NovelToon NovelToon
Dendam Si Kembar

Dendam Si Kembar

Status: tamat
Genre:Anak Kembar / Identitas Tersembunyi / Cinta Murni / Romansa / Tamat
Popularitas:146.9k
Nilai: 4.9
Nama Author: Freya Alana

Gadis dan Dara adalah sepasang gadis kembar yang tidak mengetahui keberadaan satu sama lain.

Hingga Dara mengetahui bahwa ia punya saudara kembar yang terbunuh. Gadis mengirimkan paket berisi video tentang dirinya dan permintaan tolong untuk menyelidiki kematiannya.

Akankah Dara menyelidiki kematian saudaranya? Bagaimana Dara masuk ke keluarga Gadis?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Freya Alana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Serangan Lagi

Di dalam mobil yang diparkir, Fero Bachtiar/Alamsyah membaca file mengenai Irsad Mumtaz.

“Ternyata kita satu kaliber, satu frekuensi. Cuma kamu lebih muda aja. Kita lihat seberapa lihai kamu bisa mengungkap semuanya.”

Dari kejauhan seorang wanita keluar dari sekolah bersama seorang anak laki-laki.

Mata Alamsyah yang dingin dan kejam berubah hangat.

Gerimis mulai turun. Seorang pria menjemput wanita dan si anak laki-laki dengan payung. Si anak langsung melompat ke gendongan, mereka pergi bertiga sambil tertawa. Keluarga kecil yang bahagia.

Alamsyah menghela napas. Seharusnya ia yang berada di posisi pria itu. Menjemput mantan istri dan putra satu-satunya. Alamsyah begitu mencintai kehidupan militer sehingga mengabaikan istrinya.

Sheila, bertahan sekuat tenaga, menungguinya. Saat pulang, Alamsyah terus sibuk memikirkan misi-misinya, membiarkan Sheila terus tenggelam dalam kesendirian.

Di tahun kelima pernikahan, Sheila dengan air mata bercucuran mengatakan tidak sanggup lagi untuk bertahan. Wanita itu memohon agar Alamsyah menceraikannya. Bersamaan dengan surat tugas dirinya akan dikirim ke Timur Tengah selama dua tahun, akhirnya Alamsyah melepas Sheila.

Tanpa ia tahu saat itu Sheila sedang hamil. Saat dibebastugaskan karena cedera, Alamsyah mencari Sheila. Wanita itu hidup menjanda bersama putranya. Alamsyah menemui dan memohon agar bisa kembali, namun Sheila menolak.

Mantan istrinya tidak keberatan Alamsyah menemui Viro, putranya, tapi tidak untuk rujuk. Hanya dengan Sheila, Alamsyah mampu bersikap lembut. Beberapa bulan kemudian, ia merelakan istrinya dipinang oleh seorang Datuk.

Setelah menikah, Sheila tetap mengijinkan mantan suaminya untuk menengok Viro. Hanya saja, Alamsyah telah kehilangan semangat hidup.

Ia melampiaskan kemarahan pada dirinya sendiri dengan menjadi pembunuh bayaran. Kemampuannya sebagai pasukan khusus membuat dirinya mahir melenyapkan target. Kliennya tersebar di seluruh dunia.

Alamsyah tidak memilih siapa kliennya. Yang penting bayaran cocok. Hingga ia membuat kesalahan. Ia membunuh seorang putri pemimpin triad dan dirinya menjadi buronan.

Tawaran unik datang di saat dirinya hampir tertangkap. Seseorang rela membayarnya mahal untuk mengawal tapi sekaligus mencelakai seorang cucu konglomerat, Gadis Anantara.

Alamsyah diperintahkan untuk mengawasi tapi juga menciptakan kecelakaan-kecelakaan kecil untuk Gadis. Dirinya pun menyanggupi. Masuk ke keluarga Anantara dengan menyamar sebagai Fero Bachtiar, seorang polisi yang gugur di medan konflik Timur Tengah.

Bertahun-tahun Alamsyah menjaga Gadis, mengenalnya bagai melihat telapak tangan. Ia menjaga sekaligus mencederai Gadis dengan kecelakaan-kecelakaan kecil seperti membuatnya jatuh dari sepeda atau tertimpa karung tepung. Tidak ada yang mencurigainya. Alamsyah selalu muncul sebagai orang pertama yang menyelamatkan Gadis.

Ia tidak bertanya apapun kepada pemberi perintah. Termasuk ketika ia diperintahkan untuk membunuh Gadis. Dirinya hanya keberatan saat pemberi perintah memaksa untuk ikut dalam mobil yang dipakainya untuk menyebabkan kecelakaan. Alamsyah biasa kerja solo.

Tanpa kasihan, Alamsyah membuat mobil Gadis jatuh ke jurang. Saat polisi menyelidiki, dengan lihai Alamsyah berdalih bahwa saat itu Gadis kabur dari pengawasannya. Sedemikian rupa mengatur alibi hingga dia tidak lagi dikaitkan dengan kecelakaan Gadis.

Setelah pemakaman Gadis, ia berpamitan pada Darius. Dirinya masih bimbang apakah akan kembali ke negeri seberang atau tetap di Indonesia.

Sebuah perintah baru membuatnya tetap tinggal dan sesekali menjenguk anaknya.

Alamsyah melihat Sheila dan Viro sudah naik ke dalam kendaraan. Walau diparkir jauh, tapi ia bersumpah pada dirinya sendiri bahwa Sheila sempat menoleh ke arahnya sebelum memasuki kendaraan.

“La, cuma awak yang bisa kenali I dimana pun. Jage anak kite,” gunamnya dengan wajah sendu.

Setelah mantan istri dan putranya pergi, Alamsyah kembali terbang ke Jakarta.

Di apartemennya yang kosong dan gelap ia merias wajahnya dengan bekas luka di pipi kiri, mengubah bentuk hidung dan tulang pipi lalu kembali berselancar di jagat maya untuk mencari lebih banyak informasi tentang target barunya: Dara Anantara.

***

“Dara, kok jam segini baru makan?” Sapa Askara di kafetaria kantornya.

“Baru sempet, Kak. Tadi ngerjain beberapa proposal yang diminta Opa.”

“Kakak boleh duduk bareng?”

Dara melayangkan pandangan ke seluruh kantin yang sudah mulai kosong. Menyindir agar sepupunya duduk di meja lain.

Askara bukannya tidak paham kelakuan adik sepupunya. Ia memilih untuk tetap duduk semeja bareng Dara. Wajahnya tertawa jahil.

“Ck …” Decak Dara yang dibalas dengan senyum kemenangan.

“Ra, Kakak mau minta tolong sama kamu.”

“Dara, aku nggak mau dipanggil Ra atau Rara.”

“Siap! Jadi gini, Ra, Kakak mau pergi ke Papua, proyek yang di sana tinggal topping off. Di lain pihak, proyek yang sama Babe itu juga udah selesai tahap satu. Kakak mau minta tolong, kamu arrange press conference buat proyek Babe.”

“Nggak bisa minta tolong orang Humas, apa?”

“Kan Rara kenal baik sama Babe.”

Dara menatap tajam ke netra Askara. Sementara pria itu santai saja melahap makan siangnya yang juga ketelatan.

“DARA, akan kerja sama dengan Humas. Tapi nanti DARA bantu buat ngomong ke Babe”

“Makasi. Enak juga nih menu hari ini.” Askara terus menyantap pecel lele, sambel terasi dan sayur asem.

Sementara Dara telah menghabiskan nasi ayam betutu. Semenjak dia bergabung, Darius memerintahkan tim dapur untuk menambah menu-menu khas Bali sebagai obat kangen untuk cucunya.

Dara menatap ke arah Askara.

“Jangan liat-liat, nanti naksir.”

Dara tidak menanggapi, lalu berkata, “Kak, waktu Dara ke rumah, Kakak bilang kalau cinta dan rindu sama Gadis.”

Askara menjawab sekenanya sambil menyeruput kuah sayur asem segar. “Namanya juga mabuk, jangan dipikirin.”

“Tapi kata temen-temen Dara orang mabuk biasanya ngomong yang dia pendam.”

“Sini suruh temennya ngomong sama Kakak,” balas Askara pura-pura tak peduli.

Dara mengendik lalu bertanya lagi, “Kak, Gadis orangnya gimana?”

Askara tersenyum lalu menjawab, “Cute, ramah, LEMBUT.” Menyebutkan sifat terakhir dia sengaja memberi penekanan sambil mengarahkan pandangan ke Dara.

Sadar disindir, Dara menjebik.

“Waktu Gadis dibawa ke rumah Opa, menurut Kakak dia adalah bayi yang paling cantik di dunia. Kulitnya putih, pipinya kemerahan. Dari bayi, Gadis itu gampang ketawa. Sumeh kalau kata Mamaku.”

Askara kini berhenti menyantap. Matanya menatap jauh menggali kenangan tentang Gadis.

“Kakak jadi sering main ke rumah Opa. Bantuin Opa jagain Gadis. Waktu itu Kakak umurnya empat tahun. Kakak sama Gadis sekolah di tempat yang sama. Guru dan teman-teman tahunya Gadis itu adiknya Askara. Kakak inget, dulu Gadis nggak mau pulang sekolah kalau nggak bareng Kakak. Gitu terus sampai dia SMP dan Kakak SMA.”

Dara terus mendengarkan penuturan Askara.

“Waktu SMA, Gadis minta dikirim ke Perancis untuk sekolah masak. Dia ajakin Kakak untuk ambil kuliah di sana. Papaku nggak setuju. Aku juga sebenernya pengin ambil kuliah di Amerika. Jadi untuk pertama kali kita pisahan, Ra. Kita hanya ketemu pas liburan. Selama pisah kita kontak lewat medsos aja.”

Askara menggigit bibirnya. Masa tidak bersama Gadis adalah periode terberat baginya.

“Beberapa tahun Gadis di Indonesia kemudian dia menikah dengan Jadden. Kamu tau nggak, aku yang kasih tahu Gadis tentang hubungan Jadden dan Mel. Kakak pasang kamera di ruang praktek Jadden.”

“Kak …” Dara ternganga.

“Ra, Kakak emang sengaja. Tapi ini semua Kakak udah diskusikan sama Opa Anwar, kok. Karena dia adalah kakeknya Mel. Dia juga gedeg sama cucunya. Walau menurut aku, sepertinya Opa Anwar udah lama tau tentang hubungan Jadden dan Mel.”

Alis Dara berkerut, lalu bertanya, “Kok Kakak bilang gitu.”

“Kamu mungkin melihat Opa Anwar itu orang yang baik. Tapi saat aku bicarakan rencana untuk expose Jadden dan Mel, sorot matanya berubah serem.”

“Opa Anwar?” Suara Dara menggantung.

Bagaikan permainan puzzle, kepingan-kepingan mulai dikenali dan tinggal di tempatkan di titik yang tepat.

“Heh, bengong! Kenapa kamu gitu pas aku sebut nama Opa Anwar? Naksir ya? Eling Ra, cari yang muda masih banyak.”

“Ck … resek. Yang ada Kakak jangan naksir aku ya. Mentang-mentang identik sama Gadis.”

“Ya Allah, enggak deh ya. Kakak tipenya yang LEMBUT.”

“Ya, deh, Si Paling Gentleman,” sindir Dara.

“Hey! Aku udah insaf.”

“Terus Mbak yang waktu itu. Si Jess Jess?”

“Cemburu, ya?”

“Innaalillaahi. Ya Allah, tol-long. Apa aku udah perlu siapin kado bayi? Kak, bisa nggak sih nggak zinah. Kalau Kakak zinah lalu perempuannya hamil, yang kasihan anaknya. Dia nggak diakui sebagai anak secara agama, gadapat waris, kalau anaknya perempuan maka kakak nggak bisa menikahkan. Berhentilah, Kak.”

“Aku lagi berusaha. Dengan Jess aku juga udah pastikan dia nggak hamil. Kalau pun iya berarti bukan anakku. Karena dia sudah haid nggak berapa lama setelah hari itu.”

“Kakak nanya-nanya kapan dia haid, gitu?” Dara bertanya dengan polosnya.

“Ra, udah jangan ngomongin seputar itu.” Askara menjawab ketus.

Dara terkekeh. “Kabur, tanduknya udah keluar. Ya udah DARA mau kerja lagi ya Tuan Kakak.”

Menjauh dari Askara, Dara berkata dalam hati, “Aku harus selidikin Opa Anwar. Dan fix, Kak Askara cinta sama Gadis.” Tak sadad Dara bergidig.

Sementara itu, Askara menatap punggung Dara hingga menghilang di koridor.

“Dara, kalau kamu tahu, aku baru mulai berzinah sejak Gadis menikah,” ucapnya sendu.

***

Beberapa minggu berlalu. Dara pontang-panting bekerja sebagai sekretaris kakeknya dan tugas-tugas lain yang menjadi tanggung jawabnya.

Namun kini dia lebih tenang karena Arum sudah sehat dan bersama Fauzan tinggal di dekatnya. Dara sering menginap di rumah yang sediakan Darius untuk Fauzan dan Arum.

Darius sendiri sedang menyiapkan paviliun yang cukup besar dan nyaman. Dia ingin Dara tidak jauh-jauh darinya. Dara adalah satu-satunya yang dia miliki sekarang.

***

Adrian melempar hapenya.

“Kenapa, Mas?”

“Opa mulai lagi. Itu tadi dari kantor pengacara. Opa minta pengalihan saham yang cukup signifikan untuk Dara.”

Adrian mengusap wajahnya. Susah payah ia membuat Askara tampil sebagai bintang di Anantara Group namun hingga saat ini Darius belum memberinya saham selembar pun.

“Sebetulnya ada langkah yang bisa mengamankan posisi Askara. Kita atur perjodohan dengan Dara.”

“Ya Allah, aku nggak mau punya mantu anak liar itu.”

“Anak liar itu adalah pewaris kerajaan Anantara, Mas. Itu adalah jalan keluar ter-paling-super baik. Berlaku seumur hidup.”

Adrian memejamkan mata, mengingat tadi pagi di sebuah meeting ia melontarkan ide dan Dara tanpa berpikir keras berhasil mementahkan idenya.

“Mas, kalau Askara sudah jadi suami Dara, anak itu dalam kendali kita.”

“Aku ketemu dia di kantor aja males. Ini jadi mantu.”

Yuki mengendik.

“Problemnya adalah anak kita berhasil membuat citra buruk untuk dirinya. Masih beruntung kita nggak kembali memakai nama Wiraguna.”

“Hei … Itu nama kakekku.”

“Mas, dimana-mana kalau aku menyebut nama Anantara, semua orang langsung menerima dan menyambut. Terus terang aja, nama Wiraguna nggak berpengaruh di jagat sosialita.”

Adrian merenung, dalam hati membenarkan perkataan istrinya. Nama Anantara bagaikan kata ajaib yang membuat semua orang menghormati.

“Apa sih sudahnya kakek membagi saham untuk kita. Askara lah paling tidak.”

Walau ditunjuk sebagai pengelola Anantara Group, Darius memang tidak pernah memberikan saham untuk Adrian. Namun Darius memastikan cucu keponakannya mendapat gaji dan bonus-bonus yang sangat bagus.

Demikian juga untuk Askara. Sebagai salah satu direktur termuda, kekayaannya sudah berlimpah. Dan Askara tidak malu menunjukkannya.

“Dek, kita harus cari cara gimana supaya Opa setuju dengan perjodohan ini. Kamu dekati Dara, hati-hati, anak itu cerdik bagaikan kancil dan licin bagai belut.”

“Siap! Apapun untuk menjamin posisi kita di Anantara.”

Adrian menyetujui kalimat terakhir istrinya. Askara harus dinikahkan dengan Dara.

***

“Babe, Dara pamit dulu, ya. Nanti malam mesti terbang ke Semarang nemenin Opa.”

“Eh Dara, Opa ente punya jet berapa biji?”

“Dua, Be. Kenapa?”

“Babe mau beli juga. Bini minta diajak jalan-jalan naik pesawat.”

“Lha emang belom pernah?”

“Belom, Babe takut naik pesawat.”

Dara mengernyit. “Bedanya kalo naik jet?”

“Ya kalau ane takut bisa disuruh balik gitu, landing.”

“Ooo, enel uga, ya.” Dara mulai malas menanggapi percakapan unfaedah.

“Eh, pas kapan tu ane ketemu Si Aspal, sekarang lebih bener kelakuannya, ye. Abis skandal sama sekretaris kebongkar. Malu kali dia. Gile juga Opa lu cuma bentar viralnya langsung, pes, ilang.”

“Udah sana balik, mendung. Keburu ujan.”

“Dara naik mobil,” balas Dara dengan nada jahil.

“Iye ngerti, lu bocah gangguin orang tua. Gue kawinin juga nih.”

“Tak uk uk,” balas Dara sambil terkekeh geli. Setelah berpamitan, Dara segera menaiki mobilnya dan berangkat bersama empat pengawalnya.

Tanpa mereka sadari, seorang pria telah sedari tadi mengintai pergerakan mereka.

Karena perjalanan menuju kantor masih cukup lama, Dara mengerjakan beberapa surat dan memeriksa budget yang disampaikan beberapa divisi sebelum mendapat approval Darius.

Di persimpangan, sebuah mobil melaju dengan kencang dan menabrak mobil yang ditumpangi Dara hingga terguling ke persawahan di samping jalan.

“Innalillaahi …” Dara berteriak.

Mobil pengawal di belakangnya juga mendapat serangan yang sama.

Bang Amir langsung mengambil posisi melindungi Dara sementara pengemudi bersiap mengeluarkan senjata.

Terdengar bunyi kaca dipecah.

“Bang! Bang Amir!” Pekik Dara ketika merasa tubuhnya ditarik ke luar.

Amir langsung memegang tangan Dara. Beberapa orang mengerumuni dia mobil tersebut. Amir berusaha keras terus menahan Dara sampai sebuah letusan menghentikan usahanya.

“Bang Amiiiir! Baaang!” Dara menatap ngeri ketika kemeja Bang Amir bersimbah darah.

Dara hendak melawan ketika mulut dan hidungnya dibekap dengan sapu tangan berbau menyengat. Tak sampai lima detik ia sudah terkulai.

Beberapa letusan terdengar.

Para penyerang berhenti setelah melihat Dara dilumpuhkan dan berhasil dimasukkan ke dalam kendaraan mereka.

Dara dalam kondisi sadar dan tidak. Ia merasa seseorang mengikat tangan dan kakinya. Kelopak matanya terasa berat, namun ia berusaha melawan.

Kepalanya menoleh ke sana kemari berusaha mengenali wajah atau apapun.

“Sssh, bobok aja. Nanti kalau sudah sampai dibangunin,” ucap seorang pria dengan luka di pipi kirinya. Dara merasa pria itu menyuntikkan sesuatu.

“Ja .ng ..an..”

Fero/Alamsyah kemudian merebahkan kepala dara kepangkuannya.

Agak jauh dari lokasi kejadian, Babe dan rombongannya mendengar beberapa kali bunyi letusan.

“Be, bunyi tembakan?”

“Iye … masak ada yang main petasan siang bolong gini di tengah sawah. Buruan liat.”

Ditemani sekelompok pemuka daerah dan pemuda-pemuda setempat mereka melajukan kendaraan mereka. Babe memerintahkan beberapa pemuda yang mengendarai motor untuk segera memeriksa.

Tak berapa lama mereka kembali.

“Be, gawat, mobil Non Dara diserang. Pengawalnya pada meninggal hanya satu yang selamat.”

“Non Dara?”

“Nggak ada Be!”

“Cepet kabarin orang kita yang ada di ujung-ujung jalan keluar daerah kita buat stop semua kendaraan yang penyok. Langsung digeledah aja. Suruh bersiap, ini perang!”

“Siap, Be!”

Pemuda yang diperintahkan langsung berkoordinasi dengan satuan pengamanan lingkungan. Tak berapa lama terdengar bunyi kentongan dan bedug bersahut-sahutan.

Babe dan rombongannya terbagi dua. Sebagian menolong pengawal dan sisanya mencari Dara.

Tiba di lokasi, Babe mendekati pengawal yang selalu berada di samping Dara. Wajahnya pucat, Dara mengalir dari dadanya.

“Bang!”

“Be, se-la-mat-kan, Nona Da-ra.” Lalu Bang Amir terkulai tak sadarkan diri.

“Masih hidup, tapi kehilangan banyak darah. Ateng, bawa Bang Amir ke rumah sakit. Gue kejar Non Dara.”

“Siap, Bang!” Jawab pemuda bernama Ateng

Bunyi kentongan dan bedug terus bertalu-talu membuat Fero dan anak buahnya waspada dan bersiap dengan senjata mereka.

“Bos, ada blokiran.”

“Tabrak!”

“Bos?”

“Lu mau mati?”

“Siap!”

Di depan mereka bukan hanya pemuda kampung yang menghadang, namun juga barisan emak-emak yang siap dengan panci besar mereka. Sebagian lagi memegang pentungan.

“Lepasin Nona Dara!” Teriak pemimpinnya.

Tanpa mengindahkan, kendaraan Fero melaju kencang hingga membuat barikade warga menyingkir.

“Kejar! Kasih tahu pos depan!”

Sepanjang jalan, mobil mereka dilempari dengan batu dan benda-benda keras lainnya. Tidak main-main warga mematuhi perintah Babe.

Dua mobil yang menculik Dara berhenti ketika melihat beberapa pemuda bersarung membawa obor menyala.

“Kami cuma mau Nona Dara! Lepaskan lalu kalian boleh pergi!”

Alamsyah melihat keadaan semakin tidak kondusif. Ibu-ibu dengan gagah berani merangsek, memukul mobil dengan sapu, panci, palu. Mereka mendengar bahwa ada seorang wanita yang diculik dan hendak diperkosa. Itu sebabnya semua yang ada di rumah langsung turun ke jalan untuk menyelamatkan,

“Bos!”

“Brengsek!” Alamsyah menatap wajah Dara yang masih terpejam. Ia bimbang, tugasnya adalah membawa Dara hidup-hidup ke pemberi perintah.

Setelah tidak melihat jalan keluar untuk membawa Dara, akhirnya Alamsyah menggeser duduknya, menegakkan Dara lalu dengan cepat membuka pintu dan mendorong wanita yang tak sadarkan diri itu.

Begitu melihat Dara terguling, warga lengah sehingga terbuka celah. Dua mobil itu langsung melesat kencang.

Serombongan ibu-ibu dibantu beberapa pemuda langsung menolong Dara. Mereka membopongnya ke rumah salah satu penduduk.

Dari kendaraannya Babe menelepon Askara.

“Pak Aspal, cepet ke lokasi, Dara diculik tapi udah diselamatkan sama orang-orang saya. Cepat ke sini. Saya takut telepon Pak Darius. Takut dia serangsn jantung.”

Askara yang sedang dalam perjalanan dari airport langsung memerintahkan drivernya untuk menuju ke kawasan Babe.

“Dara, siapa sih yang mau mencelakai kamu?”

***

1
Siti Arbainah
kadang yg terlihat baik blum tentu baik dan yg terlihat jahat blum tentu jahat
Siti Arbainah: iya.. mkanya kita gak bisa nilai orang cma dr covernya aja bahkan yg dekat aja bisa lbih jahat 😆
freya alana: Betul banget. Kadang yang santun justru punya niat busuk. 😍😍😍
total 2 replies
Siti Arbainah
curiga sama Adrian sih dalangnya kecelakaan itu
freya alana: Hmmm lanjut kaaak 😍😍😍
total 1 replies
shanairatih
ceritanya keren bgt 👍👍👍👍👍💕💕💕
lapak nasi khansa
👍👍👍👍
freya alana: Makasi dah mampir ya. Sila tengo juga novelku yang lain 💖💖
total 1 replies
Nana
kasian Dara 😭😭😭
freya alana: Lanjyuuut kak ☺️
total 1 replies
Nana
couple somplak 🤣🤣🤣
freya alana: 🤭🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
Nana
😭😭😭 gemes bgt sama Dara dari awal bikin ngakak
freya alana: Xixixixi … iya kak 😍
total 1 replies
Nana
udah ada yg punya, patah hati deh Dara gue
freya alana: Hihihi lanjut dulu kaak 😍😍😍
total 1 replies
G
yah tamat
Bundanya Pandu Pharamadina
endingnya
👍👍👍👍
❤❤❤❤
semoga mbak Authornya sehat selalu, sukses dan berkah, makasih mbak Author
freya alana: Makasi kak, maa syaa Allah … met menjalankan ibadah Ramadhan ya kak … 🌹🌹🌹🌹
total 1 replies
Bundanya Pandu Pharamadina
Dara Askara
❤❤❤❤
freya alana: Sejodoh 😍
total 1 replies
Bundanya Pandu Pharamadina
iih mbak Author bikin senam jantung terus, semoga Dara selamat dan bisa membongkar kedok Anwar.
freya alana: Hehehehe 💓
total 1 replies
Bundanya Pandu Pharamadina
hantunya berwujud manusia yah mbak Author🤔
freya alana: Iyaaaah…
total 1 replies
Bundanya Pandu Pharamadina
mampir marathon👍❤
freya alana: Maa syaa Allah… makasi kakaaak 🌹🌹🌹
total 1 replies
Mak mak doyan novel
karya yg keren.
freya alana: Maa syaa Allah, tabarakallah … makasi kakak 💕💕💕
total 1 replies
Mak mak doyan novel
akhirnya selesai juga... ending yang sesuai harapan...happly ever after..
karyamu keren thor. good job
freya alana: Makasi kakak, makasi udah mampir dan kasih komen….. aku pada muh 💕💕💕💕
total 1 replies
Aisyah farhana
seriusan ini Dara mau 12 anak good job lanjutkan seruuu sekali banyak krucil deketan pula lahirnya, pak Adrian ternyata anda juga menyimpan rahasia tapi termaafkan dehh demi Dara sama Askara n anak" juga. karya yg hebat luar biasa kak ditunggu karya selanjutnya makasih sudah buat cerita yg luar biasa enak buat dibaca lanjuuuttt
freya alana: Kak… makasi ya sudah baca novel aku …. semoga selalu sehat dan bahagia…. Aamiin 😘😘😘
total 1 replies
🟡𓆉︎ᵐᵈˡ 𝐀⃝🥀sthe⏤͟͟͞R🔰¢ᖱ'D⃤
wah Dara keluarganya rameee bangeeettt
makasih yah kak
karyanya bagus
semoga nanti Makin banyak yang baca,Makin banyak yang suka
sukses selalu ❤️
freya alana: Makasi ya Kak, udah baca novel aku …. Seneng deh. Semoga selalu bahagia n sehar ya Kak … 😘😘😘
total 1 replies
Arie
👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍
freya alana: Makasi ya Kakak ….
total 1 replies
Aisyah farhana
waaahhhh selamat Dara Anantara n Gadis happy banget samaan lahirannya baby boy pula yeyyyy
freya alana: Hihhi iyaaah. Lanjuuut kaaaak 😍😍😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!