinya sebagai pelarian. Kamu menyakiti aku dan Annisa secara bersamaan jika begini. Kenapa tidak berusaha mencintainya seperti aku yang berusaha melupakan kamu?" tanya Hawaa.

Saat ini tubuh keduanya telah basah kuyup. Payung tak bisa lagi melindungi mereka.

"Kenapa kamu tak pernah mengatakan padaku jika kamu mencintaiku, Hawaa?" Adam balik bertanya.

"Bagaimana mungkin aku mengatakannya padamu? Aku juga takut jika kamu marah dan tak membalasnya. Belum lagi Abi dan Bunda. Bagaimana aku menghadapi mereka jika bertanya tentang perasaanku ini? Kenapa aku harus jatuh cinta padamu? Pada orang yang salah? Bagaimana aku menghadapi orang-orang yang akan menyalahkan aku atas bubarnya rumah tanggamu, dan menghinaku karena jatuh cinta dengan saudara sendiri?" tanya Hawaa.

Adam terdiam sesaat. Dia tak tahu harus mengatakan apa. Semua yang diucapkan Hawaa benar adanya. Apa yang akan Abi dan Umi katakan jika tahu tentang perasaan mereka?

"Hawaa, mereka tidak bisa menyalahkan kamu atas kandasnya rumah tanggaku. Semua salahku. Kamu dan aku juga tidak melakukan kesalahan. Cinta kita itu bukan terlarang. Kita boleh saja saling mencintai. Mengenai Abi dan Bunda, akan kita hadapi bersama. Yakinlah, mereka pasti akan mengerti!" ucap Adam.

Hawaa menggelengkan kepalanya. Dia belum seberani itu untuk mengatakan kebenaran pada kedua orang tuanya. Dia lebih suka memendamnya sendiri. Karena yang akan terluka cuma diri sendiri.

"Aku tak siap mengakui semua ini pada Abi dan Bunda. Aku tak akan pernah siap melihat mereka kecewa. Terutama Bunda. Dia telah menyayangi aku dengan sepenuh hati, tapi aku justru membalas dengan menghujami pedang ke ulu hatinya. Pasti akan sangat terluka," ucap Hawaa terbata.

"Siap tak siap kita harus mengatakan. Jika Abi dan Bunda bertanya kenapa aku dan Annisa pisah, aku akan mengatakan semuanya. Tapi kamu jangan takut, aku tak akan biarkan ada seorang pun yang menyakiti kamu. Semua ini salahku, aku yang memulai semuanya dan aku yang harus mengakhiri. Sekarang kita pulang. Kamu bisa sakit. Bajumu sudah basah," ajak Adam.

Hawaa di minta pulang bareng dengannya. Sedangkan mobil Hawaa ditinggalkan saja, nanti supir yang akan menjemput. Adam telah bertekad akan jujur dan mengatakan semuanya. Seperti kata Annisa, agar tak ada lagi korban selanjutnya.

...----------------...