HALIM
Di dunia yang dikuasai oleh kegelapan, Raja Iblis dan sepuluh jenderalnya telah lama menjadi ancaman bagi umat manusia. Banyak pahlawan telah mencoba menantang mereka, tetapi tidak ada yang pernah kembali untuk menceritakan kisahnya.
Namun, Halim bukanlah pahlawan biasa. Ia adalah seorang jenius dengan pemikiran kritis yang tajam, kreativitas tanpa batas, dan… kebiasaan ceroboh yang sering kali membuatnya berada dalam masalah. Dengan tekad baja, ia memulai perjalanan berbahaya untuk menantang sang Raja Iblis dan kesepuluh jenderalnya, berbekal kecerdikan serta sistem sihir yang hanya sedikit orang yang bisa pahami.
Di sepanjang petualangannya, Halim akan bertemu dengan berbagai ras, menghadapi rintangan aneh yang menguji logikanya, dan terlibat dalam situasi absurd yang membuatnya bertanya-tanya apakah ia benar-benar sedang menjalankan misi penyelamatan dunia atau justru menjadi bagian dari kekacauan itu sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ILBERGA214, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28: Pertarungan di Bayang-Bayang Serigala Iblis
Langit mulai menggelap saat Halim dan Rian berjalan keluar dari Hutan Kematian. Meski lelah, kemenangan melawan Raja Goblin memberi mereka rasa puas yang tak terbantahkan. Rian terus memeluk tas kulit berisi taring goblin sebagai bukti keberhasilan mereka.
"500 koin emas," Rian bergumam sambil tersenyum. "Akhirnya kita bisa makan enak."
Halim menepuk bahu adiknya. "Iya, tapi kita harus tetap waspada. Hutan ini belum tentu aman meski rajanya udah mati."
Langkah mereka terus berlanjut di jalur setapak, diselimuti kabut tipis yang membuat suasana semakin suram. Tapi tiba-tiba, suara jeritan menggema dari kejauhan.
"Aaaah! Tolong!"
Halim refleks menoleh ke arah sumber suara. Samar-samar, terlihat bayangan beberapa orang yang berlari ketakutan di antara pepohonan.
"Petualang?" Rian menyipitkan mata.
Namun, yang lebih mengejutkan adalah sosok besar yang mengejar mereka. Seekor serigala iblis bertubuh hitam pekat, dua kali lipat ukuran serigala biasa. Aura hitam pekat menguar dari tubuhnya, menimbulkan perasaan takut yang menusuk tulang.
"Serigala iblis..." Halim bergumam pelan. "Dan mereka... dalam bahaya."
Keputusasaan dan Pengorbanan
Para petualang itu berjumlah empat orang, dengan satu di antaranya yang terluka parah. Serigala iblis terus mengaum, melompat cepat mendekat, matanya menyala merah.
"Sial! Kita nggak akan bisa kabur dari itu!" teriak salah satu pria berbaju zirah ringan.
"Kalau begini terus, kita semua mati!"
"Tch! Kita nggak punya pilihan!" ucap pria lain, wajahnya dipenuhi keringat.
Dia menoleh ke seorang wanita berambut panjang keemasan yang tergeletak di tanah. Pakaiannya adalah jubah pendeta yang robek di beberapa bagian, memperlihatkan kulit putih mulus. Namun yang paling mencolok adalah tubuhnya yang terikat rantai sihir, jelas sekali dia sedang dilemahkan.
"Dia... kita tinggalin dia aja!"
"Apa?!" salah satu dari mereka terkejut. "Itu kejam!"
"Tapi kalau kita bawa dia, kita semua mati!"
Tanpa menunggu persetujuan lainnya, pria itu melemparkan kantong kecil berisi ramuan ke tanah, menciptakan asap tebal untuk mengalihkan perhatian serigala. Kemudian, tanpa rasa bersalah, mereka bergegas kabur meninggalkan pendeta itu sendirian.
"Hahaha! Kita berhasil!"
Namun, Halim yang menyaksikan dari kejauhan mengepalkan tangannya.
"Dasar pengecut..."
Halim Membuat Keputusan
Rian menatap Halim dengan cemas. "Kak, kita nggak bisa bantu. Itu serigala iblis, kita nggak tau seberapa kuatnya!"
"Aku tau," Halim menjawab singkat. "Tapi aku nggak bisa diam aja."
"Tapi—"
"Rian, dengar," Halim menunduk sedikit, menatap mata adiknya dengan serius. "Kamu bawa taring goblin itu ke guild, tukarkan hadiahnya. Kalau aku nggak kembali dalam satu jam, segera cari bantuan."
"Tapi Kakak..."
"Aku janji, aku bakal baik-baik aja."
Rian menggigit bibir, namun akhirnya mengangguk. "Baik, Kak. Tapi hati-hati!"
Setelah Rian berlari menjauh, Halim menghela napas dalam-dalam. Dengan pedang di tangan, dia berlari menuju lokasi pertempuran.
Pertemuan dengan Pendeta
Halim tiba tepat saat serigala iblis mencakar tanah, bersiap menerkam pendeta yang tak berdaya.
"Ignis Fira!"
Bola api melesat cepat, menghantam punggung serigala iblis. Monster itu menggeram marah, matanya langsung menatap tajam ke arah Halim.
"Sini, dasar anjing hitam!" teriak Halim, memprovokasi.
Serigala itu melompat ke arahnya dengan geraman buas. Halim berguling ke samping, menghindari cakar tajam yang menghantam tanah hingga menciptakan lubang besar.
"Tch, cepat banget..."
Namun, Halim tidak menyerah. Dengan sigap, dia menyerang balik, melayangkan pedangnya ke kaki serigala. Meski tidak cukup dalam, tebasan itu berhasil membuat monster itu sedikit goyah.
"Aku nggak punya banyak waktu," pikir Halim. "Kalau aku bisa ngulur waktu, mungkin pendeta itu bisa selamat."
Dia melirik sekilas ke arah wanita yang masih tergeletak. Meski matanya terbuka, wajahnya dipenuhi kelelahan. Energi sihir di tubuhnya hampir habis.
"Kamu bisa berdiri?" tanya Halim dengan nada mendesak.
Pendeta itu berusaha merespon, namun tubuhnya terlalu lemah untuk bergerak. "Aku... aku tak bisa..."
"Kalau gitu, aku harus menyelesaikan ini sendiri."
Pertarungan Sengit
Serigala iblis mengaum, tubuhnya kembali diselimuti aura hitam. Kali ini kekuatannya meningkat drastis.
"Shadow Roar!"
Gelombang energi gelap melesat dari mulutnya. Halim melompat ke samping, namun tepi gelombang itu tetap berhasil menghantamnya, membuatnya terlempar ke belakang.
"Ugh!"
Halim terbatuk, darah mengalir dari sudut bibirnya.
"Sial... kekuatan monster ini nggak main-main."
Namun, di saat tubuhnya hampir menyerah, Halim tersenyum tipis. "Tapi aku juga nggak bakal kalah semudah itu."
Dia merapatkan kedua tangannya. "Kali ini serius."
"Ignis Fira: Enhanced!"
Bola api yang jauh lebih besar muncul di tangannya, suhunya memancar panas hingga dedaunan di sekitar mulai layu. Dengan kekuatan penuh, dia melemparkan bola api itu ke arah serigala iblis.
"Boom!"
Ledakan dahsyat mengguncang tanah, menciptakan debu tebal yang menutupi pandangan. Namun, Halim tetap waspada, bersiap menghadapi serangan berikutnya.
Akhir yang Tak Terduga
Saat debu perlahan menghilang, sosok serigala itu masih berdiri. Luka bakar menghiasi tubuhnya, namun matanya masih bersinar dengan amarah.
"Astaga... bahkan serangan itu belum cukup?"
Tepat saat Halim bersiap menerima serangan terakhir, tiba-tiba cahaya putih bersinar dari arah pendeta.
"Holy Barrier!"
Sebuah perisai cahaya terbentuk di depan Halim, menahan serangan serigala iblis yang sudah melompat.
Pendeta itu, meski tubuhnya lemah, berhasil mengangkat tongkatnya. Matanya bersinar lembut, menyebarkan energi suci yang perlahan mengusir aura kegelapan di sekitar.
"Kamu..." Halim terkejut.
"Aku masih bisa... bertarung."
Dengan kekuatan terakhirnya, pendeta itu mengarahkan tongkat ke arah serigala iblis.
"Divine Light!"
Sinar putih menyelimuti monster itu, menembus tubuhnya hingga akhirnya serigala iblis mengerang keras dan ambruk.
"Berhasil..."
Pendeta itu tersenyum lemah sebelum tubuhnya jatuh pingsan. Halim dengan cepat menangkapnya sebelum menyentuh tanah.
"Dasar ceroboh," gumamnya. "Tapi... terima kasih."
Akhir Sementara
Halim menggendong pendeta itu, menatap ke arah hutan yang kini kembali sunyi. Meski tubuhnya penuh luka, dia merasa lega.
"Setidaknya, satu nyawa bisa diselamatkan."
Dengan langkah tertatih, dia berjalan keluar dari hutan, membawa pendeta itu bersamanya. Namun, perjalanan mereka masih jauh dari selesai.
Dan di kejauhan, sosok bayangan mengintai — menunggu saat yang tepat untuk kembali muncul.
sekarang semakin banyak yang mengedit dengan chat GPT tanpa revisi membuat tulisan kurang hidup. saya tahu karena saya juga pakai 2 jam sehari untuk belajar menulis. Saya sangat afal dengan pola tulisan AI yang sering pakai majas-majas 'seolah' di akhir kalimat secara berlebihan dengan struktur khas yang rapih.
ya saya harap bisa diedit agar lebih natural.
Udah baca eps 1 ini, ceritanya lumayan menarik. Kapan² gue kesini lagi ya kalau ada waktu, Semangat.