Seno adalah seorang anak petani yang berkuliah di Kota. Ketika sudah di semester akhir, ia menerima kabar buruk. Kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan bus.
Sebagai satu-satunya laki-laki di keluarganya, Seno lebih memilih menghentikan pendidikannya untuk mencari nafkah. Ia masih memiliki dua orang adik yang bersekolah dan membutuhkan biaya banyak.
Karena dirinya tidak memiliki ijasah, Seno tidak akan bisa mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi. Mengandalkan ijasah SMA-nya pun tidak jauh berbeda. Maka dari itu, Seno lebih memilih mengelola lahan yang ditinggalkan mendiang kedua orang tuanya.
Ketika Seno mulai menggarap ladang mereka, sebuah kejutan menantinya.
----
“Apa ini satu buah wortel dihargai tujuh puluh ribu.” Ucap seorang warganet.
“Mahal sekali, melon saja harga lima puluh ribu per gramnya. Ini bukan niat jualan namanya tapi merampok.” Ucap warganet yang lainnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dyoka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PH 8 Wortel Enam Belas Juta Rupiah (revisi)
Pengerusakan kebunnya oleh Joko membuat Seno sadar bahwa kebun yang ada di belakang rumahnya bisa saja mengalami hal yang sama. Joko sekarang belum merusaknya karena kebun itu dekat dengan rumahnya.
Jadi akan terlalu beresiko jika Joko merusaknya juga. Bisa saja Seno mendengar keributan yang ada di sana dan menangkap basah orang-orang yang merusak kebunnya itu.
“Sistem, apakah Kamu memiliki solusi untuk hal ini? Maksudku agar tidak ada orang lain yang masuk ke dalam kebunku dan merusaknya?” Tanya Seno.
[Pada toko sistem memang ada sesuatu yang bisa membantu keadaan Host sekarang]
[Tetapi level kebun milik Host terlalu rendah untuk bisa membeli barang tersebut]
Seno sedikit kecewa karena mendapatkan respon seperti itu dari sistem. Ia kira sistem langsung bisa memberikannya solusi sekarang.
“Jika seperti ini, aku memang harus membangun tembok untuk mengelilingi kebunku. Untung saja aku belum mengembalikan uang pemberian Ferdi. Jika begini, maka aku akan menggunakan uang itu terlebih dahulu.”
Seno langsung menghubungi salah satu kontraktor yang ia kenal. Ia ingin orang itu membantunya membangun pagar yang mengelilingi kebunnya. Pagar itu nantinya akan melindungi sayuran Seno dari orang yang ingin merusaknya.
….
“Pak Ramzi.” Sapa Seno kepada seseorang yang barus turun dari mobil bak terbuka.
“Hai Sen. Jadi, di mana pagar yang mau dibangun?” Tanya Ramzi tanpa basa basi.
“Kebun belakang Pak. Panjang pagar yang aku mau adalah seratus dua puluh meter persegi, lalu tingginya tiga meter. Berapa lama waktu yang Pak Ramzi butuhkan untuk menyelesaikan hal itu.” Jawab Seno.
“Eh tinggi sekali. Aku tidak menyangka Kamu meminta dibangunkan pagar setinggi itu. Kalo mau cepat, kita bisa pake pagar precast saja. Itu hanya tinggal memasang tiangnya dan mesukkan beton yang sudah di cetak. Paling cept aku butuh lima hari. Paling lambat seminggu baru selesai.” Jelas Ramzi.
“Lalu, biayanya berapa?” Tanya Seno. Ia hanya punya seratus juta dari Ferdi untuk membangun pagar itu. Jika lebih dari itu, Seno pasti akan bingung memikirkan ke mana mencari tambahan uangnya. Meski ia sendiri memiliki tabungan, tetapi itu tidak seberapa.
“Delapan puluh lima juta hingga sembilan puluh juta.”
Mendengar hal itu, Seno terdiam. Itu memang sesuai dengan dana yang sudah ia persiapkan. “Jika aku menambah lima juta lagi, jadi aku akan membayar Pak Seno sembilan puluh lima juta. Dengan uang segitu, bisakah Pak Seno menyelesaikannya dalam tiga hari?”
Mendengar hal itu, mata Ramzi berbinar. Ia tidak menyangka dirinya akan mendapatkan tambahan sebanyak itu jika bisa menyelesaikan pekerjaan ini dalam waktu cepat. Dengan uang itu, Ramzi bisa menambah enam pekerja lagi agar pekerjaan ini cepat selesai. Meski begitu sisanya cukup banyak.
“Tentu-tentu. Semua bisa dilakukan dalam tiga hari. Aku akan meminta anak buahku datang kemari sekarang juga.”
Setelah berucap demikian, Ramzi membuat sebuah panggilan. Ia memberikan beberapa perintah kepada orang yang ada di ujung telepon.
*****
Antara petak sayurnya paling pinggir dan batas kebunnya masih ada sisa lahan dua meter di sekelilingnya. Jadi, pengerjaan pembangunan pagar kebunnya tidak terlalu mengganggu sayuran yang ada di kebun tersebut Seno. Seno masih bisa merawat sayurnya seperti biasanya.
Sekarang ini saja Seno melakukan panen kedua sayuran di kebunnya. Laki-laki itu tidak bisa langsung menyimpan sayuran yang ia panen ke dalam penyimpanan sistem miliknya.
[Kentang mengenyangkan]
[Ditanam dengan penuh cinta oleh seorang petani muda]
[Sedikit saja bisa membuatmu kenyang]
[EXP +8]
[Poin tanam +400]
“Jadi kentang ini bisa memberikan manfaat mengenyangkan? Memangnya seberapa rasa kenyang yang aku rasakan jika memakan kentang ini?”
Rincian yang ia lihat itu membuat Seno penasaran ingin mencoba. Sebelum ini, Seno belum mencoba rasa dari wortel khusus yang tumbuh dari benih pemeberian sistem. Sekarang, Seno pensaran ingin mencoba rasa dari wortel dan juga kentang yang ia panen ini.
Lalu, Seno ingin tahu juga apa yang akan terjadi pada matanya jika ia, yang memiliki mata normal, mengkonsumsi wortel tersebut. Sekarang ini Seno memiliki seratus delapan puluh wortel, jadi tidak masalah jika dirinya mengkonsumsi beberapa dari wortel tersebut.
Seno bergegas dalam memanen sayuran miliknya. Ia tidak sabar untuk merasakan kedua sayuran itu. Seno juga perlu menghubungi Miranda setelah ini. Perempuan itu sudah berpesan agar Seno memberitahunya jika ada wortel khusus lagi.
…
Seno memasak satu buah kentang dan satu buah wortel untuk ia jadikan sup. Ia menambahkan ayam untuk mempersedap masakannya itu. Setelah supnya matang, Seno langsung menyantap masakanya itu.
Masakan Seno memang tidak lezat seperti masakan seorang juru masak. Tetapi masakan Seno juga tidak seburuk itu. Masakan Seno hanya berada pada tahap pantas untuk dimakan. Meski begitu, penggunaan wortel dan kentang dari kebun milinya yang dipadukan dengan ayam membuat sup ini sangat lezat.
“Kaldunya saja seenak ini. Pasti rasa sayurnya juga enak.” Gumam Seno setelah mencicipi masakannya.
Yang pertama kali Seno coba adalah wortel. Seperti kata Miranda, wortel ini benar-benar manis. Tingkat kemanisannya mirip seperti jagung manis. Cukup pas untuk sayuran.
“Jika begini, pikiran konyol tiba-tiba saja muncul di benakku. Lebih enak mana jagung manis bakar atau wortel bakar.” Gumam Seno.
Setelah cukup puas dengan rasa wortel tersebut, Seno beralih ke kentang yang ada di supnya. Seno memotong dadu kentang tersebut dengan ruas lebih kurang satu setengah sentimeter. Dengan begitu, Seno bisa mengunyah kentang tersebut dengan mudah.
“Eh, kenapa aku sekarang sudah sangat kenyang?”
Seno ingat tadi dirinya baru memakan empat dadu kentang. Tetapi yang ia rasakan sekarang seperti sudah memakan dua pirings nasi. Sangat kenyang.
“Sialan. Kentang ini benar-benar membuatku kenyang.” Umpat Seno sembari menatap sisa sup miliknya.
Sup itu masih menggoda untuk dihabiskan. Tetapi, rasa kenyang diperutnya membuat Seno tidak bisa melakukannya. Melihatnya saja ia ingin muntah karena kekeyangan.
“Sistem kenapa Kamu tidak bilang efeknya seperti ini?” Protes Seno kepada sistem.
[Sistem sebelumnya sudah mengatakan bahwa Host perlu mencari tahu sendiri mengenai manfaat dari benih khusus yang sistem berikan]
[Jadi Host tidak bisa menyalahkan sistem mengenai hal ini]
“Sial sekali aku.” Umpat Seno sekali lagi. “Ayam yang ada di supku belum aku sentuh sama sekali, dan sekarang aku tidak bisa lagi melanjutkan makan sup ini.”
Jika Seno tahu bahwa kentang yang ia panen bisa membuat kenyang seperti sekarang ini, maka ia tidak akan memasak kentang itu menjadi sup. Jika seperti ini, Seno tidak bisa menikmati sup ayam yang membutuhkan waktu lama untuk membuatnya.
Kejadian ini memberikan pelajaran yang sangat berharga untuk Seno. Ia harus mempercayai rincian yang ia dapatkan dari sistem. Jika tidak Seno akan mengalami pederitaan seperti ini ketika mencoba sayuran yang ia panen.
“Jika begini, aku akan menyimpannya untuk aku makan nanti sore saja.” Gumam Seno.
“Sistem, sekarang buka panel milikku. Aku ingin mengeceknya.”
Tadi setelah panen Seno belum sempat mengecek poin tanam dan EXP yang ia peroleh. Saat itu ia tidak sabar mencicipi rasa wortel dan kentangnya sehingga tidak mengecek panel sistem miliknya.
“Panel Sistem”
[Luas lahan : 800m2]
[Level kebun : 1 (500/500)]
[Poin tanam yang dibutuhkan untuk naik level : 1.000.000]
[Poin tanam : 316.000]
[Penyimpanan Sistem : 10 slot (7/10)]
[Misi : - ]
[Toko sistem :
- Bukan Pupuk Biasa : 100 poin tanam
- Wortel dengan penuh Vitamin A : 50 poin tanam]
“Jadi aku butuh satu juta poin untuk bisa naik level. Kemungkinan dua kali panen lagi aku baru memiliki poin tanam untuk menaikkan level dari kebunku. Jika sudah naik level, berarti bibit kentang akan muncul di toko sistem.”
“Dengan poin tanam yang aku miliki sekarang, aku bisa menanam lebih dari dua ribu wortel khusus. Jika semua itu laku dengan harga lima puluh ribu saja per buahnya, aku bisa mendapatkan uang lebih dari seratus juta.”
“Wow itu jumlah yang besar. Aku bisa mendapatkan semua itu dalam tiga hari saja.”
Seno tahu itu hanyalah perhitungan kasar miliknya. Faktanya selain Miranda, Seno tidak memiliki pelanggan lain yang mau membeli wortel khususnya itu dengan harga mahal. Jadi, itu hanya angan-anggannya saja mendapatkan uang puluhan juta seperti itu.
“Terjual semua atau tidak itu urusan nanti. Sekarang, aku harus menghubungi Miranda. Mungkin ia akan mengambil banyak wortel yang sudah selsai aku panen ini.”
Seno langsung mengambil ponselnya dan menghubungi Miranda. Pada deringan kedua panggilannya tersambung dengan Miranda.
“Hallo Mas Seno, ada apa ya?”
“Hallo Mir, sekarang wortel khusus yang Kamu minta kemaren sudah ada. Pemasok benihnya memberikanku wortel yang sudah selesai dipanen. Apakah Kamu jadi mengambilnya?” Tanya Seno.
Ini adalah alasan yang Seno persiapkan. Tidak mungkin dia mengatakan bahwa wortel itu hasil panen dari kebunnya. Hal itu untuk menghindari orang lain curiga kenapa Seno cukup cepat dalam memanen sayuran.
“Benarkah? Baiklah aku akan membelinya. Memangnya, sekarang berapa banyak wortel khusus yang Mas Seno punya?”
“Dua ratus tiga puluh wortel. Kamu ingin berapa? Nanti aku akan mengantarkannya ke rumahmu. Sekalian aku akan ke kota untuk keperluan yang lainnya.” Jawab Seno.
Seno ingin menyisahkan sebagian dari wortel tersebut untuk konsumsi pribadi. Ia juga berencana mengirim beberapa kepada kedua adiknya.
Tidak hanya itu, Seno juga ingin menjual beberapa wortel itu ke orang lain. Jika Miranda mau membelinya dengan harga tujuh puluh ribu per buahnya, kemungkinan ada orang lain yang mau membelinya dengan harga lebih.
“Baiklah aku akan mengambil semua itu. Aku akan mentransfer uangnya ke rekening Mas Seno. Mas Seno bisa mengirimnya langsung ke rumah. Aku akan memberitahu orang rumah mengenai hal itu.” ucap Miranda.
Tidak lama kemudian, Seno mendapatkan pesan singkat dari Bank tempatnya membuka rekening.
[Nasabah yang terhormat! Dana sebesar Rp 16.100.000,- telah masuk ke rekening Anda]
Seno tersenyum lebar setelah membaca pesan singkat tersebut. Dengan uang ini, meskipun sayurannya yang lain belum laku, Seno masih memiliki uang untuk menghidupi dirinya dan kedua adiknya selama dua bulan kedepan.