"Aku mau kita bercerai mas!." ucap Gania kepada Desta dengan sangat lantang.
"Aku dan adikmu tidak mempunyai hubungan apa-apa Gania?." Desta mencoba ingin menjelaskan namun Gania menolak.
"Tidak ada apa-apa? tidur bersama tanpa sehelai kain apapun kamu bilang tidak ada hubungan apa-apa, apa kamu gila?."
"Bagaimana kita akan bercerai, kamu sedang hamil?."
"Aku akan menggugurkan anak ini!." Gania yang pergi begitu saja dari hadapan Desta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi cahya rahma R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 26
Gania baru saja tiba di rumah sakit, para tenaga medis terus mendorong Gania yang kini sudah terbaring di ranjang pasien untuk menuju ke ruang UGD dengan kondisi yang memperhatikan. Wajahnya di penuhi dengan luka, bahkan di area kaki terdapat darah yang mengalir dari organ kewanitaannya.
Tuan Maxim terus menatap ke arah putrinya yang sudah tak sadarkan diri. "Gania.. kamu pasti kuat Gania. Kamu harus segera bangun. Kamu dan anak mu pasti akan baik-baik saja." ucap tuan Maxim sambil mendorong ranjang pasien putrinya dengan di bantu oleh suster dan tenaga medis yang lainnya.
Setibanya di depan ruangan UGD, rungan pun langsung terbuka, saat Gania tiba. Seketika salah satu suster memberhentikan tuan Maxim, agar tuan Maxim tetap menunggu di luar.
"Maaf pak.. sebaiknya bapak menunggu di luar dulu, biar pasien di tangani dokter terlebih dahulu." ucap suster tersebut.
"Tapi saya ingin melihat putri saya suster. Saya ingin menemaninya."
"Iya pak.. tapi peraturan di rumah sakit ini, keluarga harus menunggu di luar saat pemeriksaan, harap maklum dan mematuhi peraturan rumah sakit ya pak." ucap suster itu lagi dengan sangat lembut agar tuan Maxim tenang.
"Bapak tunggu dulu di luar, banyak-banyak berdoa. Semoga semua baik-baik saja."
Tuan Maxim yang mendengar ucapan suster tersebut seketika mengangguk."Lakukan yang terbaik untuk putri saya suster."
"Pasti pak.. kami akan melakukan yang terbaik untuk anak bapak." ucap suster lalu masuk ke dalam ruangan dan tidak lupa menutup pintu.
Beberapa menit Gania masuk ke dalam ruangan, kini dokter berlari-lari ke arah ruang UGD.
"Om, Maxim." panggil Nevan, atau yang biasa di panggil dokter Nevan.
Tuan Maxim yang mendapat panggilan dari Nevan seketika menoleh."Nevan.."
"Om.. apakah om baik-baik saja?." tanya Nevan dengan panik.
"Om baik-baik saja, Van. Tapi Gania Van, Gania terluka parah." tuan Maxim yang kembali berkaca-kaca.
"Tenang om.. Nevan akan segera masuk untuk memeriksanya. Om banyak-banyak berdoa ya.. agar Gania baik-baik saja." Nevan yang menyentuh pundak tuan Maxim.
"Iya Van.. om minta lakukan yang terbaik untuk Gania.."
"Baik om.. Nevan akan melakukan yang terbaik untuk Gania. Om tidak usah khawatir."
Tuan Maxim hanya mengangguk pelan. Sedangkan Nevan kini sudah masuk ke dalam ruangan untuk memeriksa keadaan Gania.
Tidak terasa waktu sudah berjalan hampir satu jam, namun dokter tak kunjung keluar. Tuan Maxim yang berada di luar ruangan hanya bisa mondar-mandir untuk menunggu keadaan Gania. Tuan Maxim benar-benar begitu gelisah dan Cemas. Ia takut jika akan terjadi sesuatu dengan Gania serta bayinya.
"Semoga kamu baik-baik saja Gania. Semoga tuhan selalu melindungi mu." ucap tuan Maxim dengan gelisah.
Waktu terus berjalan, tuan Maxim terus menunggu dokter keluar dari ruangan. Setelah menunggu hampir dua jam akhirnya dokter Nevan pun keluar juga dari dalam ruang UGD.
Tuan Maxim yang melihat dokter Nevan sudah keluar dari dalam ruangan seketika mendekat. "Bagaimana, Van? bagaimana keadaan Gania? apakah dia baik-baik saja?." tuan Maxim yang tidak sabar untuk mendengar ke adaan Gania.
"Gania terlalu banyak kehilangan darah om, dan syukurnya stok darah di rumah sakit ini tercukupi, dan Gania bisa tertolong. Dan ada beberapa bagian tubuh Gania yang retak om karena benturan, yaitu bagian tangan sebelah kanan dan bagian kaki sebelah kanan. Namun tidak terlalu parah. Tapi ada satu yang tidak bisa saya selamatkan dari diri Gania."
Tuan Maxim yang mendengar ucapan Nevan seketika sudah paham. Jika calon cucunya pasti tidak selamat. "Apakah itu calon cucuku?." tanya tuan Maxim.
"Iya om.. saya minta maaf, karena tidak bisa menolong cucu anda yang berada di dalam rahim Gania. Benturan yang cukup keras di bagian tubuh, sehingga Gania mengalami keguguran, di usia kandungan hampir 3 bulan." jelas dokter Nevan.
Tuan Maxim yang mendengar penjelasan dari Nevan seketika terpukul. Dia hanya mengangguk sambil menitihkan air matanya. "Tapi bisa di pastikan bahwa Gania baik-baik saja kan?."
"Insyaallah baik-baik saja om, dari hasil pemeriksaan. Tinggal menunggu dia siuman saja, dan om sekarang bisa masuk untuk melihatnya." ucap dokter Nevan.
Tuan Maxim yang sudah di perbolehkan untuk masuk ke dalam ruangan seketika langsung masuk untuk melihat putrinya.
Di kediaman tuan Maxim.
"Halo." Mbok Yem yang sedang menerima telefon rumah dari seseorang.
"Halo selamat siang. Ini saya Jihan selaku sekretaris ibu Gania di kantor, ingin memberi kabar, bahwa ibu Gania sedang mengalami kecelakaan, dan sedang di rawat di rumah sakit Sentral Medika." ucap Jihan.
Mbok Yem yang mendengar ucapan Jihan seketika sangat terkejut. "Apa? non Gania kecelakaan, kecelakaan di mana mbak?." tanya mbok Yem dengan sangat panik.
Pak Joko dan Paijo yang sedang mengganti lampu ruang tamu karena mati, seketika menoleh bersamaan ke arah mbok Yem.
"Inalilahi.. Non Gania kecelakaan." ucap pak Joko.
Paijo yang mendengar ucapan mbok Yem seketika langsung turun dari atas tangga. Paijo seketika juga terkejut saat mendengar berita bahwa Gania mengalami kecelakaan.
"Saya tidak tahu pasti buk, di mana letak kecelakaan ibu Gania. Yang jelas beliau sedang di bawa ke rumah sakit. Dan saya hanya memberi tahu jika saya meminta ibu untuk menyiapkan beberapa perlengkapan ibu Gania, dan satu jam lagi saya akan tiba di sana."
"Oh ya.. baik mbak, saya akan menyiapkan semua baju dan keperluan non Gania." ucap mbok Yem.
"Baik buk.. selamat siang." telefon seketika terputus.
Pak Joko seketika langsung berjalan mendekat ke arah mbok Yem. "Bagaimana ke adaan non Gania, buk? apa baik-baik saja? di bawa ke rumah sakit mana?." tanya pak Joko pada istrinya.
"Keadaanya ndak ngerti ibu pak, katanya di bawa ke rumah sakit Sentral Medika."
"Oalah yong.. kok ya ada-ada saja. Semoga non Gania dan calon bayinya baik-baik saja." ucap pak Joko yang juga khawatir dengan ke adaan putri majikannya.
"Amin pak.. ya sudah aku tak beres-beres bajunya non Gania dulu, karena mbak Jihan bentar lagi datang."
"Iyo buk.. iyo.. wes sana beres-beres."
Mbok Yem seketika berjalan meninggalkan ruang tamu untuk menuju ke kamar Gania yang berada di lantai dua.
Paijo alias Desta seketika hanya diam. Ia seketika teringat dengan kepergian Gania tadi pagi saat terburu-buru. Dari kepergian Gania tadi pagi hingga sekarang Paijo merasa gelisah dan tidak tenang.
"Ada apa ini? apa yang terjadi? bagaimana bisa Gania mengalami kecelakaan, ulah siapa ini?". ucap Paijo di dalam hati.
.
.
.
Lama ngga ngingetin nih author..
Jangan lupa untuk like, komen dan vote ya kakak-kakak..
Agar Author semangat terus nulisnya. Terimakasih ❤