Jennixia terpaksa menikahi Chester, mafia yang terkenal kejam di Negara X itu. Dia tidak diberikan pilihan lain oleh Chester.
Setelah menikahi Chester, sifat Chester sangat bertolak belakang dengan julukan yang diberikan kepadanya. Jennixia sempat merasa bingung. Chester melakukan apapun untuk meraih cinta Jennixia.
Bagaimana Chester bisa mengenal keluarga Jennixia ?
Apakah Jennixia bisa mencintai Chester setulusnya?
Masih banyak pertanyaan yang masih misteri mari kupas tuntas dengan mengikuti alurnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gabby_Rsyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 Mertua ?
Anderson menggerutu kesal karena menerima penawaran Arviy waktu itu hingga saat ini dia terpaksa merelakan putrinya yang paling dia cintai harus menjadi tawanan Arviy.
Walaupun Arviy sudah mengatakan bahwa dia tidak akan menganggu anaknya tapi siapa tahu kalau dia akan melakukan sesuatu karena gadis itu berada dalam genggamannya.
Anderson pulang ke rumah dengan pakaian yang lusuh, sudut bibirnya dan pipinya terlihat lebam karena pukulan dari beberapa pria yang menyeret paksa dirinya tadi.
Rumahnya terlihat berantakan membuat Anderson semakin kesal.
"Ck, kalau saja Jenni masih ada pasti rumah sudah beres jam-jam begini."
Anderson duduk disofa ruang tamu, dia memikirkan cara agar bisa bertemu dengan Jennixia secepatnya.
"Tahu begitu aku jual saja Jennixia pada pemilik klub itu agar hidupku dan putriku tidak sesia* ini." Gerutu Anderson setelah mengingat kejadian yang dia alami.
Anderson saja tidak mengerti mengapa Jennixia diperebutkan oleh para orang-orang kaya, padahal Jennixia cuma gadis yang biasa-biasa saja menurutnya dan masih cantik putrinya. Begitulah pikiran Anderson.
Anderson mengambil ponselnya dan mengirim pesan kepada Luis bahwa dia ingin bertemu dengan Jennixia. Sudah hampir setengah jam pesannya tidak di balas oleh Luis.
Dia menjadi semakin kesal lalu membanting ponselnya ke arah dinding pembatas ruang makan itu.
"Sia* tunggu saja kau Jenni, kau merusak kedamaian hidup kami jadi kau harus dapat balasannya." Ucapnya sambil tersenyum miring karena sebuah ide terlintas dipikirannya.
Anderson membersihkan dirinya, lalu keluar dari rumah dan menuju ke rumah sakit untuk menjenguk istrinya.
...
Di Villa..
Dengkuran halus terdengar dari Jennixa yang sedang tertidur pulas setelah lelah dengan aktivitas bersama Chester tadi.
Walaupun Chester belum berhasil memiliki Jennixia sepenuhnya tapi, Chester rasa bahagia karena Jennixia masih mau menuruti kemauannya.
Setelah selesai membersihkan dirinya Chester mengamati wajah polos Jennixia saat tidur, sungguh tenang dan menggemaskan.
"Jen, aku harap kau tidak akan pernah meninggalkanku biar pun saat kedua orangtuaku tidak merestui hubungan kita." Ucap Chester dengan perlahan sambil mengusap puncak kepala Jennixia.
Jennixia yang masih polos ini, sama sekali belum mengetahui soal keluarga Chester yang berada di luar Negara.
"Kau harus kuat Jen dan ingat saja aku akan selalu mencintaimu." Lanjut Chester lagi sambil tersenyum sendu.
Semalam Chester mendapat pesan dari kedua orangtuanya yang akan datang ke mansionnya dalam waktu yang terdekat untuk membincangkan pertunangannya dengan salah satu anak dari sahabat kedua orangtua.
Chester tidak membalas pesan mereka karena percuma saja, kedua orangtuanya tidak pernah ingin mendengarkannya tapi dia pikir dia akan terus terang dengan mereka saat mereka sudah berada di Negara ini.
....
Jennixia bangun dengan wajah melasnya, dia merasa lapar karena sedari siang dia belum makan dan hanya menikmati cemilan saja.
"Ke mana dia?" tanya Jennixia sambil menggosok kedua matanya.
"Ah, tubuhku rasa lengket sekali. Aku harus mandi dan bersiap."
Setelah membersihkan dirinya Jennixia memilih pakaian kaos yang besar dan menggunakan celana jeans sebatas paha.
Rambutnya digeraikan, dia keluar dari kamar dan menuju ke ruang makan tapi dia tidak mendapati kehadiran Chester di situ dan hanya ada dua pelayan saja yang tersenyum berdekatan dengan meja makan.
"Selamat sore, ehm Tuan ke mana?" tanya Jennixia kepada kedua pelayan itu.
Mereka tidak menjawab malah meninggalkan Jennixia di setelah menundukkan tubuh mereka.
"Eh, kalian belum menjawabku." Ucap Jennixia yang merasa sedikit bingung.
Tiba-tiba ada tangan yang melingkar di pinggangnya dan membuat dia merasa sedikit kaget.
"Akh!"
"Kau mencariku?" ucap Chester tepat di telinga Jennixia.
Bulu tengkuk Jennixia merinding karena hawa panas yang keluar mulut Chester dan membuatnya sedikit geli. Jennixia coba melepaskan diri dari Chester tetapi tangannya semakin erat memeluk Jennixia dari belakang.
"Aku tidak mencarimu Tuan." Kelitnya. "Tapi kau dari mana saja?" Lanjut Jennixia lagi.
"Katanya tidak mencariku tapi kok bertanya." Sahut Chester yang mulai meletakkan dagunya di atas pundak Jennixia.
"Kau harus dihukum." Lanjutnya lagi.
"Hukum? Hukum kenapa?" Jennixia bingung.
"Kau memanggilku Tuan dua kali sayang." Chester membalikkan tubuh Jennixia agar Jennixia bisa berhadapan dengannya.
"Bercanda sayang." Sahut Jennixia polos.
Chester tidak ingin mendengar alasan Jennixia dia langsung saja menyambar bibir yang menjadi candu baginya.
Jennixia menolak tubuh Chester hingga tautan yang Chester bina terlepas, Chester menatap Jennixia dengan wajah bingung.
"Aku lapar sekali, kalau kau terus menci**ku bisa-bisa makin lapar aku." Ucap Jennixia dengan wajah lemasnya.
Chester tertawa geli mendengar ucapan Jennixia.
"Baiklah kita makan dulu, setelah makan baru lanjut hukumannya." Ucap Chester lalu duduk di kursi meja makan.
"Hahh?"
....
Di New York.
"Tante, tante yakin Chester tidak akan marah jika aku ikut?" Ucap seorang wanita muda.
"Sayang, kamukan calon istrinya mana mungkin dia marah, lagian kamu ke sanakan untuk mengenalinya dengan lebih dan acara pertunangan kamu mungkin 2 minggu setelah itu." Sahut wanita paruh baya itu.
"Aku tidak yakin dia menyukaiku tante."
"Ck, sudah jangan pikirkan lagi, tante akan atur semua. Kamu tinggal terima beres aja."
Kedua wanita itu sedang berada di sebuah mall ternama di Kota itu untuk membeli beberapa pasangan baju yang mewah untuk acara pertunangan nanti.
Mereka terlihat lebih akrab dan hal ini akan menjadi masalah baru dalam kehidupan Chester dan Jennixia.
"Liana, kamu sudah memilik baju yang terbaik?" tegur wanita paruh baya itu lagi.
"Sudah tan." Sahut wanita muda tadi yang dipanggil Liana.
"Cari yang agak terbuka sayang biar Chester makin terpesona nanti." imbuh wanita itu lagi.
Liana menjadi agak malu karena dia juga tidak pasti adakah Chester bakal terpesona dengannya atau tidak. Dia hanya berharap Chester bisa menerima dirinya.
Karena Liana sudah lama menaruh hati pada Chester tetapi sampai saat ini Chester tidak pernah sadar dengan perasaannya.
Chester dan Liana sudah lama berkenalan karena orang tua Liana merupakan sahabat karib orangtua Chester.
...
Chester membawa Jennixia kembali ke kamar, lalu memeluknya sepuas hatinya. Malam ini dia hanya ingin bersama Jennixia.
"Kita pulang besok?" tanya Jennixia yang masih dalam pelukan Chester.
"Lusa." Jawab Chester singkat.
"Jen, aku ingin meminta izin untuk menci**mu bisa?" lanjut Chester lagi sambil memasang wajah kasihan.
"Sejak kapan kau pandai minta izin, selama ini main nyosor aja." Sahut Jennixia.
Wajah Chester berubah sumringgah, dia langsung saja menyambar bibir Jennixia menggunakan bibir hangatnya. Chester melum** bibir Jennixia dengan penuh rasa cinta.
Chester merasakan sesuatu akan terjadi antaranya dan Jennixia, sehingga dia memutuskan untuk meminta haknya sebagai suami malam ini juga.
Bersambung...