Kiara, adalah gadis sebatang kara. Dia bekerja sebagai Pramusaji di sebuah restauran ternama. Dia bekerja banting tulang untuk melunasi hutang ayahnya seorang bandar judi yang telah di tipu dan terlilit utang. Ibunya sakit-sakitan. Ketika seorang istri CEO perusahaan mengajaknya kerja sama. Yaitu menikah dengan Suaminya Agam, karena Dia Mandul. Dan Kiara akan mendapatkan uang, berapa pun Dia mau, asal bisa melahirkan anak laki-laki pewaris perusahaan Agam. Usia mereka yang terpaut 20 tahun itu membuat Kiara ragu. Namun Dia yang slalu mendapat teror dari bandar Narkoba lainnya pun tak bisa lagi menolak takdirnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nana shin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Tarik Masuk dalam Mobil
Kiara pun menoleh ke belakang. Kiara sangat kaget, saat melihat lelaki yang melambai-lambai di dalam mobil hitam tersebut adalah suaminya, Agam. Dia bingung harus bagaimana? kalau dia berhenti, maka dia akan tahu kalau sebenarnya dia sudah menikah, kalau dia pergi, tapi ..., Kiara penasaran apa yang ingin dikatakan Agam.
Hingga akhirnya dia mengambil keputusan yang sulit, dan memilih kabur dari Agam.
"Aku tidak mau orang itu menemui ku, bagaimana kalau nanti dia menyakitiku? mereka pasti para rentenir yang sedang mencari ayahku, ayo cepat, ayo cepat!" titah Kiara pada Adi.
"Benarkah? baiklah, kau tenang saja," ucap Adi.
Adi pun melaju dengan kecepatan penuh, dengan sangat cepat dia juga menyalip beberapa orang yang ada di depannya, namun Agam tidak mau kalah dari Kiara, dia pun membalap beberapa orang yang ada di depannya, walaupun masih jauh dengan jarak Kiara namun dia berusaha untuk terus mengejar Kiara.
"Kenapa Kiara menghindari ku? Apakah dia bersama kekasihnya? kurang ajar kau! Kiara, bukankah kau itu masih berstatus istriku? berarti kau selingkuh di belakangku? aku harus menemukanmu," ucap Agam.
Dia terus melaju menyusul Kiara, di jalanan yang lumayan ramai. Sesekali dia akan memencet klakson yang sangat berisik, ketika ada orang yang menghalangi jalan di depannya, hingga lampu merah pun menyala, dan tepat saat itu juga Kiara dan Adi sudah lolos di depannya.
"Sialan, aku kehilangan jejak, Kiara, untuk apa kau menghindar dariku? Bukankah kemarin kau baik-baik saja denganku? sekarang kenapa kau menghindar?" ucap Agam heran.
Agama hanya bisa memandang Kiara dan Adi yang sudah jauh di seberang jalan. karena merasa sudah tidak bisa untuk mengejarnya. Agam pun berbalik arah dan memutuskan untuk singgah di sebuah warung makan.
"Silahkan Tuan pesan menunya," ucap karyawan warung makan tersebut.
"Terima kasih," ucapnya.
Agam pun memilih makanan yang disukainya. Kembali mengambil teleponnya.
"Hello, Pak Sukro. Aku ingin kau menyelidiki seseorang, tolong cari info tentang dia. Aku akan mengirim fotonya,- ucap Agam.
"Baik Tuan, aku akan segera mengerjakan perintah Anda."
Telepon di tutup Agam, dia pun mengirim foto Kiara.
"Kenapa kau menghindari ku? siapa lelaki itu? Apakah dia kekasihmu? tidak! kau tidak boleh bersama orang lain! kau itu istriku, Kiara. Bagaimana mungkin kau bersama orang lain? sedang statusmu itu masih menjadi istriku, aku belum menceraikan mu Kiara, dan sepertinya aku tidak akan pernah menceraikan mu, aku akan mencobanya, ya, aku harus mencobanya," ucap Agam
***
Sementara Adi dan Kiara tampak masih di jalanan, tak tahu arah. Agam dan Kiara sesekali menetap spion ataupun menoleh ke belakang.
"Kiara, sepertinya orang itu sudah tidak mengejar kita lagi, karena tadi dia kan tertinggal di lampu merah?" ucap Adi.
"Iya Mas. Sekarang kita mau ke mana?" tanya Kiara.
"Sebaiknya kita mampir dulu di warung makan. Oh iya, kira-kira siapa dia tadi? Sepertinya dia hanya sendirian? dia juga tahu namamu. Bahkan dia beberapa kali memanggil namamu dan menyuruh kau untuk menunggunya?" ucap Adi.
"Entahlah, aku juga kurang jelas, tapi aku takut kalau itu adalah orang yang mencari Ayah. Bagaimana mungkin aku bisa membayar hutang-hutang Ayah. sudah ah, sekarang sebaiknya kita makan dulu. Aku juga merasa lapar dan juga kehausan." ucap Kiara.
Adi pin menuruti keinginan Maura dan mampir di sebuah warung kecil, yang ada di pinggir jalan tersebut.
"Sekarang ayo kita makan!"
Setelah mereka memesan makanan, karena warung tersebut sepi, tak berapa lama, makanan sudah siap. Mereka tidak perlu menunggu lama untuk mengantri makanan.
"Oh ya, aku akan mulai jualan. Mungkin aku akan jualan kecil-kecilan seperti Pop Ice gitu, di pinggir jalan, biar aku ada penghasilan."
"Tidak usah kerja begitu Kiara! aku akan memberikan uang bulanan untuk kamu, bagaimana kalau aku beri uang bulanan padamu sebanyak 3 juta? Apakah cukup? karena aku juga kan masih bekerja di kantor Papah, gaji ku juga tidak besar."
"Tidak Mas, aku tidak mau merepotkan mu, lebih baik aku bekerja sendiri, aku bisa kok."
"Minggu depan aku akan melamar mu, aku tidak ingin kulitmu gosong karena berjemur di matahari, kau tunggu saja di rumah, aku pasti datang, dan memberikan uang bulanan untukmu," ucap Adi.
"Mas ...."
"Tidak! Aku tidak mau di bantah," ketus Adi.
Mereka sudah selesai makan, setelah membayar, mereka pun pergi meninggalkan tempat tersebut.
"Kiara. Nanti kalau kita sudah menikah, pengen punya anak berapa?" tanya Adi saat di perjalanan menuju pulang.
"Mas Adi ..., belum juga nikah belum juga lamaran, kok sudah sampai ke anak sih?" ucap Kiara.
Sebenarnya Kiara merasa ..., entahlah, yang jelas, Kiara sekarang sudah berubah, perasaannya kepada Adi pun mulai terasa hambar. Apakah karena dia memang mencintai Agam? Tapi Kiara sadar, kalau Agam itu bukanlah miliknya, akan tetapi miliki istri pertamanya.
"Kita kan boleh berandai-andai Kiara. Nanti kalau kita sudah menikah, kita tidak perlu lagi memikirkannya, kita sudah punya rencana, bahwa kita akan memiliki anak, Sekian dan sekian. Kalau aku sih pengennya punya anak 5, kalau perlu, kembar, Aku suka dengan anak-anak."
"Mas, sudah ah, aku takut berharap, saat ini saja, aku belum berani berharap orang tuamu menerimaku," sahut Kiara.
"Kan aku sudah bilang, aku berani kok pergi dari rumah demi kamu, aku tahu orangtuaku itu memang keterlaluan, mereka suka pilih-pilih, tali aku tidak mau di jodohkan," ucap Adi.
"Adi!" teriak seseorang dari samping Adi dan Kiara saat di lampu merah.
Seorang Wanita Tua dan terlihat glamor, turun dari mobil.
Adi pun spontan menoleh.
"Cynthia," lirih Adi.
"Hei! dasar wanita kurang ajar! wanita matre! turun kau dari motor anakku!" bentak seorang ibu itu kepada Kiara.
"Ibu, apa-apaan ini? aku yang membawanya. Kenapa Ibu mengusirnya?"
Semua mata yang ada di lampu merah tersebut pun tertuju kepada mereka.
"Cepat turun_turun!"
Ibu Adi juga menarik tangan Kiara hingga Kiara pun terpaksa turun.
"Pergi sana!"
Kiara tentu saja merasa tidak enak, apalagi melihat mata-mata yang memandangnya dengan sangat sinis dan aneh. Terpaksa Kiara pun berjalan ke samping jalan trotoar dan pergi entah ke mana.
"Ibu, apa ibu lakukan? Kenapa Ibu mengusirnya? kalau Ibu tidak merestui aku dengan Kiara. Aku akan pergi dari rumah!" ancam Adi.
"Dasar anak tak tahu di untung. Lihatlah wanita yang ada di dalam mobil ini! dia itu calon istrimu! kenapa kau terus saja berhubungan dengan Kiara. dia tuh miskin, wanita matre, nanti kalau kau sakit-sakitan, pasti kau diusir dari rumahmu sendiri."
"Ibu tidak mengerti!" ketus Adi
"Apa kau ingin jadi anak durhaka!"
Mama Adi terlihat sangat marah.
Sementara Kiara tampak terlihat di ujung jalan terus berjalan ke arah kanan. Di sana juga ada lampu merah, namun tiba-tiba Adi melihat Kiara dibukakan pintu oleh seorang yang ada di dalam mobil, dan Kiara pun di tarik masuk ke dalam mobil tersebut tanpa perlawanan.
Bersambung
ayo kak mampir lagi ke tempatku yuukkk 😅