NovelToon NovelToon
Happy Story

Happy Story

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Murni
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Riska Darmelia

Karya ini berisi kumpulan cerpenku yang bertema dewasa, tapi bukan tentang konten sensitif. Hanya temanya yang dewasa. Kata 'Happy' pada judul bisa berarti beragam dalam pengartian. Bisa satir, ironis mau pun benar-benar happy ending. Yah, aku hanya berharap kalian akan menikmatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riska Darmelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pindah part 2 End.

“Kamu sama Arin serius nggak sih?”tanyaku pada Sena saat kami sedang di atas motor dalam perjalanan ke sekolah. Kami selalu pergi sekolah berdua karena Sena punya motor untuk di bawa.

“Serius, lah. Kenapa?”jawab Sena.

“Apa yang kamu suka dari Arin?”

“Dia bisa bikin suasana ceria. Aku suka caranya bicara dan juga suka perhatian yang dia kasih ke aku. Dia bikin aku ngerasa kehadiranku penting.”

“Pernah pacaran?”

“Belum.”

“Kenapa?”

“Kerena nggak ada yang mau.” Sena tertawa. “Kenapa kamu jadi mendadak penasaran sama aku dan Arin?”

“Aku penasaran aja.”

“Oh…”

Aku tidak melempar pertanyaan lagi, jadi Sena tidak bicara lagi. Mungkin ia merasa ia hanya harus mengendarai motor dengan benar. Entahlah. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya dia pikirkan. Jadi, saat kami sampai di sekolah aku langsung mengucapkan terima kasih lalu pergi.

“Liat tuh! Si miss arogan udah dateng!”kata sebuah suara feminin saat aku masuk ke kelas. Aku memandangi sekelompok teman sekelasku yang perempuan sedang memandangiku dengan pandangan mengejek. Siapa pun tadi yang sengaja bicara dengan bahasa Indonesia, pasti memang sengaja memancingku untuk marah.

Aku memutar bola mata lalu pergi keluar kelas tanpa meletakkan tas. Aku berjalan ke kantin karena aku merasa tempat itu sebagai tempat ternyaman untuk saat ini karena biasanya pagi-pagi kantin selalu sepi. Aku memilih tempat duduk paling sudut dan terdiam tanpa bisa berbuat apa-apa. Aku mengeluarkan PR yang semalam kukerjakan lalu mulai membacanya.

“Hai,”sapa suara manis yang sudah kuhapal sebagai suara Arin.

Aku tersenyum menyambutnya. Aku sudah akan menyapa balik saat HP-ku berdering di saku rok. “Sebentar, ya, Rin. Aku harus jawab telepon dulu.”

“Boleh duduk di sini?”tanyanya.

Aku mengangguk.

Nama pacarku tertera di layar HP, membuarku merasa kesal sekali. Apa yang mau di bicarakan si tukang selingkuh itu denganku? Aku menahan amarahku dan menerima panggilan darinya. “Halo tukang selingkuh,”sapaku dengan nada suara dimanis-maniskan. “Sekarang ada waktu buat ngehubungin aku, ya? Selingkuhanmu lagi dimana?”

Pacarku langsung mengakhiri panggilannya sendiri.

Aku mendengus. “Masih punya malu, ya? Di kiranya aku nggak bisa tahu kalau dia punya gandengan lain. Dasar!”omelku sambil menatap layar HP.

Aku mendengar Arin tertawa kecil di sampingku. “Ya ampun! Judes banget, sih,”katanya sebelum tertawa lagi.

“Nggak lucu tau,”kataku dengan wajah cemberut.

“Kamu punya pacar?”tanya Arin.

“Tadinya.”

“Udah resmi putus?”

“Belum.”

“Mau cari gantinya nggak?”

Aku mendesah lelah. Aku rasanya belum siap untuk pacaran lagi. “Nggak deh. Sekarang rasanya punya teman aja udah cukup.”

Arin mengangguk-angguk. “Berarti kamu nggak ada hubungan sama Sena, kan?”

“Ada. Dia, kan sepupuku.”

Arin menatapku dengan pandangan yang terlihat terkejut. “Kamu sepupunya Sena?”

Aku merasa lucu dan kebingungan. “Kamu nggak tau?”

Arin menghembuskan nafas lega, terlihat seperti orang yang baru saja melepas beban berat dari dadanya. Arin tertawa senang lalu memelukku, membuatku agak risih dan bingung harus merespon bagaimana.

“Syukurlah!”katanya. “Aku kira Sena dan kamu lagi deket. Aku kira Sena cuma bersikap baik sama aku sebagai temannya.”

Aku tertawa. Rasanya lucu sekali. Ternyata selama ini Arin salah paham dan cemburu padaku. “Nggak mungkin aku pacaran sama sepupu sendiri,”kataku sambil menepuk-nepuk punggung Arin.

Arin melepas pelukannya dari tubuhku. Ia terlihat berseri-seri. “Kalo gitu kamu mau nggak bikin aku deket sama Sena?”

“Kamu mau ke rumahku? Nanti aku kasih liat kamar Sena. Penasaran, kan?”

Mata Arin membulat. “Kalian tinggal serumah? Kok nggak pernah cerita? Pantes aja pergi dan pulang sekolah bareng terus, ya. Aku sering cemburu karena itu, loh. Ternyata aku kemarin-kemarin cuma salah paham.”

Aku tertawa kecil. Entah siapa yang salah dalam kesalah pahaman ini. Aku dan Sena yang tidak pernah cerita atau Arin yang berpikiran terlalu jauh. “Banyak yang harus kamu tau, Rin. Siap dengar ceritaku soal Sena?”

Arin mengangguk penuh semangat. Aku mulai bercerita.

Sena dan Arin sedang mengobrol di ruang tamu rumahku, sementara aku menatap langit-langit kamarku dengan perasaan kosong. Aku bisa mendengar mereka berdua sedang bicara dengan nada ceria dan bahagia. Rumahku yang biasanya sunyi jadi sedikit riuh dengan obrolan mereka. Mereka sedikit menghiburku dari kesepian yang kurasakan sejak pindah ke rumah ini.

HP-ku berdering untuk kesekian kalinya hari ini mengusikku dari keceriaan yang Sena dan Arin bawa. Aku melihat layar HP-ku, merasa muak karena lagi-lagi si tukang selingkuh itu menelpon. Aku me-reject panggilan darinya karena sudah bosan mendiamkan deringnya dari tadi. Aku yakin pacarku sudah berhasil menyusun scenario permintaan maaf, makanya dia menelponku. Dia kan penyuka sastra, pasti pintar merangkai kata-kata.

Setelah panggilan darinya ku-reject 4 kali dia akhirnya mengirim sebuah SMS.

Kamu maunya kita putus?

Aku mendadak sedih, tapi tetap membalas pesannya.

Memangnya kamu bakalan tahan pacaran jarak jauh sama aku? Sekarang aja kamu udah selingkuh, kan.

Dia membalas.

Iya, maaf. Aku nggak tahan ngejalanin hubungan jarak jauh sama kamu. Aku butuh seseorang di sampingku buat memenin hari-hariku yang ngebosenin. Aku nggak butuh hubungan yang sekedar tahu kabar tanpa bisa ketemu. Tapi terserah kamu sih, mau lanjut sama aku atau nggak. Kalo kamu mau bertahan aku juga bisa usaha.

Aku menangis. Berarti dia selama ini tidak benar-benar mencintaiku. Dia cuma butuh seseorang yang selalu ada di sisinya saat dia ingin bertemu. Cinta macam apa ini?

Aku yang sedang berurai air mata mengetik balasan untuknya yang mungkin akan jadi SMS terakhirku untuknya.

Ya udah. Kita putus.

Orang yang baru saja kujadikan mantan pacar mengirim emiticon smile. Satu bentuk ekspresi yang membuatku terisak.

Seseorang mengetuk pintu kamarku. Aku mendiamkannya.

“Mina, kamu kenapa?”tanya suara Sena.

“Jangan ganggu dulu,”kataku terisak. “Aku lagi butuh waktu sendiri.”

“Kami mau beli makanan. Kamu mau nitip nggak?”tanya Sena.

Aku tidak menjawab. Diam saja rasanya sudah jadi jawaban untuknya.

Arin dan Sena jadian 2 hari setelah aku putus dengan pacarku. Aku bahagia karena mereka bahagia tapi aku masih belum bisa lepas dari sakit hati karena aku baru putus dari orang yang kupikir mencintaiku secara tulus. Aku pernah berkali-kali meremehkan orang yang patah hati. Sekarang saat tahu rasa sebenarnya dari patah hati, aku menyesal karena sudah mengejek orang-orang yang patah hati.

“Mina, kenapa bengong?”tanya Arin.

Aku menatap Arin sekilas sebelum tersenyum. Rasanya aku tidak ingin mengusik kebahagiaan Arin yang masih baru dengan curhatanku soal putus cinta. “Aku cuma lagi banyak pikiran. Nggak usah dipikirin,”kataku.

Arin terlihat tidak percaya. Ia terlihat berpikir sebentar sebelum mulai memakan makanan yang sudah ia pesan. Aku memperhatikan Arin yang sedang makan lalu tanpa sengaja pandangan kami bertemu. Arin mengalihkan perhatiannya dariku karena tertangkap basah. Aku rasa Arin tidak puas dengan jawabanku barusan karena aku melihat ada rasa penasaran di matanya. Sepertinya aku harus pergi agar tidak usah terpaksa bersusah-susah menjelaskan apa pun pada Arin.

“Aku udahan, ya,”kataku pada semua teman-temanku yang sedang makan. “Aku mau ke kelas dulu. Mau periksa PR buat jam pelajaran selanjutnya.” Padahal di jam selanjutnya aku tidak punya PR apa-apa.

Aku melempar senyum pada teman-temanku sebelum pergi. Tidak ada yang protes tapi aku menyadari rasa penasaran yang kentara di wajah mereka. Karena aku belum curhat pada siapa pun, rasanya tidak ada yang bisa menyediakan jawaban untuk rasa penasaran mereka. Aku membuang nafas. Rasanya sesak sekali terimpit masalah di sekolah dan juga patah hati.

Seseorang menabrakku saat aku mau masuk ke kelas. Aku hampir terjatuh dan cuma bisa ternganga melihat orang yang menabrakku menatapku dengan raut marah.

“Kalo jalan liat-liat dong!”bentaknya.

Aku tidak percaya. Rasanya aku baru saja di hina. Amarahku memuncak. “Kamu yang nabrak kenapa aku yang harus liat-liat! Aku jalannya santai aja, kok! Sadar diri, dong!”bentakku balik.

Dia, teman sekelasku yang tidak kutahu namanya siapa, pergi sambil bersungut-sungut. Aku masuk ke kelas lalu duduk di kursiku. Di mejaku aku menangis untuk ke sekian kalinya setelah putus dari pacarku.

Seseorang mengetuk pintu rumah. Aku membuka pintu karena tidak ada siapa pun di rumah selain aku. Sena tersenyum saat aku membuka pintu untuknya. Tadi Sena memang pamit untuk mengantar Arin setelah mengantarku pulang.

“Tadi kemana aja?”tanyaku.

“Ke rumah Arin. Aku di kenalin sama keluarganya. Aku disambut ramah dan diajak makan bareng keluarganya. Aku tolak sih. Kamu kan tau aku nggak biasa makan kalau masih sore.” Sena menghela nafas. “Aku ngejalanin hubungan yang menyenangkan banget sama Arin. Aku nggak nyesel minta Arin jadi pacarku.”

Aku hanya bisa tersenyum mendengar penuturannya. Sena menjelaskan terlalu banyak untuk satu pertanyaan sederhana yang kulontarkan. Bahagia mungkin membuatnya lupa diri.

“Yang lain mana? Rumah kok sepi?”tanyanya setelah duduk di sofa.

“Pergi. Kita cuma berdua di rumah,”kataku sebelum duduk di sofa yang berseberangan dengan Sena.

Keheningan canggung mengapung diantara kami. Perasaanku jadi tidak enak. “Tadi di rumah Arin ngapain aja?”tanyaku untuk memecah keheningan agar suasana jadi nyaman lagi.

“Ngobrol,”jawab Sena tanpa menatapku.

Jawaban yang sangat singkat. Keheningan kembali mengapung di antara kami. Aku mencoba memikirkan sebuah pertanyaan lagi yang akan memancing obrolan panjang.

“Sena, kenapa kamu mau pindah ke rumahku?”tanyaku setelah berpikir lama.

“Kenapa nanyanya gitu. Kamu terganggu dengan kehadiranku?”

Aku terjebak omongan sendiri.

“Nggak,”jawabku gugup. “Soalnya di kelasku ada yang tinggal di daerah asal kamu dan setiap harinya pulang pergi pakai motor. Kamu kan juga punya motor kenapa nggak milih kayak gitu juga.”

“Sayang uang buat bensinnya. Lagi pula pegel tau naik motor lama-lama. Makanya aku lebih milih tinggal di sini. Sekalian biar bisa kenal sama keluargamu yang udah lama di rantau. Aku senang akhirnya bisa kenal sama kamu dan adikmu yang sering diomongin orang tuaku. Katanya kalian jagonya kalo bikin prestasi.”

Aku tersenyum. Prestasi adalah satu-satunya yang masih kumiliki saat ini. Tapi aku tidak ingin terlalu membanggakannya saat kondisi hubungan sosialku baru saja membaik. Terlalu membanggakan diri pada teman biasanya bisa membuat mereka merasa kita merendahkan mereka. Itu pendapatku pribadi.

“Kamu beneran nggak keganggu sama aku?”tanya Sena lagi.

Aku menggeleng kuat-kuat. “Malah seneng. Karena kamu aku jadi punya temen di sekolah. Aku ngucapin terima kasih untuk itu. Aku bersyukur punya saudara sepupu kayak kamu.”

Sena menatapku dengan tatapan lembut sebelum tersenyum. “Aku juga mau ngucapin terima kasih karena kamu udah mau berbagi rumah sama aku. Thanks, ya.”

Aku mengangguk. “Gimana temen-temen di sekolah lama kamu? Mereka masih ngehubungin kamu nggak?”tanyaku.

“Masih. Malah ada yang ngajakin liburan bareng waktu liburan semester nanti. Kalo kamu sendiri gimana?”

Aku tertunduk, cuma bisa tersenyum sedih.

“Kenapa?”tanya Sena.

“Temen-temenku udah sibuk sama kegiatan mereka sendiri. Aku cuma punya temen-temen kita yang di sekolah sekarang. Arin, kamu, Vika dan Rian. Memang, sih, temen-temenku di Jakarta masih sesekali ngabarin lewat SMS, tapi telponku nggak ada yang mau jawab. Mungkin bagi mereka sejak aku nggak ada di samping mereka lagi, berarti aku bukan temen mereka lagi.”

“Kamu nggak boleh mikir kayak gitu. Mungkin aja sebenarnya mereka kangen sama kamu tapi di sibukkan kegiatan lain di sekolah.”

Aku merasa tertegur oleh perkataan Sena. Rasanya Sena ada benarnya juga. Sebentar lagi ujian semester. Mereka mungkin disibukkan pelajaran tambahan atau les. Aku tidak boleh berpikiran buruk dulu.

Aku merasa mengobrol dengan Sena membuat pikiranku cerah, jadi aku mulai menceritakan semua hal yang selama ini ingin aku keluhkan. Pertemananku di kelas, pacarku yang baru putus denganku, dan banyak hal kecil yang rasanya menyesakkan dada sejak aku pindah.

Aku menatap langit yang telah gelap ketika orang tuaku pulang dari ladang. Aku merasa lega setelah menceritakan semua keluh-kesahku. Sejak pindah aku tidak punya tempat berkeluh kesah dan hanya biasa menyimpannya sendiri. Sejak teman-teman sekelasku berubah jadi musuh, aku hanya bisa diam menerima walau terkadang amarahku bisa meledak juga. Aku merasa beruntung karena Sena dan aku terjebak dalam situasi harus saling bercerita, sehingga aku bisa membuat sepupuku memahamiku sekaligus membuatku memahaminya.

Sejak pindah ke kota Payakumbuh, aku merasa selalu membawa ruang kosong dalam diriku karena hal yang kutinggalkan di Jakarta. Aku dulu merasa pindah rumah adalah sesuatu yang buruk karena perjalanan cintaku jadi menghadapi rintangan besar. Sekarang aku bersyukur aku menemukan hal baru yang mengisi kekosongan di dalam diriku. Aku juga bersyukur karena bias melihat wujud sejati dari cinta yang coba kupertahankan.

Aku yang sekarang merasa pindah bukanlah hal yang buruk.

~Selesai~

1
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓
Hai ka.....
gabung di cmb yu....
untuk belajar menulis bareng...
caranya mudah cukup kaka follow akun ak ini
maka br bs ak undang kaka di gc Cbm ku thank you ka
Riska Darmelia
〤twinkle゛
Terima kasih sudah menghibur! 😊
Riska Darmelia: sama-sama/Smile/
total 1 replies
Tiểu long nữ
Suka dengan gaya penulisnya
Riska Darmelia: makasih.
total 1 replies
🍧·🍨Kem tình yêu
Nggak kebayang akhirnya. 🤔
Riska Darmelia: terima kasih karena sudah membaca.😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!