Menjadi Ayah Untuk Keponakanku

Bab 26

Sekarang Arga berada di dalam situasi sulit. Salah dia juga dulu memberikan janji dan sumpah kepada Valerie. Sekarang laki-laki itu menyesali perbuatannya itu.

Tatapan Bagas terasa menekan dan membuat sesak napas Arga. Ayah mertuanya ini bukan orang yang bisa diajak bermusyawarah, tetapi tipe orang yang keras kepala dan akan memaksakan kehendaknya.

"Orang tua mana yang ingin melihat anaknya hidup menderita? Aku rasa semua orang tua menginginkan kehidupan rumah tangga anaknya bahagia," ucap Bagas dengan sorot mata yang tajam.

Arga terdiam tidak bisa berkata-kata. Dia mengingat kembali apa yang sudah dia perbuat kepada Marsha. Laki-laki itu merasa kalau dia tidak bisa membuat perempuan itu merasakan kebahagiaan dalam menjalani kehidupan rumah tangga mereka.

"Heh, kamu! Kamu itu wanita, apa tidak punya hati dan perasaan, sudah mau merusak rumah tangga orang lain? Apa kamu tidak pernah berpikir jika menempatkan dirimu di posisi wanita yang suaminya digoda oleh wanita lain? Apa kamu mau suatu hari nanti saat sudah punya suami lalu ada wanita lain yang ingin menjadi istri suamimu, akan kamu izinkan dengan senang hati?" Bagas menunjuk ke muka Valerie yang terdiam mematung.

Wanita itu juga sebenarnya tidak mau menjadi yang kedua. Makanya dia sangat berharap kalau Arga bisa bercerai dengan Marsha.

"Aku tidak pernah merebut Arga dari istrinya. Justru wanita itu 'lah yang sudah merebut Arga dariku. Kami sudah lama berpacaran, jika aku tidak mengalami koma panjang, mungkin aku sudah lama menikah dengan Arga," bantah Valerie membela dirinya.

Mendengar penuturan dari wanita yang berdiri di depannya, Bagas sangat terkejut. Dia tidak pernah mendengar jika Arga sudah punya kekasih dan sedang mengalami koma.

"Ayah, aku–"

"Kenapa kamu tidak bilang kalau sudah punya wanita yang sangat kamu cintai? Pantas saja sekarang kamu malah ingin menduakan Marsha. Kembalikan Marsha kepada kami, toh, kamu juga kelihatannya tidak mampu membahagiakan putriku," potong Bagas tidak mau mendengar ucapan sang menantu.

Selama ini imej Arga sangat baik di kampung. Tidak terdengar sedang dekat dengan wanita, karena fokus dulu dengan karirnya. Bahkan kedua orang tuanya pun tidak tahu menahu tentang Valerie.

"Tidak, Ayah. Aku akan selalu membahagiakan Marsha," kata Arga dengan sungguh-sungguh berharap mertuanya tidak lagi mendesak dirinya.

Gila dan egois yang sekarang sedang menguasai diri Arga. Kesadaran dia akan kenyamanan saat bersama Marsha membuat dia seperti ini. Laki-laki ini emang egois dan serakah dalam hidupnya. Tidak tahu kenapa dia menjadi seperti ini sekarang, dia juga tidak menyukainya.

"Kembalikan Marsha kepadaku, kalau perlu aku kembalikan mahar 250 juta itu kepada kamu!" bentak Bagas dengan murka.

Laki-laki setengah paruh baya itu memang terkesan otoriter dan overposesif kepada keluarganya. Meski begitu sang putri sudah mengalami hal yang menyakitkan dalam hidupnya dengan kejadian dulu itu.

Valerie membelalakkan mata saat mendengar uang mas kawin yang diberikan Arga kepada Marsha. Dia tahu betul laki-laki itu adalah tipe suka menghemat dan tidak suka foya-foya. Namun, saat mendengar seberapa besar nilai mas kawin yang diberikan, ini membuat jiwa serakah yang ada pada tubuhnya bangkit.

Arga menggelengkan kepala. Hatinya mengatakan tidak boleh melepaskan Marsha apa pun yang terjadi. Dia akan tetap mempertahankan dia sebagai istrinya.

Valerie kesal karena Arga tidak mau melepaskan Marsha. Padahal dia juga akan mampu memberikan kebahagiaan untuknya.

"Tidak baik, jika seseorang menyuruh bercerai dengan istrinya. Itu dosa, Ayah. Perceraian adalah sesuatu yang dibenci oleh Allah," ucap Arga.

"Tapi, dibolehkan oleh Allah," lanjut Bagas dengan senyum sinis.

Arga pun terdiam. Dia tidak tahu harus bagaimana lagi agar ayah mertuanya tidak marah dan membiarkan dia dan Marsha tetap bersama.

"Aku mencintai Marsha dan tidak mau kehilangan dirinya," aku Arga dengan jujur.

Di sudut hatinya dia merasa tidak pantas untuk Marsha. Dia ingin menunjukan rasa cintanya kepada wanita itu, jika dirinya memang sudah pantas untuk perempuan baik-baik seperti Marsha. Dia malu dengan dirinya yang banyak bergelimang dosa di masa lalunya. Adanya Marsha di samping dia merupakan cahaya dalam hidupnya yang suram.

Tubuh Valerie melemas dan hampir jatuh jika tidak ditahan oleh perawatannya. Bahkan kruk, yang menjadi alat bantu dia untuk berjalan pun sampai jatuh.

Bagas melihat kejujuran dari pancaran mata Arga. Namun, dia tidak suka dengan cara bertindak dan sikap menantunya ini.

"Pak Bagas … Arga, kalian di sini?" Ayu baru kembali dari kantin. Sekarang ini giliran dia yang menunggu di rumah sakit. Sementara itu, Indah mengasuh Alva di apartemen.

Kedua laki-laki berbeda generasi itu melirik ke arah Ayu. Mereka pun mengangguk lalu berjalan bersama menuju ke ruang rawat Marsha.

Valerie menatap nanar kepergian Arga. Dia marah kepada laki-laki itu. Selama ini dirinya selalu mengira kalau hanya dia satu-satunya wanita di hati Arga. Namun, sekarang dia diabaikan olehnya.

'Ini semua gara-gara wanita itu! Jika saja orang itu tidak pernah hadir di antara kita, aku dan Arga pasti akan hidup bahagia,' batin Valerie dengan tatapan masih tertuju ke arah Arga.

***

Arga datang ke kantor hari ini, karena akan ada rapat dengan dewan direksi. Dia dan Mariana bertemu di lorong saat menuju ruang rapat.

"Kenapa kamu tidak pernah datang ke rumah sekarang? Kak Valerie sering melamun dan kadang tiba-tiba mengamuk," tanya Mariana.

Arga sudah merasa bosan dengan pertanyaan yang sama dan harus menjawab dengan hal yang sama juga. Setelah Marsha koma dua bulan yang lalu, dia memang tidak pernah ke rumah Valerie lagi. Dia banyak menghabiskan waktu di rumah sakit dan apartemen.

"Aku takut kalau dia sampai berbuat nekad. Kemarin saja dia berdiri di balkon dan membuat para tetangga gempar," lanjut Mariana dan itu membuat Arga terkejut.

"Kamu tidak bohong, 'kan?" tanya Arga tidak percaya.

***

Apakah Valerie akan melakukan hal yang nekad agar bisa bersama Arga? Bagaimana masa depan rumah tangga Arga dan Marsha? Ikuti terus kisah mereka, ya!