[Lanjutan dari novel "Aku hanya Figuran"]
Awalnya kupikir Kamu hanyalah gadis biasa-biasa saja. Namun mata polosmu mengalihkan semuanya. Aku tak bisa berpaling. Timbul ketertarikan untuk mengenalmu lebih dalam lagi. Hingga akhirnya Aku sadar, Aku telah jatuh sejatuh-jatuhnya pada pesonamu.
Hei Khansa Aulia, Yohan Alexander menyukaimu. Sadarkah Kau dengan hal itu? (Yohan Alexander)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
[POV Alex] Ch 26 - Mencari Khansa
Ada enam titik tempat yang terindikasi menawarkan penjualan dan persewaan buku. Aku mulai mendatangi tempat itu satu per satu. Di tempat pertama, Khansa tidak ada. Begitu pula di tempat selanjutnya, sampai tempat terakhir pun, tidak bisa kutemukan Khansa di sana. Pikiranku mulai kalut.
"S*al! S*al! Kamu dimana sayang?! Apa kamu benar-benar berniat meninggalkanku lagi? Apa salahku?! Kenapa kamu tidak bisa menerimaku?"
Aku menghantam-hantamkan kepalaku di kemudi. Otakku tidak bisa berpikir jenih. Bayangan Khansa meninggalkanku benar-benar membuatku ketakutan.
Ting... Ting... Ting... (Notif pesan masuk)
Aku meraih ponsel, untuk melihat siapa yang menghubungiku. Ternyata dari Fian.
16.31 : Mas, aku baru saja periksa ponselku. Ternyata satu jam yang lalu Mbak Khansa meneleponku.
16.32 : Aku ketiduran, jadi nggak bisa jawab teleponnya. Aku hubungi lagi ternyata nomornya sudah nggak aktif.
Begitu membaca pesan dari Fian, aku langsung menelepon dan membombardirnya dengan pertanyaan. Tapi hasilnya nihil. Benar-benar tidak ada clue Khansa pergi kemana. Akhirnya kuputuskan untuk mencari Khansa seorang diri.
Aku mengingat-ngingat kebiasaannya ketika masih di J*****. Selain kuliah, Khansa juga mengajar di beberapa tempat. Aku mengunjungi tempat-tempat itu, namun hasilnya tetap nihil. Terjangan rasa takut kembali menghampiriku begitu aku menyadari tempat-tempat yang memungkinkan Khansa untuk pergi jauh dariku. Ya, aku belum ke terminal, stasiun maupun bandara!! Kenapa tidak terpikirkan sebelumnya hal itu?!!
Aku memacu kendaraan ke arah bandara. Berharap bisa menemukan Khansa di sana, namun nyatanya tidak ada. Karena di kotaku hanya tersedia bandara kecil, sehingga jadwal penerbangan tidak sepadat kota-kota besar. Di hari-hari biasa hanya ada dua kali penerbangan dan bila melihat waktunya, sudah tidak mungkin akan ada penerbangan lagi hari itu. Kemungkinan Khansa pergi melalui bandara, sangat tidak mungkin.
Aku pergi ke tempat selanjutnya, yaitu stasiun. Aku menyusuri setiap sudut stasiun kecil itu, namun tak juga kutemui Khansa di sana. Aku pergi ke bagian informasi, untuk menanyakan keberadaannya. Namun pihak stasiun bersikeras tidak akan membocorkan informasi penumpangnya. Aku berusaha menahan amarahku. Memilih cara aman dan damai untuk mengetahuinya. Aku mendesak mereka untuk mempertemukanku dengan kepala stasiun.
Dengan beberapa kali desakan, aku berhasil bertemu dan mulai melakukan negosiasi. Setelah harganya cocok, kepala stasiun mau membuka data informasi penumpang. Hasilnya tetap nihil. Tidak ada nama Khansa Aulia yang terdaftar sebagai penumpang. Aku bahkan mencari-cari sosoknya di CCTV, namun sosok Khansa tidak pernah menginjakkan kaki di tempat itu.
Rasa putus asa, takut, amarah, kecewa, sedih menjadi satu. Aku pergi ke tempat terakhir, yaitu terminal. Sesampainya di tempat itu, aku mulai mencari di setiap moda transportasi yang ada. Dari angkot, bus dalam kota, bahkan bus lintas propinsi. Tidak ada Khansa dimana-mana. Sosoknya seperti benar-benar hilang ditelan bumi.
Seperti orang gila aku menanyakan pada setiap orang yang berada di sana. Menunjukkan foto Khansa dan mendesak mereka untuk mengingat wajahnya. Dari ratusan orang yang kutemui, tidak ada satu pun yang mengingat sosok Khansa. Aku bahkan kembali mendesak petugas terminal untuk menunjukkan CCTV mereka padaku. Aku melakukannya dengan jalur damai, yaitu uang. Tapi percuma, Khansa lagi-lagi tidak kutemukan.
Tubuhku mulai gemetar. Keringat dingin kembali bercucuran. Aku membeli rokok, menyesapnya kuat-kuat, berusaha mengusir kegugupan. Ketika rokok tidak mampu menghilangkan rasa gugup dan gelisah, Aku mengambil beberapa minuman keras yang ada di display toko dan menegaknya.
Aku ingin berteriak, menangis dan menghiba-hiba. Memohon Khansa untuk kembali padaku.
Bagaikan orang bodoh dan gila, aku duduk di teras terminal sembari menyesap rokok dan meminum beberapa botol minuman keras. Orang-orang yang berlalu lalang berusaha menghindariku. Sepertinya mereka ketakutan bila harus berurusan dengan pemabuk sepertiku.
Dddrrrttt... Dddrrrttt... Dddrrttt...
Ponselku bergetar. Aku berharap Khansa yang menghubungiku. Ternyata dugaanku salah. Bukan Khansa yang menghubungiku, melainkan Diana.
"Ya Di?"
"Al, kamu dimana? Katanya mau pergi ke nikahan Dino bareng?" Ah, aku benar-benar lupa. Tujuanku ke J***** salah satunya untuk menghadiri pernikahan Dino. Tapi karena ada insiden hilangnya Khansa, aku melupakan hal itu!!
"Kamu duluan Di. Aku masih ada urusan..."
"Urusan apa?"
"Khansa hilang."
"Hah? Jangan bercanda dong Al, ini nggak lucu."
"Aku nggak bercanda Di. Khansa benar-benar hilang!! Aku di terminal sekarang. Aku sudah mencarinya ke sana kemari, namun Khansa nggak ada. Arrrghhhh!!"
"Al... Al, tenangin diri kamu dulu. Tenang Al, jangan emosi dulu. Aku susul ke terminal ya?"
"Nggak perlu. Kamu langsung ke nikahan Dino. Maaf aku nggak bisa jemput kamu..."
"Al, dengerin aku. Tenang dulu ya, oke?" Diana berusaha menenangkanku. Namun hatiku tidak bisa tenang. Aku sudah hampir setengah gila, melihat Khansa tak kunjung ada.
"Al, tarik napas dalam-dalam, hembuskan perlahan. Coba lakukan Al." Mau tidak mau aku mengikuti saran Diana. Beberapa kali aku menarik napas dalam-dalam, dan menghembuskan secara perlahan. Setelah beberapa kali melakukannya, rupanya cara itu cukup efektif juga. Perlahan-lahan aku mulai sedikit tenang.
"Ceritakan semuanya padaku Al. Jangan tinggalkan detail sekecil apapun, oke?" Aku pun menceritakan semuanya. Seperti kata Diana, tidak meninggalkan detail sekecil apapun.
"Al, aku pikir Khansa tidak pergi kemana-mana."
"Apa maksudmu Di?"
"Gini deh Al. Tadi Khansa kan pergi ke rumah, sementara di rumah nggak ada orang. Seperti dirimu, Khansa juga pasti berusaha menghubungi keluarganya. Namun mengetahui keluarganya tidak ada yang menjawab panggilan, dia pasti mutusin untuk pergi dari rumah itu. Katamu Khansa juga menghubungi adiknya kan? Kalau menurutku, orang yang berniat pergi tidak akan melakukan hal itu. Aku yakin Khansa masih berada di kota ini. Mungkin dia sedang menginap di suatu tempat, entah di hotel atau di rumah kerabat atau temannya. Itu yang kita nggak tahu pasti. Saranku, kita pergi ke nikahan Dino sekarang. Aku yakin Khansa akan pergi ke tempat yang sama. Dia tidak mungkin sengaja mematikan ponselnya. Mungkin ponselnya sedang kehabisan baterai. Positif thinking dong Al." Aku meresapi kata-kata Diana, sedikit banyak kata-katanya ada benarnya juga. "Kalau Khansa malam ini tidak hadir di pernikahan Dino, aku akan membantumu mencarinya. Kita bisa mengerahkan orang-orang kita untuk mencarinya. Bagaimana?"
Setelah berpikir beberapa saat, aku memutuskan untuk menyetujui ide Diana.
"Ya sudah, kita bertemu di pernikahan Dino. Aku berangkat sekarang. Ingat Al, tetap positif thinking." Selesai mengatakan hal itu, Diana menutup panggilan teleponnya.
Dengan langkah gontai aku pergi ke toilet umum dan membasuh wajahku yang sudah tidak beraturan bentuknya. Rambut berantakan, wajah kusam, mata merah. Tidak cocok untuk pergi ke pernikahan seorang teman.
Aku merapikan tampilanku sebisanya, namun hal itu tidak bisa menyembunyikan kadar alkohol dan bau asap rokok yang masih menguar dari tubuhku.
Aku melangkah ke tempat parkir dan masuk ke dalam mobil. Kemudian aku mulai berganti pakaian formal. Seusai melakukannya, aku melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, menuju hotel tempat pernikahan Dino dilangsungkan.
Aku berharap kata-kata Diana benar adanya. Khansa tidak meninggalkanku. Khansa hanya sedang berada di posisi tidak bisa menghubungiku. Khansa akan datang padaku malam ini.
***
Happy Reading 🤗
anw, aku dari 2025 yah. kangen Alkha.
tapi ada yg lucu..
pov nya tukang telur gulungg/Facepalm//Facepalm/..
ada² aja yg nulis novel ini..
ampe nasib telor gulung pun di tulis.