Bahagia Setelah Bercerai

"Baron, Singkirkan laki-laki yang bernama Dirga, sepertinya dia sedang mencari tahu, siapa Alana sebenarnya," perintah Ethan.

"Baik tuan, mau kita apakan dia?" tanya Baron, sosok asisten yang selama ini menjadi tangan kanan Ethan.

"Jauhkan saja dia dari Alana, jangan sampai mereka bertemu dikebetulan manapun," kata Ethan.

"Mau dibunuh saja, supaya simple?" tanya Baron.

"Kau ini, dia tidak bersalah dengan kita, hanya saja dia menganggu ketenangan Alana," ucap Ethan bijak.

"Baiklah, akan lakukan, keinginan anda," jawab Baron.

"Jangan lupa, perketat keamanan disekitar rumah Alana," perintah Ethan.

"Aman, hampir disetiap sudut rumah nona Alana, ada pengawal bayangan," jawab Baron.

"Saya percaya dengan kinerja kerja kau, Baron," kata Ethan.

"Terima kasih tuan, saya akan selalu melakukan yang terbaik," jawab Baron.

Setelah membicarakan itu, Ethan langsung meninggalkan pertemuan dengan Baron, karena Ethan akan menemui Alana.

"Semoga anda berhasil, karena mengingat, selama ini anda tidak mau dekat dengan seorang wanita," ucap Baron tersenyum, melihat kepergian majikannya.

Setelah bertemu dengan Baron, Ethan lega karena sudah memastikan keadaan Alana saat dia tidak berada di dekat Alana.

"Di dalam kartu identitas, dan semua dokumen Alana, dia seorang masih sendiri, tapi saya juga harus mencari tahu lebih dalam," gumam Ethan.

Ethan tidak mau melibatkan Baron atau anak buah lainnya, tentang mencari tahu kehidupan Alana.

Alana sengaja menyembunyikan status yang sebenarnya apa, karena menurut Alana, itu tidaklah penting.

Ditengah-tengah perjalanan, Ethan memberhentikan mobilnya, karena tidak sengaja melihat Alana sedang merenung sendiri.

Ethan bergegas turun dari mobil, akan menemui Alana.

"Sedang apa? Duduk sendiri disini?" tanya Ethan.

"Ethan, kau sangat mengagetkan aku," ujar Alana.

"Maaf, saya tidak bermaksud," jawab Ethan.

"Ya, tapi untuk apa kamu kesini, bukannya kamu sedang ada perjalanan bisnis ke London?" tanya Alana.

"Sudah beres, saya baru saja pulang," jawab Ethan.

Sebulan terakhir ini, hubungan Alana dengan Ethan sangat baik, meskipun mereka hanya sebatas teman, tidak lebih.

"Katanya seminggu, tapi ini belum seminggu sudah pulang," ujar Alana.

"Namanya juga pekerjaan, selesainya tidak menentu," jawab Ethan.

Alana hanya mengangguk, karena dia juga tidak mau banyak tanya.

"Lalu, kamu ngapain disini?" tanya Ethan,

"Mana sedirian, bagaimana kalo ada orang yang jahatin kamu."

"Aku baru saja pulang bekerja, jadi aku menyempatkan merenung dulu disini," jawab Alana tersenyum.

"Bohong, kamu habis nangis? Kelihatan dari matanya sembab," kata Ethan menebak.

"Tidak, aku cuman mengantuk saja," bohong Alana.

"Kamu tidak bisa berbohong dengan saya," kata Ethan.

"Ya, aku memang habis menangis, puas!" kesal Alana.

"Menangis kenapa, ada yang jahatin kamu?" tanya Ethan.

"Tidak ada, aku cuman nangis karena reflek aja pengen nangis," jawab Alana.

"Kenapa tidak bisa jujur dengan saya, kita bukan orang asing lagi," ucap Ethan kesal.

"Dekat, bukan berarti harus membicarakan semuanya, aku juga mempunyai privasi," jawab Alana.

Ethan menghela napas panjang, dia selalu dibuat emosi dengan sikap Alana, yang tidak pernah memikirkan keberadaannya, tetapi Ethan tidak pernah ada kepikiran untuk menyerah.

"Aneh," cetus Alana.

"Aneh apa?" tanya Ethan penasaran.

"Kamu selalu tahu, aku berada dimana," ujar Alana bingung.

"Karena semesta merestui kita bersama, makanya kita selalu bertemu dimana saja," jawab Ethan tersenyum,

"Tidak mungkin, setiap kita bertemu, tidak ada alasannya.."

"Ah aku bingung," kata Alana,

"Aku mau pulang."

"Ayok kita pulang," ajak Ethan.

"Saya bisa pulang sendiri, saya membawa sepeda," jawab Alana.

"Sepedanya taruh saja disini, nanti akan ada bodyguardku yang mengambil," kata Ethan.

"Tidak mau, aku mau pulang sendiri," jawab Alana.

"Jangan membantah, kamu tahukan bagaimana saya," kata Ethan, menatap tajam.

"Baiklah, ayok kita pulang," jawab Alana kesal.

Karena Alana tidak mau banyak drama, jadi ia memutuskan untuk mengikuti keinginan Ethan.

"Ayok masuk." Ethan membuka kan pintu mobilnya.

Alana langsung masuk, sedangkan Ethan, memberi kode kepada anak buahnya, agar membawa sepeda Alana.

"Kamu kenapa? Terlihat lemas?" tanya Ethan.

"Aku tidak enak badan," jawab Alana.

"Kenapa tidak bilang dari tadi, ayok kita ke RS," kata Ethan.

"Tidak perlu, besok juga akan sembuh," ujar Alana.

"Jangan menyepelekan penyakit, kalo di diamkan akan semakin parah," kata Ethan.

"Untuk kali ini, tolong jangan egois, aku tidak mau di bawa ke RS," kekeh Alana.

"Baiklah, saya tidak akan membawa kamu ke RS," pasrah Ethan.

Tak banyak yang Alana katakan, karena tubuhnya terasa panas, mungkin, karena efek terlalu capek.

Melihat Alana yang mengigil, Ethan tidak tega, dia langsung membuka jasnya, lalu menyelimuti Alana dengan jas itu.

"Jangan membuat saya terlalu khawatir," ucap Ethan, mengelus rambut Alana.

Ethan bergegas melajukan mobilnya, dia kasihan melihat Alana yang sudah mengigil.

Setelah sampai, Ethan langsung menggendong Alana, keluar dari mobilnya, lalu dia membawa Alana ke kamarnya.

"Hei, apa kamu baik-baik saja? Seluruh tubuhmu sangat panas," ucap Ethan.

Melihat Alana yang kondisinya semakin parah, Ethan langsung menghubungi Baron.

[Baron, suruh dokter keluarga saya kerumah Alana, dia sedang sakit] ucap Ethan.

[Baik tuan, sebentar lagi saya akan membawa dokter kesana] jawab Baron.

Ethan menutup ponselnya, lalu dia melihat lagi kondisi Alana.

Ethan benar-benar sangat mencemaskan Alana, dia takut akan terjadi sesuatu yang buruk dengan kondisi Alana.

Tidak menunggu lama, akhirnya Baron membawa dokter kerumah Alana dengan sigap.

"Dokter, tolong periksa kekasih saya, sedari tadi, dia mengalami mengigil," kata Ethan.

"Baik tuan, saya akan meriksa nona," jawab sang dokter.

Dokter langsung meriksa keadaan Alana, dengan sangat hati-hati, karena kalo saja melakukan kesalahan sedikitpun, dia akan kehilangan segalanya.

"Nona tidak apa-apa, ia hanya demam biasa karena kecapean," kata dokter.

"Apa perlu dibawa ke RS?" tanya Ethan.

"Tidak perlu, karena kondisi nona akan baik-baik saja setelah esok hari," jawab dokter.

Mendengar itu, Ethan bernapas lega.

"Ini obat untuk nona, usahakan harus diminum nanti malam, ya," kata sang dokter.

"Baik dok," jawab Ethan.

"Kalo gitu, saya permisi," ucap dokter.

"Tunggu.."

"Ya tuan, ada perlu lain?" tanya dokter.

"Jangan sampai mulutmu robek, karena memberitahu publik, tentang saya," ancam Ethan.

"Saya akan menjaga rahasia ini, tuan tenang saja," jawab sang dokter ketakutan.

"Baiklah, saya percaya," ujar Ethan.

Baron dengan dokter, langsung kembali berpamitan, karena tugasnya sudah selesai.

Hanya tinggal Ethan dengan Alana dirumah itu, Ethan siaga menjaga Alana yang sedang sakit.

Ethan terus menatap Alana, dengan tatapan penuh cinta.

"Sebenarnya, kenapa kamu bisa membuat saya gila, sebelumnya saya tidak pernah merasakan ini semua," ucap Ethan mengelus rambut Alana.

Ethan berniat akan menjaga Alana, sampai Alana sembuh.

"Cepatlah sembuh, saya rindu dengan suaramu," ucap Ethan tersenyum.

***