My Baby Husband (New Story)

Saya menatap datar Rina yang sepertinya tersenyum mengejekku namun, sayang itu harus tertutup oleh telapak tangannya.

"Menutupi apa?" tanyaku mendongak agar bisa lihat wajahnya secara jelas.

"Jangan-jangan kau..." belum sempat Rina menyelesaikan kalimatnya aku sudah menyela dirinya karena aku sudah tahu apa yang akan dia katakan padaku.

"Berani kau berkata maka bersiaplah tanganku ini melayang pada wajah mulusmu ini," ujarku dengan nada datar dan tegas mengangkat tanganku ke udara sambil melayangkan tatapan tajam pada Rina.

Bisa saya lihat Rina menelan salivanya kasar ia menghentak-hentak kakinya kuat mungkin dia meluapkan kekesalannya, Rina dan yang lain kembali ke bangku mereka.

Tidak lama kemudian guru mata pelajaran selanjutnya masuk ke dalam kelas kami, dan aku pun fokus pada materi yang disampaikan oleh ibu guru.

POV End

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Michael dan kawan-kawan sedang berada di kantin padahal waktu istirahat telah selesai tapi ketiga anak adam itu malah duduk santai seraya mencomot gorengan.

"Oh iya Michael aku enggak tahu salah lihat atau apa tadi pagi aku lihat Aurora diantar oleh ayahmu," ujar Anhar.

Anhar mengatakan sejujurnya karena ketika ia memarkirkan sepeda motor ia menangkap siluet Zafar dan ia juga melihat Aurora yang melambaikan tangannya pada Zafar yang tentu saja dibalas.

"Kalau iya, kenapa?" tanya Michael mendongakkan kepalanya.

"Jadi gosip itu benar enggak sih Aurora anak rahasia keluarga kalian?" tanya Jonathan dengan nada sungkan.

"Aku rasa benar buktinya tadi om Zafar antar Aurora tadi," sambung Anhar polos.

Michael menggigit bakwan, "kalau dia anak rahasia keluarga kami dia enggak sekolah di sini tapi kami sembunyikan terus ayahku pasti tidak akan repot-repot mau mengantar Aurora kemari," paparnya.

"Alexander ada di belakang nama Aurora," timpal Anhar.

"Dan semua orang di sekolah ini menganggap Aurora adalah hasil hubungan gelap..." Jonathan menjeda kalimatnya menatap sungkan pada Michael.

"Lanjutkan," ucap Michael tenang.

"Hubungan gelap ayahmu," sambung Jonathan lirih.

Michael menarik tipis sudut bibirnya menyeringai dan berdengus, "siapa yang sebarin itu gosip?" tanyanya.

"Enggak tahu, kami tahu itu gosip dari akun base," jawab Anhar.

Michael tidak perlu menebak siapa yang memegang akun base sekolah karena itu pasti dipegang oleh anak-anak dari ekstrakurikuler jurnalistik.

"Kalau papa tahu tentang gosip ini kira-kira apa yang akan dia lakukan?" lontar Michael dengan ekspresi wajah santai.

Jonathan dan Anhar tahu raut wajah tenang Michael sama dengan kematian buat siapa pun orang yang mengusiknya.

"Aku rasa om pasti tidak peduli sama gosip murahan itu," ujar Jonathan.

"Dan Aurora tidak sepenting itu untuk om turun tangan selesain itu gosip," timpal Anhar seraya menyesap es cekek.

Kalian salah. Michael berdecak sinis sambil memandang kedua temannya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Lonceng berbunyi mengintruksikan bahwa waktu belajar telah habis dan para siswa bisa pulang ke rumah mereka masing-masing.

Chelsea, Aurora dan Sherly berjalan bersama menuju depan tempat biasa menunggu jemputan.

"Ra, ini kartumu," ujar Chelsea menyodorkan kartu pada Aurora.

Aurora mengambilnya lalu memasukkannya ke dalam saku.

"Ra, kamu dapat kartu dimana?" tanya Chelsea penasaran karena setahunya tidak sembarang orang bisa memiliki black card itu harus mendapatkan undangan baru bisa memilikinya.

Dia saja yang bisa dikatakan orang kaya belum tentu punya kartu itu, tapi bagaimana bisa Aurora notabene anak panti bisa punya itu kartu.

Aurora terdiam ia tidak tahu mau memberikan jawaban seperti apa pada Chelsea tidak mungkin ia bilang dia dikasih oleh ayah mertuanya yang tentu akan mendapatkan lebih banyak pertanyaan dari Chelsea.

Lamunannya terhenti ketika seorang pria paruh baya yang merupakan supir keluarga Alexander menghampiri mereka.

"Nona, mari kita pulang!" ajaknya pada Aurora.

"Aku duluan, bye!" Aurora melambaikan tangannya pada kedua temannya lalu ia berbalik dan masuk ke dalam mobil.

Chelsea dan Sherly juga melambaikan tangan mereka dengan kening yang berkerut.

"By the way, sejak kapan Aurora pulang dijemput supir biasanya dia bersamamu Chelsea," ujar Sherly polos.

"Kenapa aku baru sadar kan Aurora selalu pulang sama aku kok sekarang dia pulang udah pakai supir segala," balas Chelsea menyilang tangannya.

"Gosip itu benar dong dia anak rahasia ayahnya Michael. Lihat aja tas yang dia pakai tadi itu keluaran terbaru dan tadi dia traktir kita terus bayarnya pakai black card, kita yang bisa dikatakan cukup kaya enggak punya kartu macam itu bagaimana bisa Aurora yang anak panti punya itu kartu." Sherly mengatakan semua apa yang ia pikirkan.

Chelsea mengacak rambutnya, "ih kepalaku pusing mikirin itu," keluhnya.

Chelsea dan Sherly diam dan mereka pulang setelah dijemput oleh supir mereka masing-masing.

...****************...

Zafar sedang berkutat dengan tumpukan dokumen di atas meja dibantu oleh asistennya Angga yang telah mengabdi padanya sekitar 20 tahun.

Telepon berbunyi sehingga Angga mengangkatnya, ia berbicara dengan penelpon yang tidak diketahui siapa.

Angga menjauhkan telepon dari telinganya lalu berbicara pada tuannya.

"Tuan, telepon dari kepala sekolah," ujar Angga menyodorkan telepon pada Zafar.

Zafar menerimanya lalu menempel telepon di telinganya.

"Tuan, ini aku kepala sekolah Bono," ujar penelpon memperkenalkan dirinya.

"Katakan ada gerangan apa anda menelpon saya?" tanya Zafar formal.

"Ini masalah tentang Aurora," balas Bono dengan nada rendah.

"Apa dia berbuat masalah?"

"Tidak, hanya saja ada berita yang tidak baik tentangnya," jawab Bono sungkan.

Bisa Zafar dengarkan suara berat helaan nafas dari Bono dan tidak lama kemudian Bono mulai menceritakan tentang masalah yang menimpa menantunya itu.

Bono memberitahu tentang berita Aurora yang dituduh sebagai anak di luar nikah dan hasil perselingkuhannya, Zafar mendengar seksama tidak ada niat menyela sama sekali.

Zafar mengepal tangannya, "siapa yang menyebarkan gosip tidak bermartabat seperti itu?" tanyanya dingin.

"Maaf tuan, saya tidak bisa mengatakannya karena melindungi privasi murid kami," jawab Bono tenang.

"Jangan salahkan aku jika besok ada orang baru yang menduduki posisimu itu salahkan saja muridmu itu," ujar Zafar dengan nada mengintimidasi.

Bono mendengar suara dingin Zafar yang mengancamnya merasa sedikit gemetar dia mengusap tengkuknya padahal mereka cuma teleponan saja, tapi bagaimana bisa aura ancamannya mengintimidasi dirinya.

"Katakan sekali lagi siapa murid yang menyebarkan gosip tidak benar tentang Aurora?" Zafar mengulang kembali pertanyaannya.

"Dia anak dari klub jurnalistik," jawab Bono pasrah karena karirnya dipertaruhkan.

Zafar mengakhiri panggilan secara sepihak setelah mendengar jawaban dari kepala sekolah lalu ia meletakkan kembali telepon pada tempatnya.

"Angga, cari tahu anak klub jurnalistik yang menyebarkan berita tidak benar tentang menantuku," perintah Zafar.

"Baik tuan, akan saya laksanakan," jawab Angga datar sambil merapikan kacamatanya.