Dikhianati dan ditinggalkan membuat Alisya tak menghentikan tekadnya untuk tetap menjadi seorang Bodyguard, meski profesi itulah yang menyebabkannya putus dari sang kekasih. Di saat yang sama takdir mempertemukan Alisya dengan seorang klien bernama Virza. Namun, Siapa sangka bila kedatangan Alisya ke perusahaan Virza memiliki maksud dan tujuan tertentu hingga membuat Alisya terjebak pernikahan kontrak dengan Virza.
Akankah nyawa Alisa tertolong di saat jatuh ke dalam tebing dengan kedalaman 30 meter?
Apakah Virza dan Alisya akan tetap bersama ketika mantan kekasih masa lalu mereka membuat rencana untuk memisahkan keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arrafina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Situasi Genting
Mendengar hal itu, Virza langsung mengatakan bahwa rem mereka tak berfungsi dengan baik meski Alisya sudah menginjak rem mobilnya. Namun, mobilnya sama sekali tak mau berhenti. Bahkan mobil tersebut terus melaju dengan kecepatan tinggi. Berkali-kali Alisya menginjak rem namun hasilnya sama saja.
“Alisya, apa yang terjadi?” tanya Virza sambil membelalakkan matanya. Keringat dingin mengucur deras dari pelipisnya.
“Kau tenang saja. Aku pasti akan menjagamu,” ucap Alisya lalu menoleh pada Boy dan berkata, “Mobil ini remnya blong. Aku tidak bisa menghentikannya.”
“APA?!” teriak Boy menelan salivanya.
Pantas saja Boy merasa kalau ada yang aneh dengan mobil yang dikendarai oleh atasannya itu. Ternyata dugaannya benar. Mobil ini telah dimanipulasi oleh anak buah Reno sehingga Virza kehilangan kendali atas kendaraan pribadinya.
‘Ini pasti ulah anak buah Pak Reno,’ ucap Boy dalam hati.
"Kau memang tidak bisa berhenti namun setidaknya kau bisa memperlambat laju mobilmu, Sya." Boy memberi saran.
"Iya, kau harus selamatkan Virza, dia sudah kehilangan banyak darah," pinta Alisya melirik Boy.
"Tidak, aku harus menyelamatkan kalian berdua."
"Bagaimana caranya, Boy."
Alisya benar-benar dilema saat itu, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan di saat situasi genting seperti ini.
Di situ terlihat jelas bahwa saat ini Alisya benar-benar bimbang namun karena pria itu tidak ingin sampai suaminya dalam bahaya maka Alisya memperlambat kecepatan mobilnya hingga membuat Boy pun mengikutinya dan kini sang suami pun sudah berada di samping mobil Boy.
"Apa kau siap, Pak?" tanya Boy menoleh ke arahnya.
"Apa kau yakin dengan keputusanmu ini, Sya?" tanya Virza malah menoleh sang istri dengan kondisi begitu lemah.
Bukan itu saja, tetapi Alisya langsung menyakinkan bahwa Alisya harus mengikuti perintahnya, "Ayolah, Za. Ikutlah dengan Boy sekarang!" pinta Alisya penuh harap.
"Aku tidak bisa meninggalkanmu dan bagaimana bila kau kenapa-kenapa?" balas Virza terus menolak keinginan istrinya itu.
“Kau tidak perlu mengkhawatirkan aku, Za. Aku akan baik-baik saja, percayalah padaku,” ucap Alisya sambil menatap Virza dengan intens, mencoba untuk meyakinkan suaminya yang masih tampak ragu tersebut. “Jika kau mau ikut dengan Boy, aku berjanji kalau aku akan berusaha menyelamatkan diri demi kau,” lanjut perempuan itu.
“T-tapi aku tidak mau meninggalkanmu sendirian, Sya. Aku khawatir padamu,” ucap Virza. “Kalau pun kau harus kenapa-kenapa, aku ingin kau melaluinya bersamaku juga. Bukan seorang diri.”
“Virza, kau tidak boleh egois. Kau harus memikirkan kaki dan tanganmu yang terluka parah!” seru Alisya.
Lama-lama Alisya menjadi geram juga karena Virza tak kunjung menuruti perintahnya. Padahal, apa yang diperintahkan oleh Alisya semata-mata untuk melindungi Virza agar tak terluka lebih parah dari ini. Alisya tidak peduli jika saja dirinya yang akan terluka. Namun, Virza tak mau kalau Alisya juga terluka karena luka di dahinya pun mengeluarkan darah segar meski hanya beberapa tetes saja.
Bagi Virza, keselamatan Alisya jauh lebih penting daripada nyawanya sendiri. Perempuan itu sudah banyak sekali berkorban untuk melindunginya bukankah saat ini dia juga harus berkorban untuk Alisya.
"Cepatlah, Pak Virza. Waktu kita tidak banyak," teriak Boy yang sudah sangat khawatir melihat kondisi Virza penuh dengan luka di bagian kaki dan tangan.
Alisya menggigit bibir bawahnya sambil terus menatap lurus pada wajah Virza. Alisya melaju lebih lambat lagi, setelah memastikan bahwa mobil Boy sudah sangat dekat dengan mobil mereka, Alisya membuka sliding door mobil yang ditumpanginya.
Darah Virza berdesir hebat saat ia melihat jarak kedua mobil itu yang hanya tersisa tiga puluh senti.
“Virza, cepatlah melompat! Kita tidak punya banyak waktu,” ucap Alisya karena di depan sana ada sebuah tikungan.
Hap!
Dalam sekali dorongan yang dibantu Alisya akhirnya Virza berhasil melompat dari mobilnya ke mobil Boy. Untungnya kedua mobil tersebut adalah mobil dengan tipe yang sama dan memiliki sliding doors sehingga Alisya dapat dengan mudah mendorong tubuh Virza ke mobil Boy.
Virza memegang dadanya yang bergemuruh. Apa yang baru saja dilakukannya benar-benar menguji adrenalin.
“Apakah kau baik-baik saja, Pak?” tanya Boy sambil menatap atasannya.
Virza menganggukkan kepalanya. “Terima kasih, Boy. Aku baik-baik saja. Selamatkan Alisya, aku mohon,” ujar Virza dengan matanya yang hendak mengerjap karena kondisi pria itu sangat mengkhawatirkan.
"Bawalah Virza ke rumah sakit sekarang, Boy! aku takut dia tidak akan tertolong," teriak Alisya dengan intonasi tinggi.
"Tapi, aku juga harus menyelamatkanmu." Boy nampak dilema, dia bingung dan harus melakukan apa hingga dia menghubungi anak buahnya untuk menyelamatkan Alisya apalagi melihat Virza sudah pingsan.
Sebelum tikungan yang berjarak kurang dari seratus meter dari posisi mereka saat ini ada sebuah pohon besar di sisi jalan. Hal tersebut tak memungkinkan mereka untuk terus berjalan bersisian karena pastinya akan ada kendaraan lain yang melintas dari arah berlawanan.
Sementara itu, Alisya memejamkan matanya ketika ia melihat sebuah pohon besar yang tidak terlalu jauh darinya. Tak ada pilihan lain, hanya pohon itu satu-satunya hal yang bisa menolongnya untuk menghentikan laju mobil yang dikendarainya.
Brak!
Mobil Alisya melesat dan melaju menuju pohon besar itu hingga benturan keras pun terjadi di sana. Untungnya air bag mobil yang dikendarai Alisya langsung menangkap sensor benturan dan aktif secara otomatis dan tubuh Alisya aman dari efek benturan.
Namun siapa sangka ada sebuah mobil truck dengan sengaja menabrak mobil Alisya dari samping hingga mobil Alisya terseret ke dalam jurang tinggi.
“Alisya!!!” teriak seorang perempuan paruh baya dengan begitu histeris ketika ia melihat mobil Alisya masuk ke dalam jurang.
Boy pun menghentikan mobilnya secara langsung dan bergegas keluar dari dalam mobil untuk mendekati ibu Vidya yang sudah terduduk lemah di atas bukit. "
"Kau pergi sekarang! Selamatkan Virza, aku sudah menelepon polisi untuk mencari Alisya.
Jurang itu begitu tinggi memiliki kedalaman 30 meter meski di bawahnya di kelilingi rawa namun hal itu membuat Vidya tertegun, dia tidak bisa membiarkan Alisya mati dengan sia-sia.
"Cari menantuku sampai ketemu," titahnya kepada para polisi yang baru saja tiba.
"Baik, Bu."
Melangkah begitu lunglai menuju ke rumah sakit dengan kondisi yang tak karuan, Boy yang melihat itu sontak mendekati ibu Vidya, "Apakah Anda baik-baik saja, Bu?"
Perempuan paruh baya itu menggeleng, wajah sembab dan tatapannya yang begitu kosong mengisyaratkan sesuatu hal yang buruk. "Apa mungkin Alisya tak bisa diselamatkan?" tanya Boy dengan mata yang berkaca-kaca.
Makasih kk udah mau baca novelku dan salam kenal kk...
jika Author buat novel kedua, ditunggu like dan komentny yakkk...
Doakan Author lancar lahirannya, salam kenal buat pembaca semuanya🙏🙏😘😘😘🥰🥰
Salam kenal ya kk🙏😘