"Apa tidak ada cara lain Pak?, mungkin jika cacat di salah satu kaki dan tangan saya masih bisa menerimanya tapi ini tuli dan bisu, bagai mana saya bisa berkomunikasi dengannya?" ucap Frayogha yang tidak bisa mengerti dengan permintaan seorang pimpinan sebuah pondok pesantren yang memintanya menikahi putrinya yang tuli dan bisu, hanya karena dia ingin menghalalkan makanan yang telah dia makan.
Di paksa untuk menikahi seorang yang tidak dia kenal, dan katanya tuli juga bisu, rasanya jika menikahpun pernikahan mereka tidak akan lama atau mungkin sebaliknya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ade Diah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Buntut dari kesalahan kita
"Tidak tahu, dan untuk yang ini aku tidak mau membantu, itung-itung hukuman untukmu." ucap Bagus dan benar, selama satu minggu ini Yogha mencari Ainur sendirian tanpa bantuan Bagus.
Yogha yang sudah berusaha mencari Ainur merasa kepalanya semakin berdenyut nyeri, karena tidak mendapatkan petunjuk apapun tentang keberadaan Ainur dan baru setelah rasa putus asa, hampir menyerah dia baru ingat kenapa dia tidak menyuruh orang lain untuk mencari Ainur.
"Ah dasar bodoh, kenapa baru kepikiran" ucap Yogha merutuki kebodohannya yang akhir-akhir ini sering dia lakukan.
Mungkin sebenarnya bukan karena Yogha bodoh tapi karena Alah sengaja menghukumnya agar dia berusaha mencari Ainur dengan tangannya sendiri terlebih dulu dan baru setelah dia merasa lelah, dia diberi ide untuk mempermudah pencarian.
Yogha yang kebetulan merasa lapar setelah mencari Ainur, mampir ke Mini market untuk membeli roti atau makanan lain yang bisa dia makan, untuk mengganjal rasa laparnya, dan saat mengantri untuk membayar, tiba-tiba dia di panggil seseorang yang tidak dia kenali.
"Mas, mas Frayogha kan?" tanya orang tersebut
"Maaf siapa ya?" tanya Yogha yang memang tidak mengenali orang tersebut.
"Oh iya maaf, perkenalkan saya Hasan kepala sekolah tempat istri anda mengajar" ucap pak Hasan, yang memang mengenal Yogha sebagai suami Ainur, karena selama ini Ainur mengaku sudah bersuami dan suaminya adalah orang yang sering mengantarnya kesekolah bernama Frayogha.
"Istri?" ulang Yogha
"Ya istri anda bu Nurr yang sering anda antar kesekolah untuk mengajar" jelas Pak Hasan.
Yogha sekarang mengerti siapa yang di maksud orang tersebut, namun Yogha masih terdiam karena merasa bingung, kenapa Nurr mengaku jika dia adalah istrinya, tapi lamunannya tidak berlangsung lama karena pak Hasan berkata lagi "Apa saya salah orang, tapi memang mirip suaminya bu Nurr" ucap Pak Hasan karena tidak mungkin Ainur berbohong.
"Ah iya pak mungkin anda salah orang" ucap Yogha mengiya kan ucapan pak Hasan karena dia bingung harus berkata apa.
"Kalau begitu saya minta maaf," ucap Pak Hasan sungkan karena telah salah mengenali orang.
"Tidak apa-apa pak, kalau begitu saya duluan," pamit Yogha karena tadi saat berbicara dia sudah membayar belanjaannya.
Setelah kejadian itu Yogha jadi bertanya-tanya kenapa Ainur memperkenalkan dirinya sebagai suami, dan setelah sampai rumah dia berencana akan bertanya langsung tanpa harus menebak-nebak alasan Nurr mengaku jika dia sudah menikah dengan dirinya.
Yogha sampai di rumahnya tengah malam, dan dipastikan jika semua orang sudah tertidur, alhasil Yogja mengurungkan niatnya untuk bertanya pada Nurr dan memilih esok pagi sebelum Nurr berangkat mengajar.
Namun sayang keesokan paginya Yogha juga tidak bisa bertemu dengan Nurr, karena dia bangun kesiangan akibat semalam tidur pukul dua pagi.
Yogha yang kesiangan langsung turun untuk sarapan dan kebetulan disana ada bu Fatma yang sedang ada di dapur.
"Kamu ini, tumben-tumbenan bangun kesiangan?" ucap Bu Fatma yang baru melihat Yogha keluar kamar, yang artinya dia kesiangan.
Padahal tanpa sepengetahuan bu Fatma Yogha sudah satu minggu ini sering bangun kesiangan, karena selama itu Yogha menginap di apartemen dan baru semalam pulang kerumah, itu juga karena ingin bertemu Ainur.
"Lagi banyak pikiran mah, jadi semalam baru bisa tidur jam dua,"
"Kalau banyak pikiran, sebaiknya kamu perbanyak baca Al-quran dan berdzikir, karena biasanya masalah yang kita hadapi adalah buntut dari kesalahan kita," ucap Bu Fatma memberi saran.
Yogha menganguk setuju dan bu Fatma berkata lagi "Jangan cuman nganguk.."
"Iya mamahku tersayang aku akan menuruti saran mamah dan sepertinya memang benar beban pikiranku berasal dari kesalahanku yang bertindak ceroboh."
"Ya sudah, cepat sarapan!" ucap Bu Fatma karena dari tadi Yogja belum mengambil sarapannya.