Arkabian
Laki-laki dengan seragam putih abu-abu yang sedikit berantakan itu mulai mengendarai motor sport miliknya. Dengan kecepatan di atas rata-rata laki-laki itu membelah jalanan Ibu kota yang sedikit ramai.
Banyak pengendara yang memberi klakson dan umpatan, dikarenakan ia berkendara ugal-ugalan.
Arkabian Selat Muara.
Mungkin nama itu sedikit aneh, namun orang tuanya lah yang memberi nama demikian.
Arkabian atau kerap di panggil Arka. Laki-laki yang memiliki mata teduh namun sangat tajam jika sedang menahan amarah. Arka adalah ketua besar dari ALTARES.
Arka tidak suka hal yang bertele-tele dan membuang waktunya yang berharga, laki-laki itu juga tidak suka di atur apalagi ada yang mengusik kehidupannya.
Hari ini adalah hari pertamanya di SMA NEGERI BANGSA. Dan ya laki-laki itu memilih telat dari pada datang awal dan mengikuti upacara pembukaan masa orientasi siswa baru. Itu pasti akan amat sangat melelahkan.
Motornya berhenti di parkiran SMANBA. Bisa ia lihat kelima temannya tengah menunggu dirinya di area parkiran tersebut. Arka memarkirkan motornya dan turun menghampiri mereka semua.
"Ka, udah jam berapa ini?!" Tanya Alga menahan emosinya. Dirinya harus bisa mengontrol emosinya jika bersangkutan dengan Arka.
Algazar Bintara—ia menjabat sebagai wakil ketua dari ALTARES besar. Laki-laki ini memiliki ketampanan hampir sama dengan Arka, namun sedikit lebih tampan Arka dari mana-mana. Al juga murid paling rajin dari SMP sampai sekarang.
"Biasa." Jawabnya cuek
"Ikhlasin aja Ka, Dia udah tenang disana. Jangan bikin kepergiannya buat dia gak renang." Saran Karlo yang sedang mengunyah kuaci duduk diatas motor.
Karlo Arbani-laki-laki yang memiliki postur tubuh sedikit berisi dan memiliki sifat jenaka yang menyatu dalam dirinya.
"TENANG ANJIR, BUKAN RENANG. Tuh mulut kalau typo suka nggak ngotak." Koreksi Razi, lalu merebut kuaci dari tangan Karlo.
Razi Selaka Madja—anak dari pemilik perusahaan terbesar kedua setelah orang tua Arka. Memiliki sifat yang ceria dan sedikit random.
"Gak usah ngegas kali, lidah gue kepleset tadi."
"Makannya kalau habis dipel dikeringin dulu pake kincir angin." Ucap Razi sambil memakan kuaci dan membuang kulitnya dimana-mana.
"Reseh lo baru masuk sekolah udah bikin masalah aja. Kalau makan tuh buang kulitnya pada temannya." Karlo mengingatkan bak seorang guru.
Razi menampol pipi Karlo. "Tempatnya bukan temannya. Otak lo ada di dengkul apa."
"Udah ganti emang?" Tanya Karlo memancing emosi.
"Kayaknya lo perlu donor otak deh, gue rasa itu otak tahun 95'an." Ucap Devano.
Devano AlBara—Laki-laki yang tidak suka dikasihani, dia tidak suka terlihat menyediakan didepan orang lain. Laki-laki penuh misteri yang selalu menebar bahagia disekitarnya.
"Brisik." Tegur Reza.
Reza Selaka Graha—Laki-laki ini saudara kembar Razi, mereka hanya selisih 4 menit saat lahir. Reza adalah orang yang paling berpengaruh di ALTARES, apalagi dalam hal saling membogem dia juaranya. Reza juga memiliki sifat yang sangat cuek dan bodoamat, laki-laki ini bahkan sangat jarang berbicara.
"Masuk yok Al, biarin mereka olahraga mulut disini." Ajak Arka pada Alga.
...*********...
Upacara pembukaan Masa Orientasi siswa baru telah selesai 5 menit yang lalu. Siswa-siswi peserta MOS berbondong-bondong memasuki kelas untuk mempersiapkan diri menghadapi sesi-sesi yang telah ditentukan oleh panitia OSIS.
Mereka diwajibkan memakai perlengkapan seperti pita untuk rambut bagi perempuan, dan membuat papan nama dari gardus dan lebih banyak lagi.
Beberapa murid mengecek kembali perlengkapan mereka dan mulai mendudukkan diri ditempat yang kosong.
"Pita udah, papan nama juga udah." Gadis itu lalu membuka tas kesayangannya. "Buku, bolpoin, udah semuanya. Oke Luna semangat untuk hari ini." Ucapnya menyemangati diri sendiri.
Suasana gaduh memenuhi ruang kesenian yang dijadikan tempat MOS hari ini. Seorang gadis dengan rambut yang dikuncir satu mendekat ke arah Luna.
"Hai duduk sendirian?" Tanya gadis itu.
Fokus Luna teralihkan, dirinya tersenyum sebelum menjawab siswi itu. "Iya, gue duduk sendiri."
"Boleh duduk bareng?"
Tanpa berpikir dua kali Luna langsung menganggukan kepalanya. Dirinya juga harus mencari teman saat bersekolah disini agar dirinya tidak merasa sendiri. Lagian jika dilihat-lihat gadis itu gadis yang baik.
"Boleh kok."
Siswi itu lantas duduk saat mendapat jawaban dari lawan bicaranya. Dirinya meletakkan tasnya ke dalam loker meja lalu mengulurkan tangannya. "Gue Kianara Artalita, biasanya dipanggil Nara.''
Luna membalasnya dengan senang hati. "Gue Aluna Tasya Aprilia, lo bisa panggil gue Luna."
Sejak detik itu juga Kianara Artalita resmi menjadi teman Aluna Tasya Aprilia. Setelah itu mereka berbincang-bincang mengenai alasan mereka bersekolah disini.
"Tes tes," Tiba-tiba ada seseorang laki-laki berbicara menggunakan mic didepan sana. "Oke selamat pagi semuanya." Sapa laki-laki berjas merah maron itu.
"Pagi kak." Jawab semuanya.
Bisa Luna tebak, laki-laki yang berbicara itu ada ketua OSIS di SMANBA. Laki-laki itu terlihat sangat dewasa dan berwibawa. Dan Luna sangat yakin laki-laki itu memiliki banyak penggemar disini.
"Sebelum memasuki sesi pertama, kami kakak-kakak osis akan memperkenalkan diri kita terlebih dahulu." Laki-laki itu nampak menjeda ucapannya. "Seperti pepatah bilang, tak kenal maka tak sayang. Tapi versi kakak beda, tak kenal maka tak sopan."
Laki-laki itu nampak maju satu langkah. "Perkenalkan,nama kakak Gilang Ambara Satya. Kakak disini sebagai ketua OSIS dari kelas 11 MIPA 1."
Lalu Gilang memberikan mic nya kepada perempuan di sampingn. "Hallo semua." Perempuan itu menyapa.
"Hai kak."
"Perkenalkan, nama kakak Liona Setia Ningrum. Kakak disini sebagai wakil ketua OSIS dari kelas 11 MIPA 3." Ucap perempuan dengan rambut sebahu.
Sepertinya kak Liona adalah primadona disekolah ini. Bahkan aura yang melekat pada dirinya sudah terlihat sejak tadi. Sudah hampir semua anggota OSIS memperkenalkan diri mereka.
Namun saat pembacaan sesi hari ini, tiba-tiba pintu terbuka dengan keras yang sontak membuat perhatian seisi ruangan teralihkan.
Brak!
"Maaf kak kami telat." Ucap Alga mewakili kelima temannya.
Gilang memperhatikan keenam siswa didepannya. Setelahnya laki-laki itu menghela nafasnya gusar. "Baik kali ini kakak maafkan, silakan duduk."
keenam siswa itu mengangguk dan berjalan menuju bangku yang kosong. Saat salah satu siswa yang memiliki mata teduh melewati laki-laki itu, langkahnya terhentikan.
"Arka."
Lantas Arka menghentikan langkahnya namun tidak ingin berbalik. "Hem."
"Tadi pagi berangkat lebih awal, kenapa telat?"
Arka malas sekali menjawab pertanyaan laki-laki didepannya. Ia paling tidak suka dirinya diusik.
"Biasa." Arka langsung menyelonong begitu saja dari hadapan Gilang.
Gerak-gerik mereka berdua tidak luput dari perhatian penghuni ruangan ini. Banyak sekali bisik-bisik di sana disini. Gilang hanya bisa bersabar berhadapan dengan sikap Arka padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
PORREN46R
keren ceritanya semangat terus ya author
2023-06-26
0
Nuhume
Ninggalin jejak dulu, yuk saling dukung🌻🌻🌻
2023-06-22
1
Fumiko Sora
di pikiranku Arka ini tipe cowok yang dingin-dingin gitu kayaknya 😆
semangat kak... ☺
2023-06-10
1