NovelToon NovelToon
HALIM

HALIM

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi / Iblis / Epik Petualangan
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: ILBERGA214

HALIM

Di dunia yang dikuasai oleh kegelapan, Raja Iblis dan sepuluh jenderalnya telah lama menjadi ancaman bagi umat manusia. Banyak pahlawan telah mencoba menantang mereka, tetapi tidak ada yang pernah kembali untuk menceritakan kisahnya.

Namun, Halim bukanlah pahlawan biasa. Ia adalah seorang jenius dengan pemikiran kritis yang tajam, kreativitas tanpa batas, dan… kebiasaan ceroboh yang sering kali membuatnya berada dalam masalah. Dengan tekad baja, ia memulai perjalanan berbahaya untuk menantang sang Raja Iblis dan kesepuluh jenderalnya, berbekal kecerdikan serta sistem sihir yang hanya sedikit orang yang bisa pahami.

Di sepanjang petualangannya, Halim akan bertemu dengan berbagai ras, menghadapi rintangan aneh yang menguji logikanya, dan terlibat dalam situasi absurd yang membuatnya bertanya-tanya apakah ia benar-benar sedang menjalankan misi penyelamatan dunia atau justru menjadi bagian dari kekacauan itu sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ILBERGA214, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 18: Langkah di Bawah Bayang-Bayang

Matahari mulai condong ke barat, menumpahkan warna jingga ke langit. Aroma roti panggang dan sup hangat memenuhi ruangan kecil itu, membawa kenyamanan yang jarang dirasakan Halim belakangan ini.

Di meja kayu sederhana, Rian menyantap makanannya dengan lahap, seakan semua beban yang sempat menghantuinya lenyap sejenak. Sementara itu, Halim duduk di sudut ruangan, memandangi api yang menari di perapian.

..."Terima kasih banyak, Pak," ucap Halim setelah meneguk air dari cangkir tanah liat....

...Pria paruh baya yang telah menyambut mereka, yang akhirnya Halim ketahui bernama Darman, mengangguk dengan senyum hangat. "Kau dan anak itu butuh tempat singgah. Kami rakyat desa tahu betul bagaimana rasanya hidup di bawah ancaman."...

...Halim terdiam sejenak, lalu bertanya pelan, "Desa ini... apa pernah diserang monster juga?"...

...Darman menghela napas panjang. "Beberapa bulan lalu, kawanan goblin turun dari pegunungan. Mereka merusak ladang dan menculik ternak. Untungnya, kami berhasil mengusir mereka dengan bantuan para petualang di desa."...

..."Dan kalau serangan besar datang?" tanya Rian dengan polosnya....

...Pria itu menatap lurus ke arah Halim, sorot matanya mengeras. "Kami tak akan punya banyak pilihan. Desa ini tak punya kekuatan seperti kota-kota besar. Tapi, menyerah juga bukan pilihan."...

Halim mengangguk pelan. Tekad Darman mengingatkannya pada dirinya sendiri, seseorang yang memilih untuk melawan meskipun tahu risikonya besar.

..."Kalian akan menginap di sini malam ini," lanjut Darman. "Besok, kalau kalian masih berniat melanjutkan perjalanan, aku akan memberi tahu jalur tercepat menuju barat."...

..."Terima kasih," ucap Halim sekali lagi....

Rian, yang kini terlihat mengantuk setelah kenyang, mendekati Halim sambil mengucek matanya.

..."Kakak Halim... Aku capek," ucapnya pelan....

...Halim tersenyum tipis. "Ayo, tidur. Kamu butuh istirahat."...

Halim membaringkan Rian di ranjang kecil di sudut ruangan. Napasnya perlahan menjadi teratur, tertidur dalam kedamaian yang jarang ia rasakan.

Bagi Halim, malam itu tidaklah sedamai yang terlihat.

Beberapa Jam Kemudian...

Bulan menggantung di langit malam, cahayanya menerangi desa yang sunyi. Tapi di sudut tertentu, bayangan bergerak di antara rumah-rumah, nyaris tak terlihat.

Di dalam rumah Darman, Halim tiba-tiba membuka matanya. Hatinya merasa gelisah, seolah ada sesuatu yang mengintainya. Tanpa membuang waktu, ia bangkit perlahan, memastikan Rian masih tertidur lelap.

Dengan gerakan hati-hati, Halim berjalan ke jendela dan mengintip keluar. Udara dingin menyapu wajahnya, namun itu bukan yang membuat tubuhnya merinding.

Sosok berjubah yang pernah ia temui di hutan berdiri di tengah jalan desa, menatap langsung ke arahnya.

..."Dia lagi..."...

Halim segera meraih pedangnya. Tapi saat tatapannya berpaling sesaat, sosok itu sudah menghilang, meninggalkan jejak samar di atas tanah berembun.

Tak ingin membangunkan penghuni rumah, Halim menyelinap keluar. Angin malam berhembus pelan, membawa bisikan yang terasa ganjil.

..."Aku tahu kau di sini," ucap Halim pelan, matanya menyapu sekeliling....

Tak ada jawaban. Hanya keheningan yang menyelimuti desa. Tapi Halim tetap waspada.

Lalu, suara langkah pelan terdengar di belakangnya. Halim berbalik cepat, pedangnya teracung. Ternyata, yang ia lihat hanyalah sesosok pria tua dengan tongkat kayu, wajahnya dipenuhi keriput.

..."Maafkan aku, Nak," ucap pria itu dengan suara gemetar. "Kau terlihat gelisah. Apakah kau... melihat sesuatu?"...

...Halim menurunkan pedangnya, merasa sedikit bersalah. "Tidak apa-apa, Pak. Saya hanya memastikan semuanya aman."...

Pria itu mengangguk, meskipun sorot matanya menyiratkan kekhawatiran.

..."Desa ini memang aman untuk saat ini," lanjutnya, "tapi bayangan dari pegunungan terasa seperti sedang mengintai."...

Halim terdiam. Kata-kata itu terasa seperti peringatan yang samar.

..."Beristirahatlah, Nak," ucap pria tua itu sebelum kembali berjalan tertatih menuju rumahnya....

Halim memandang sosoknya hingga menghilang di balik pintu, lalu memutuskan untuk kembali ke rumah Darman. Namun, perasaan tak nyaman masih terus menghantuinya.

 

Keesokan Harinya

Cahaya matahari pagi menyambut desa dengan kehangatan yang menenangkan. Penduduk mulai beraktivitas, mempersiapkan peralatan bertani dan mengurus ternak. Rian, yang sudah terbangun, berlarian kecil di halaman dengan wajah ceria.

..."Kakak Halim!" serunya riang. "Lihat! Aku dapet apel dari Bibi!"...

...Halim tersenyum tipis. "Baguslah. Makan yang banyak biar kuat."...

Darman mendekat dengan membawa sekantong kecil berisi roti kering dan buah-buahan. "Bekal untuk perjalanan kalian," katanya.

..."Terima kasih, Pak Darman."...

Pria itu mengangguk. "Kau sudah tahu jalurnya. Terus ke barat, melewati hutan pinus. Setelah itu, kau akan sampai di desa berikutnya."

..."Baik."...

Halim membimbing Rian meninggalkan desa, melangkah di jalan tanah yang membentang di bawah langit biru. Tapi meskipun perjalanan ini tampak biasa, Halim tahu bahwa di suatu tempat, masih ada yang mengintainya.

..."Kalau kau memang ingin melihat apa yang akan terjadi," gumamnya pelan, "maka lihatlah. Aku akan terus berjalan."...

Halim melangkah dengan tekad yang semakin kuat..

1
ZeroBite
bukannya ingin menjatuhkan, kalau pakai AI tetap diedit juga. kontras antara bab 1 dan bab-bab selajutnya sangat jauh, bab 1 tulisannya agak berantakan tapi jelas tulisan manusia dan bab-bab selanjutnya rapih tapi terlalu terstruktur khas chat GPT.

sekarang semakin banyak yang mengedit dengan chat GPT tanpa revisi membuat tulisan kurang hidup. saya tahu karena saya juga pakai 2 jam sehari untuk belajar menulis. Saya sangat afal dengan pola tulisan AI yang sering pakai majas-majas 'seolah' di akhir kalimat secara berlebihan dengan struktur khas yang rapih.

ya saya harap bisa diedit agar lebih natural.
ERGA: jika ada saran lagi. mohon bimbingannya dan jangan sungkan
ERGA: Terimakasih sarannya kak. saya targetkan revisi kembali per 10 episode. selamat membaca
total 2 replies
⧗⃟ᷢʷ🍁🍌 ᷢ ͩW⃠J͢aeᷢz°⚡♚⃝҉𓆊🏚
Gue mampir.
Udah baca eps 1 ini, ceritanya lumayan menarik. Kapan² gue kesini lagi ya kalau ada waktu, Semangat.
ERGA: terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!