Manusia bukanlah makhluk yang sempurna. Namun bagaimana jika seseorang di tuntut untuk selalu sempurna?
Arkabian Selat Muara. Ketua besar dari ALTARES Gang. Laki-laki yang memiliki paras hampir sempurna di SMANBA. Hal yang paling tidak ia sukai adalah, ada orang yang mengusik kehidupannya.
**
"Menurut lo cinta itu apa?"
"Cinta itu luka, cinta itu sakit. Dunia itu jahat Lun, kita dipertemukan oleh semesta tapi tidak ditakdirkan bersama."
Akankah kehadiran seseorang mampu membuat Arka berubah? Yuk baca dan pergi ke dunia Arka»
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ejubestie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Basecamp
Setelah menemani Arka bermain basket, Luna sekarang pulang. Gadis itu tidak mau diantarkan oleh Arka, maka dari itu Luna kabur saat Arka sedang berganti baju. Luna sudah lelah jika berhadapan dengan cowok itu. Luna tidak mau tersakiti kembali jika Arka datang hanya untuk bersenang-senang.
"Mudah-mudahan Arka nggak liat gue," kata Luna berjalan mengendap-endap. Luna memperhatikan Arka yang berada di parkiran, cowok itu nampak menunggu dirinya. Cowok itu terlihat menghubungi Luna berkali-kali, tetapi tidak berhasil karena gadis itu mematikan ponselnya.
"Mending gue lewat belakang sekolah."
Luna berjalan memutar menuju gerbang belakang, beruntung nya dirinya karena Arka tidak sadar akan hal itu. Baru saja Luna bernafas lega, tetapi seseorang yang tak asing datang menghampirinya. Memori masa lalu terulang kembali di kepalanya.
Luna berjalan mundur karena merasa takut, sampai akhirnya dirinya terpojok dinding. "M-mau apa lagi, lo?''
"Gue mau minta maaf, Lun." kata cowok itu mencoba mendekati Luna.
"Pergi!" teriak Luna saat cowok itu sudah dekat dengan dirinya. Cowok itu memberikan kartu nama nya beserta nomor teleponnya. "Gue cuman mau minta bantuan lo, Lun. Gue mau ngelakuin apa aja yang lo mau sebagai gantinya."
Namun Luna hanya diam tak memberikan respon kecuali wajahnya nampak ketakutan. Cowok itu pamit pergi meninggalkan Luna sendirian, tak lama setelah itu seseorang datang dengan motor sportnya.
"Luna, lo ngapain disini?" cowok itu melepaskan helmnya. "Kenapa belum pulang?"
"Eh, Dev, gue tadi dikejar orang jahat." jawab Luna berbohong. Devano yang melihat itu langsung melongo dan segera mengecek Luna memastikan tidak ada luka sedikitpun.
"Lo nggak apa-apa kan? Jadi orang yang barusan pergi itu orang jahat? Ya udah gue kejar," kata Devano panik. Namun dengan cepat Luna mencekal tangan cowok itu agar tidak mengikuti orang itu.
"Nggak usah, Dev. Gue baik-baik aja kok."
"Lo yakin nggak apa-apa?" ucap Devano memastikan.
"Buktinya gue masih utuh, nih."
Devano menurut, cowok itu bernafas lega saat mengetahui Luna baik-baik saja. Devano sudah menganggap Luna adik nya sendiri sama seperti Nisa.
Devano hanya iseng jalan-jalan lewat sini sembari mencari angin segar, untung saja cowok itu berpapasan dengan Luna. "Kalau gitu gue antar, ya."
"Nggak apa-apa, Dev. Gue bisa pesen ojek." tolak Luna.
"No! Lo pulang bareng gue oke. Gue nggak mau lo kenapa-kenapa lagi," kata Devano lalu memberikan helmnya kepada Luna agar gadis itu aman.
Luna terkekeh, "Ternyata lo juga suka maksa ya, Dev."
"Emang siapa yang suka maksa lo?"
"Matematika," jawab Luna asal. Luna menaiki motor Devano lalu melingkarkan tangan pada pinggang cowok itu. "Nggak papa kan?" tanya Luna saat tangannya sudah anteng disana.
"Nggak papa, biar lo aman juga." jawab Devano. Sebenarnya ia hanya takut jika Arka melihat lalu salah paham padanya. Namun sepertinya dijam segini Arka sedang latihan basket dengan ayahnya.
Menurut Luna matematika juga suka memaksa, walau kadang hanya salah satu huruf saja, ia harus menghitung ulang semuanya. Benar-benar menyebabkan, dan membuat otak nya hampir meledak.
...*******...
"Arka belum datang?"
Devano datang ke basecamp setelah mengantar Luna. Cowok itu duduk di sebelah Nisa yang sedang memakan cilok. "Belum," jawab Alga.
"Dev, Embe mana?" tanya Nisa pada Devano.
"Gue lupa bawa, Ca. Soalnya tadi gue habis nganterin Luna," jawab Devano seadanya. Mereka memang sudah berniat bermain dengan boneka milik Nisa dan milik Devano. Karena mengantar Luna pulang, cowok itu lupa untuk mengambil boneka kambing pemberian Nisa.
"Bu bos baru pulang?" tanya Razi yang mendengar obrolan mereka.
"Tapi tadi gue lihat Luna bareng Arka, kok dia jadi sendiri?" kata Nisa heran. Sebelum ia keluar dari kelas, Nisa sempat memperingati Arka agar tidak macam-macam dengan Luna.
Devano menyenderkan punggungnya pada sofa, "Gue nggak tahu, gue lihat Luna dari belakang sekolah. Katanya dia habis dikejar-kejar orang jahat."
Brak!
Suara gebrakan itu berasal dari Karlo. Cowok itu mengepalkan tangannya. "Terus mana orangnya? Nyari mati emang tuh orang." Semua melongo melihat Karlo begitu marah.
Karlo yang doyan makan, begitu marah mendengar seseorang seperti ini. Biasanya cowok itu tidak peduli, ia pasti akan terus memakan cemilannya yang selalu di bawa kemana-mana.
Okta menempelkan punggung tangannya pada dahi Karlo, "Normal, nggak panas." lalu Karlo menepis tangan Okta.
"Karlo, lo nggak kesurupan kan?" tanya Okta, memikirkan nya saja membuat dirinya ngeri.
"Gue sehat," Karlo berdiri hendak pergi, namun terhenti karena ucapan Alga. "Mau kemana?"
"Kita kumpul disini karena mau bahas soal geng DRAGON." lanjut wakil ALTARES.
Karlo yang hendak pergi mendudukkan kembali bokongnya di sofa.
"Al, kita mulai aja. Kayaknya Arka nggak bakalan datang deh." kata Razi Karena sudah merasa jenuh dan bosan.
Alga berdiri dan semua anggota ALTARES masuk memenuhi seisi basecamp. Bukan tanpa sebab Alga mengumpulkan mereka semua.
"Jadi gini, gue ngumpulin kalian buat jaga-jaga aja. Dragon sudah nggak nyerang kita lagi, bahkan seakan lenyap begitu saja. Kabar ini memang baik, gue khawatir kalau sewaktu-waktu mereka menyerang kita gitu aja."
"Gue setuju, Al. Ini benar-benar aneh, yang gue tahu Bayu itu keras kepala seperti Arka, nggak mungkin tuh orang nyerah gitu aja," kata Razi ikut berpendapat.
"Intinya kita semua harus bersiap dalam kondisi apapun, kita harus ngelindungi orang sekitar kita, siapa tahu Dragon ngincar itu saat kita lengah." ucap Devano mengingat saat Luna diculik oleh mereka.
Mereka semua nampak setuju dengan semua itu. Alga membisikan beberapa strategi untuk jaga-jaga jika suatu saat mereka menyerang ALTARES.
"Semua paham?" tanya Alga pada ALTARES.
"Paham!" jawab semuanya.
Brak!
Tiba-tiba pintu basecamp terbuka secara kasar oleh seseorang. Seluruh perhatian berpusat pada orang yang baru datang itu.
"Ada apa, Za?" tanya Razi kembaranya.
"Gue butuh bantuan kalian," katanya.
"Bantuan apa?" tanya Nisa penasaran.
Reza berjalan melewati beberapa anggota ALTARES, lalu duduk di sofa. Nafasnya naik turun tak beraturan karena ia datang kesini tergesa-gesa. "Gue mau beberapa anak ALTARES buat ngejaga rumah gue."
"Buat apa? Lo nggak bisa jaga diri? Atau Lo dalam bahaya?" tanya Devano begitu penasaran.
"Gue mau mereka jaga rumah gue saat acara pernikahan gue dan Nara." kata Reza membuat semuanya melonggo. Mereka tidak terkejut dengan pernyataan itu, mereka hanya terkejut dengan Reza hari ini. Cowok itu banyak sekali mengucapkan kosa kata malam ini.
Reza yang menyadari itu semua, ia kembali merubah ekspresinya dan menjadi dingin sedingin pinguin dan kawan-kawan nya.
semangat kak... ☺