NovelToon NovelToon
Kehidupan Baru Sebagai Istri

Kehidupan Baru Sebagai Istri

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / CEO / Selingkuh / Pelakor / Cinta Seiring Waktu / Saudara palsu
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: AgviRa

Seorang wanita muda bernama Misha, meninggal karena tertembak. Namun, jiwanya tidak ingin meninggalkan dunia ini dan meminta kesempatan kedua.

Misha kemudian terbangun dalam tubuh seorang wanita lain, bernama Vienna, yang sudah menikah dengan seorang pria bernama Rian. Vienna meninggal karena Rian dan Misha harus mengambil alih kehidupannya.

Bagaimana kisahnya? Simak yuk!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berhasil mengusir benalu

"Mas, jangan diam saja. Pasti dia hanya mau menakut-nakuti kita kan?" Ucap Tika yang sedari tadi menggoyangkan lengan Rian namun Rian tak kunjung merespon.

"Diam kamu. Kamu itu bisanya cuma nuntut." Ucap Rian dengan keras dan menghempaskan tangan Tika dari lengannya.

Tika merasa tersentak. "Mas, kamu bilang aku apa? Tega kamu, Mas! Kamu begitu kasar."

"Ckckck, drama banget sih kalian. Mending kalian sekarang cepat angkat kaki dari rumah ini."

"Sudah Mas. Kalian bertiga lebih baik keluar dengan sendirinya atau kalau tidak, saya bisa membawa masalah ini ke jalur hukum. Saya sudah memegang beberapa bukti kesalahan kalian."

"Oke, kita akan pergi dari sini. Tapi, tolong beri kita waktu."

Misha tersenyum smirk.

"Gue orangnya gak punya hati. Gue masih mending ngusir kalian dengan cara halus. Atau kalian lebih memilih gue kasarin?"

"Heh wanita mur4han, aku ini sedang mengandung. Kamu benar-benar manusia tidak punya hati."

Plak!

Tika memegangi pipinya yang terasa panas dan kebas. Dia meringis karena tamparan yang dilayangkan oleh Misha begitu kuat.

"Gue udah bersabar ya dan gue gak peduli. Lagian apa loe gak sadar diri. Disini yang mur4han itu gue apa elo?" Ucap Misha, lalu Misha mendekati Tika sambil berbisik. "Jangan paksa gue buat bongkar rahasia elo didepan suami tercinta loe ini."

Seketika tubuh Tika menengang.

"Ap-apa maksud kamu?"

"Ah, itu gak penting. Lebih baik sekarang kalian cepat angkat kaki dari sini. Gue kasih waktu 15 menit dari sekarang."

Rian tak memiliki pilihan lain, dia mau tak mau terpaksa harus angkat kaki dari rumah itu. Tak lupa dia mengajak Dewi juga.

Dewi ingin memberontak namun, Rian mencegahnya. Daripada dia harus tersenggol dengan jalur hukum, lebih baik dia menuruti Misha.

Mereka bertiga keluar dari kamar dengan menyeret koper masing-masing.

"Jangan kamu kira, kamu sekarang sudah menang. Aku akan menuntut harta gono gini nanti waktu dipengadilan." Ucap Rian.

"Iya, kamu jangan sombong dan bangga dulu. Semua ini hanya sementara." Imbuh Dewi.

Lagi-lagi Misha dibuat tertawa karena perkataan mereka.

"Oh, silahkan. Dan jangan sampai menyesal ya." Jawab Misha.

Rian mengeratkan genggamannya. Tak mau berdebat dengan Misha lagi, dia langsung mengajak Dewi dan Tika keluar. Namun langkah mereka tertahan oleh ucapan Misha.

"Hei, jangan lupa. Kunci mobil siniin. Itu milik gue. Loe ingat kan? Sini sini. Jangan belagak pikun loe."

Rian mendengus kesal.

Mau tak mau kunci mobil dia berikan kepada Misha.

Lalu mereka bertiga pun melangkah pergi dari rumah Misha.

Rian mengajak Dewi dan Tika berjalan sampai gang depan. Sedari keluar rumah dia berusaha menulikan telinganya dari keluhan dua wanita tersebut.

Baginya, ini adalah suatu kesi4lan.

Sedang Refan yang sedari tadi menunggu di dalam mobil melihat Rian, Tika, dan Dewi tersenyum mengejek. Refan menatap kepergian mereka bertiga.

Lama kelamaan dia mulai jenuh dan memilih untuk menyusul Misha dan Kevin.

Refan masuk kedalam rumah begitu saja. Ketika melihat Misha dan Kevin seketika bibirnya mengerucut manyun.

"Kalian ini, lama banget sih. Ditungguin sedari tadi malah asik ngobrol disini." Ucap Refan merasa kesal melihat Misha malah mengobrol akrab dengan Kevin.

Misha dan Kevin pun menengok ke arah suara.

"Eh, ya ampun. Aku sampai lupa kalau kamu ikut."

"Halah, alesan. Ngomong aja mau nyuri-nyuri kesempatan."

Kevin tertawa mendengar perkaraan Refan.

"Bentar-bentar. Jangan bilang kamu cemburu. Hayooo."

Seketika telinga Refan memarah karena ketangkap basah.

"Mana ada, gak ada. Kamu jangan mengarang." Jawab Refan mengelak. Lalu dia curi-curi pandang kearah Misha.

"Kalau iya juga gak apa-apa. Hanya saja, sepertinya ada bau-bau cinta bertepuk sebelah tangan." Ucap Kevin lalu tertawa meledek Refan.

Refan yang diledek langsung bergelut mendekap kepala Kevin dan menguncinya diketiak Refan.

"Hah, lepas lepas. Ketiakmu bau asem. Lepas." Ucap Kevin meronta meminta Refan untuk melepaskannya.

Misha hanya geleng-geleng dengan mereka berdua. Sepertinya dia sudah tidak kaget dengan tingkah mereka.

Hari sudah semakin sore. Mereka bertiga memutuskan untuk pergi dari rumah tersebut.

Misha akan menyewa seseorang untuk membersihkan rumah tersebut sebelum dia kembali menempatinya.

Misha akhirnya senang karena sudah berhasil mengusir para benalu dari rumahnya.

Sementara disini Refan yang duduk disebelah Kevin terlihat murung. Dia sesekali mencuri pandang melihat Misha yang sedang duduk tenang di kursi belakang melalui kaca depan. Dia berpikir setelah ini pasti dia akan jarang bertemu dengan Misha. Atau bahkan tidak akan bertemu lagi. Refan disini memikirkan suatu cara agar dirinya selalu bisa melihat Misha.

'Sebentar lagi dia akan benar-benar berpisah dengan Rian. Dan setelah itu dia pasti akan tinggal dirumahnya sendiri. Aku harus mencari cara agar bisa selalu bertemu dengannya. Apa dia aku tawari kerja di kantorku saja ya?' Dalam pikirannya, sepertinya dia akan benar-benar menawari Misha untuk bekerja bersamanya. Karena hanya itu jalan agar Misha tidak curiga kepadanya.

Disini Kevin mengantar Refan dan Misha ke rumah Refan. Untuk mobil yang dipakai Refan tadi sudah diurus oleh Asisten Jo. Sedang mobil milik Misha sudah dia parkiran dengan aman di garasi.

"Aku langsung saja. Setelah ini aku harus mengantar nyokap pergi."

Baik Refan maupun Misha hanya mengangguk.

"Terima kasih." Ucap Misha.

Kevin mengacungkan ibu jarinya dan tersenyum. Lalu dia berlalu pergi.

Refan dan Misha masuk kedalam rumah. Mereka berpisah masuk ke kamar mereka masing-masing.

**

Kini Rian, Tika, dan Dewi sedang berteduh dibawah pohon sebuah trotoar. Pikiran Rian kini buntu.

"Rian, jangan diam saja. Mau sampai kapan kita berada di sini? Sebentar lagi akan gelap."

"Iya, Mas. Aku juga sudah kepanasan sedari tadi. Mana aku lapar banget."

"Kalian bisa diam tidak? Kepalaku begitu pusing. Mendengar keluhan dan rengekan kalian sedari tadi membuat kepalaku semakin pusing seakan-akan mau pecah." Bentak Rian kepada mereka berdua. Saking pusingnya dia mengacak-acak rambutnya.

"Ya mau gimana kita tidak mengeluh, Mas. Sedari tadi kita hanya berdiam diri disini."

Rian diam tak menghiraukan Tika.

Rian berjalan sedikit menjauh dari Dewi dan Tika. Lalu dia merogoh ponselnya dan mencari nama seseorang untuk dihubungi.

Tut! Tut!

[Hallo, Daddy. Ada apa?]

"Choki, apa kamu bisa membantu Daddy?"

[Bantu apa, Dad?]

"Daddy sedang butuh tempat tinggal. Apa kamu bisa menolong Daddy?"

[Kenapa Daddy tidak langsung datang ke apartemen aku aja?]

"Masalahnya Daddy sama ibu dan istri, Daddy."

[Ah, kalau untuk Daddy sendiri, aku bisa membantu tapi, kalau Daddy sama mereka, maaf Dad. Aku tidak bisa.]

"Ya sudah kalau begitu. Daddy matikan teleponnya."

Rian pun memutuskan panggilan tersebut.

Mau tidak mau dia harus mencari tempat tinggal.

"Kamu menelpon siapa, Mas?"

"Bukan urusanmu." Jawab Rian ketus.

Rian memesan taksi online.

Beberapa menit kemudian, taksi pun datang.

Mereka bertiga naik ke dalam mobil.

"Mau kemana, Pak?" Tanya si sopir taksi.

"Apa bapak mempunyai info kontrakan dekat-dekat sini?" Tanya Rian kepada si sopir.

Si sopir terdiam sejenak, sepertinya dia sedang berfikir.

"Ada, Pak. Bapak mau nyari kontrakan?"

Rian mengangguk.

"Kalau begitu, akan saya antarkan kesana."

Tak perlu memakan waktu lama, mereka pun sampai di sebuah bangunan yang berjejer dengan rapi, seperti perumahan.

"Sudah sampai, Pak. Bapak bisa menanyakan masalah kontrakan di sini di rumah bercat hijau tersebut."

Rian melihat rumah yang ditunjuk oleh sopir taksi.

"Kalau begitu terima kasih, Pak. Ini uang bayarannya, Pak."

"Terima kasih."

Lalu Rian, Tika, dan Dewi turun dari mobil.

Mobil pun melaju meninggalkan mereka bertiga.

Rian mengajak mereka berdua ke rumah yang telah ditunjuk tadi.

1
Nyai Suketi
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!