Ldr Ko Langgeng?

Jam tiga sore. Di bawah pohon besar, Rayna dan Rion duduk berdampingan di bangku panjang. Di tangan Rion, sepiring batagor hanya tersisa setengah. Sesuai dengan permintaan Rayna, mereka makan batagor pinggir jalan yang memang mereka lewati saat jalan pulang. Terkesan sederhana, namun bagi Rayna tetap memiliki makna.

"Ayah nanyain kamu." Rayna bersuara setelah menerima satu suapan dari Rion.

"Ayah bilang apa?" tanya Rion. Ia juga menyuap batagor dari piring yang sama.

"Minta dikenalin sama kamu," jawab Rayna.

"Terus bilang apalagi?" tanya Rion, satu alisnya terangkat.

Rayna menggeleng pelan, menerima suapan yang diberikan Rion. "Gak ada, cuma itu aja."

"Masih canggung sama ayah?"

Rayna diam sejenak. "Ya gimana... dari kecil aku jarang ngobrol sama ayah. Rasanya jadi aneh aja."

Rion menatapnya lembut. "Gak apa, normal ko kalo kamu ngerasa canggung."

"Kak Raya bisa lebih deket sama ayah karena waktu kecilnya emang selalu sama ayah." pandangannya lurus ke depan. Menatap banyaknya kendaraan yang berlalu-lalang.

Rion tak lagi membahasnya, membiarkan suara kendaraan dan hembusan angin yang bersuara, menciptakan keheningan bagi mereka berdua.

"Oh iya, aku mau bilang makasi sama kamu," ucap Rion tiba-tiba.

Rayna mengernyit, kaget dengan arah pembicaraan mereka yang berubah jauh. "Hah? Makasi? Tiba-tiba banget!"

"Emang gak boleh?" Rion menatap Rayna sambil tertawa geli. Melihat ekspresi kaget Rayna yang terkesan lucu di mata Rion.

"Boleh aja sih, tapi aneh banget deh!" Rayna membuang wajahnya ke arah lain, tak mau menunjukkan wajahnya yang tersipu malu.

"Ya karena kalo gak sama kamu, aku gak akan bisa sebahagia ini," ungkap Rion dengan tulus.

"Lebay deh!" Rayna tersenyum malu mendengar perkataan Rion.

"Beneran loh Ion bilang kaya gitu."

"Iya deh percaya!"

"Eumm...," ucap Rion tertahan. "Ion mau izin ya?"

Rayna menoleh dengan cepat. " Izin apa?"

"Temen SMA Ion ngajak reuni." tak perlu dijelaskan lebih detail, Rayna cukup paham dengan arah pembicaraan Rion.

"Ada ceweknya?" tanya Rayna langsung.

"Ada...," Rion diam sejenak, menunggu respon dari Rayna. "Ion pergi sama Faisal juga."

"Iya." ekspresinya berubah, tak lagi terlihat ceria atau pun bersemangat. Raut wajahnya menunjukkan kekecewaan. Terkesan egois memang, tapi ia juga berhak merasa cemburu bukan?.

"Jangan singkat gitu dong jawabnya!" Rion membujuk Rayna, jari telunjuknya mencolek pipi Rayna dengan gemas.

"Nanti...," Rayna menghela napas panjang. "jangan terlalu akrab sama temennya ya!"

"Oke cantik!" Rion menunjukkan gerakan hormat pada Rayna.

"Janji?" jari kelingkingnya ia ulurkan, menunggu diterima oleh Rion. "Pasti."

*Tapi...esok kita bisa ulang lagi*

*Kita akan jalan-jalan lagi*

*Mana kelingkingmu, ayo janji*

...*Olski - Ayo janji*...

Setelah puas menghabiskan waktu di aquarium dan makan batagor bersama, Rion memutuskan untuk mengantar kembali ke rumah. Sambil bernyanyi di atas motor, menghibur Rayna yang terlihat sedikit cemberut karena percakapannya terakhir kali.

"Inget ya! Jangan mau kalo ada cewek yang deketin kamu!" kata Rayna penuh ancaman. Suaranya sedikit berteriak, tak mau kalah dengan suara bising jalan dan angin sore yang berhembus.

Rion itu pria baik, satu-satunya pria yang bisa membuat Rayna jatuh cinta. Lebih tepatnya Rion adalah cinta pertama bagi Rayna.

"Gak akan cantik! Kan Ion udah punya Rayna," balas Rion. Ia menjalankan motornya perlahan, menikmati waktu bersama Rayna lebih lama. Bahkan ia rela harus melewati jalan memutar agar bisa bersama Rayna lebih lama lagi.

"Nanti kalo ada yang deket-deket bilang aja ya!" Rayna memeluk pinggang Rion dari belakang, kepalanya bersandar di punggung Rion. Menghirup dalam aroma tubuhnya, wangi parfum favoritnya, karena berasal dari pakaian yang Rion kenakan.

"Kenapa emang?" dahinya mengernyit.

"Mau ku ajak ribut," tegas Rayna.

"Tenang sayang, ada temen cowoknya juga ko," ucap Rion menenangkan.

"Iya, aku tau ko."

"Ion udah lama banget gak ketemu mereka, jadi kali ini mau ikut," jelas Rion.

"Emang gak capek?" tanya Rayna. Bayangkan saja, Rion menghabiskan waktunya di Bekasi dan harus bertemu dengan teman-temannya di Bandung. Padahal ia ingin Rion langsung istirahat. Terlebih lagi setelah Minggu lalu mengalami kecelakaan.

"Capek sih, tapi kan mainnya cuma sebentar aja nanti." Rion menepuk-nepuk telapak tangan Rayna yang memeluknya erat.

"Harusnya kamu gak usah ke sini Minggu ini," gumam Rayna.

Rion memandang wajah Rayna yang terpantul di kaca spion miliknya. "Ya gak bisa dong! Kan hari ini jadwalnya kita main."

Rayna menggembungkan pipinya sedikit. "Tapi kan jadinya kamu capek."

"Kata siapa?" Rion mengangkat satu alisnya. "Ion seneng ko bisa ketemu kamu hari ini."

"Nanti kapan-kapan aku yang main ke sana ya!" ucap Rayna penuh harap, bibirnya menunjukkan senyum tipis, sedang kedua matanya berbinar.

"Iya sayang, nanti kita main sama Naura juga."

"Oh iya!" Rayna memekik. "Aku lupa beliin sesuatu buat Naura!"

"Gak perlu cantik!" ucap Rion tertawa geli.

"Ih kasian loh dia, kamu tinggal seharian." Rayna mencondongkan badannya sedikit ke depan.

"Biarin aja, nanti aku beliin dia jajan," balas Rion dengan santai.

"Jangan lupa ya!" peringat Rayna.

"Iya sayang," jawabnya dengan tulus.

Obrolan mereka berlanjut, saling merasa nyaman satu sama lain. Meski pun hanya membicarakan hal-hal sederhana yang mungkin tidak penting. Bahkan meski hanya sekedar candaan kecil yang diberikan Rion.