Di jebak oleh sahabat nya sendiri tepat di malam pertunangan nya, membuat Anastasya di tinggalkan oleh calon tunangan nya kerena terpergok di dalam kamar hotel bersama seorang pria yang ternyata adalah Housekeeping di hotel tempat nya menggelar pesta pertunangan.
Pria miskin yang bekerja di bawah suruhan orang, harus menjadi suami nya karena kejadian tersebut.
Seperti apa kisah mereka? Dan bagaimana kelanjutan nya?
Ayo ikuti hanya di sini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riri_923, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengulangi Nya Dengan Sadar
Udara sekitar semakin terasa dingin, namun berbeda dengan dua manusia yang masih di posisi tubuh menempel itu.
Jantung Ana berdebar tidak karuan saat menyadari posisi nya, ingin menjauh tetapi netra pekat itu melumpuhkan gerakan nya.
"Jantung mu berdebar sangat cepat, Ana.." Ujar lirih Luca, menatap turun pada bibir tipis yang sering ia kecup itu.
"Kenapa di katakan" Gumam malu Ana, menyembunyikan wajah nya pada dada Luca dengan tangan yang meremat kaos pria itu.
"Kenapa kamu berdebar?"
"Jangan meledek ku, Luca!"
Ana mengangkat kepala nya dan berniat melepas pelukan tersebut, tetapi kedua tangan Luca yang memeluk pinggang nya tidak mau terlepas bahkan semakin menekan.
"Lepaskan Luca"
Luca menggeleng. "Aku takut"
"Aku akan menyingkirkan buah itu dari pandangan mu"
Luca kembali menggeleng. "Di sini saja, peluk aku sebentar lagi" Pinta nya.
Merasa bersalah Ana pun menurun, membiarkan Luca memeluk tubuh nya bahkan membiarkan tangan pria itu membawa kepala nya untuk bersandar di dada kekar milik nya.
Selama beberapa saat hanya terjadi keheningan, hingga akhirnya kepala Ana mendongak menatap rahang tegas serta bentuk wajah yang terpahat begitu indah.
Tanpa sadar kaki Ana berjinjit, memberi kecupan pada rahang tegas itu hingga sang pemilik rahang langsung menunduk menatap nya dengan ekspresi kaget.
"Ma-maaf" Cicit Ana tersadar, hendak kembali menjauh tetapi tiba-tiba saja Luca menarik tengkuk nya.
Bibir kedua nya saling bersentuhan selama beberapa detik hingga akhirnya Luca langsung memungut nya begitu dalam dan penuh kelembutan.
Ana yang semula melotot kaget dengan napas tercekat kini perlahan mulai rileks dan mengikuti gerakan bibir Luca.
Lama kelamaan pungutan lembut itu berubah menjadi sedikit kasar dan rakus yang membuat tangan Ana mencengkram lengan kekar itu.
Menuntun Ana untuk berjalan di sela kegiatan yang mulai membakar tubuh kedua nya, Luca pun menutup pintu rumah nya dengan kaki dan langsung memojokkan Ana ke belakang pintu itu seraya menurunkan selimut.
Suara decapan itu beradu membuat sesuatu yang sejak awal sedikit mengeras kini malah semakin mengeras di balik selama pendek Luca.
Dengan tidak sabaran pria itu mengangkat tubuh Ana dengan tautan yang tidak terlepas sedikit pun.
Chup~ Brugh!
Tubuh Ana di dorong dengan terburu-buru oleh Luca yang baru saja melepaskan tautan kedua bibir mereka.
Melepas kaos putih polos yang semula menutupi tubuh nya, kini Luca pun langsung mengungkung tubuh Ana dan mengusap lembut pipi wanita itu.
"Aku menginginkan nya lagi.." Bisik berat Luca tepat di depan bibir Ana, bahkan bibir kedua nya saling bersentuhan begitu Luca berbicara.
Sedangkan Ana yang baru saja tersadar akan apa yang terjadi begitu tubuh nya di dorong oleh Luca. Wanita itu hanya diam termangu menatap mata berkilat gairah di hadapan nya.
"Apa yang baru saja terjadi? Aku mencium Luca lebih dulu?" Batin Ana kaget bukan main saat mengingat kejadian di teras rumah nya.
"Anastasya.." Panggil berat Luca, mengusap daun telinga Ana hingga ke leher bagian belakang nya.
Hal itu pun mampu membuat darah Ana berdesir tidak karuan, mata nya terpejam menikmati usapan lembut dari jemari dingin itu.
"Tidak menjawab berarti kamu menyetujui nya" Ucap Luca semakin memberat, tangan nya turun membuka satu persatu kancing piyama berlengan pendek yang Ana pakai.
Hingga akhirnya seluruh kancing itu terlepas dan menampakkan kulit putih bersinar serta gunung kembar yang di tutupi kacamata nya.
"Bukan 'kah tidak baik tidur menggunakan ini?" Luca berucap seraya mengusap salah gunung sebelah kanan yang tertutup kacamata pembungkus nya.
Ana yang sedari tadi membisu dengan pipi yang sudah merah padam, kini langsung menggerakkan bibir nya gusar ingin menjawab tetapi ia sungguh malu untuk bersuara sedikit pun.
"Aku lepas ya?" Tanya Luca beralih menatap wajah Ana.
Ana memalingkan wajah nya malu. "Astaga kenapa aku mati kutu seperti ini? Harus nya aku mendorong dia dan menampar nya 'bukan?"
"Baiklah, jika malam ini kamu tidak menjawab semua tawaran ku. Itu tanda nya kamu setuju" Ucap Luca lagi.
Tangan nya merayap ke belakang tubuh Ana, mencari pengait kacamata itu hingga akhirnya bunyi terlepas nya pengait tersebut membuat tangan Ana langsung meremat lengan Luca.
"Kenapa, Ana?"
"A-aku.." Ana tak mampu berucap, jantung nya berdebar semakin cepat dan ia terus mengigit bibir nya sendiri.
"Tenang lah, aku akan melakukan nya perlahan" Bisik lembut Luca, mengecup lama sudut bibir Ana kemudian menarik lepas kacamata penutup gunung itu. "Wow.."
Mata Luca tak berkedip menatap gunung tak berpohon yang begitu putih bersih dengan choco chips yang begitu besar di kedua puncak nya.
"Luca.. Aku malu!!" Ana menyilangkan kedua tangan nya dan berniat kabur dengan cara menggulingkan tubuh nya.
Tetapi Luca menahan nya dan langsung memberikan kecupan hangat pada tulang sel*ngka milik Ana.
*
"Erghhh!!.." Ana mengerang merasakan sakit dan sesak pada inti nya begitu ada sesuatu yang menerobos masuk.
Tangan nya mencakar lengan kekar milik suami nya itu, lalu kelopak mata nya terpejam erat saat merasakan rasa tidak asing itu.
"Kamu akan segera terbiasa, sayang.." Ucap lembut Luca yang baru saja mengecup mesra kening Ana. "Terima kasih mau mengulangi nya bersama ku dalam keadaan sadar.."
......................
Pukul dua dini hari, Cila melangkah santai memasuki rumah besar milik keluarga Gates yang beberapa waktu ini menjadi tempat ternyaman bagi nya.
Cklik~
Lampu ruang tengah yang semula remang-remang kini menjadi begitu terang bersaman dengan telihat nya sosok sepasang suami-istri pemilik rumah ini.
"Astaga!" Seru kaget Cila mundur beberapa langkah.
"Dari mana saja kamu?" Tanya dingin Zico, menatap penampilan Cila yang bahkan lebih sopan seorang jallang dari pada wanita itu.
"Daddy, Mommy, kalian belum tidur?" Tanya Cila mengalihkan pertanyaan Zico.
Wanita itu mendekati kedua nya lalu bergelayut manja di lengan Liora. Belum lama tetapi Liora langsung Menghempaskan nya.
"Kamu bau alkohol, saya tidak suka!" Lantang Liora.
Cila terdiam beberapa saat memperhatikan sepasang suami-istri itu, kenapa nada bicara kedua nya terdengar begitu asing.
"Kamu dari club?" Tebak Zico.
"I-iya Dad, tadi teman aku ada yang ulang tahun dan merayakan nya di sana. Jadi--"
"Datang ke pesta ulang tahun dengan pakaian seperti ini? Kenapa tidak sekalian tel*njang saja?!" Bentak tertahan Zico.
Cila menunduk ketakutan, pertama kali nya Zico membentak diri nya setelah hampir tiga bulan ini tinggal bersama mereka.
"Ma-maaf Dad, Aku.."
"Pantas kah seorang perempuan pulang di jam segini? Bahkan Ana saja tidak pernah pulang lewat dari jam sebelas malam!" Lantang Zico yang kali ini langsung mengundang tatapan tidak suka dari Cila.
...****************...