Digo Melviano, seorang CEO tampan yang merasakan pertentangan dihidupnya.
Disatu sisi ia memiliki istri yang nyaris sempurna. Namun itu saja tidak cukup, orang tua Digo selalu mendesak mereka agar cepat memiliki momongan sebagai penerus tahta keluarga Melviano. Namun Kiara, istri Digo nampaknya acuh terhadap keinginan itu.
Hingga datanglah seorang wanita cantik dihidup Digo, yang membuat pria itu merasa tertarik padanya.
Digo meminta Renata Anastasya untuk menjadi istri keduanya, dan memiliki keturunan dari rahimnya.
Renata adalah artis sebuah majalah dewasa yang saat itu tengah menjalani kerja sama dengan perusahaan Melviano group.
Renata memiliki pemikiran yang cukup terbuka, hingga membuatnya berani mengambil keputusan untuk menjadi istri kedua Digo.
.. Happy Reading ✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadia_Ava02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 Jalur Yang Salah
Kini Renata dan Digo ada didalam mobil. Mereka mulai menuju ke kediaman kedua orang tua Digo.
"Mas, apa Kinara sudah sampai?" tanya Renata.
"Aku tidak tau sayang, dia bilang akan berangkat sendiri ke sana karena masih ada pekerjaan tadi." terang Digo.
"Istrimu sungguh sangat sibuk rupanya." ujar Renata.
"Ya, dan itulah yang membuatku menjadi jengah. Dia sudah tidak lagi memperdulikan ku. Bahkan untuk datang ke acara seperti ini pun, kita harus datang masing-masing." keluh Digo sambil terus fokus menyetir.
"Tapi dibalik semua itu, istrimu adalah sosok yang mandiri mas, dia hebat bisa menggapai semua mimpinya." ujar Renata lagi.
"Tapi jika aku boleh memilih, aku ingin wanita yang seperti kamu saja. Tidak perlu mandiri, justru terlihat lebih manja, aku lebih suka." ujar Digo jujur.
"Benarkah?" tanya Renata. Wanita itu mengendus. "Andai saja kita dipertemukan lebih awal, pasti aku tidak akan berada di jalur yang salah saat ini." lanjutnya dengan suara lemah.
Digo menatap wajah masam Renata sejenak, lalu meraih tangannya dan menggenggamnya. Seolah mengisyaratkan jika tidak ada yang perlu disesali dalam hubungan mereka saat ini.
"Tidak ada yang salah sayang.. Aku yang memilihmu, aku yang menginginkanmu, aku yang memintaku masuk ke dalam hidupku dan Kinara. Jadi jika ada yang harus bersalah, itu adalah aku." ucap Digo.
Renata tersenyum samar sambil menaruh satu tangannya diatas tangan Digo. Apa mau dikata, semua sudah terjadi, mungkin Tuhan memang memiliki jalannya sendiri untuk mereka.
❣️❣️❣️
Beberapa menit berlalu, kini Kinara telah sampai di depan rumah papa Digo, yang tidak lain adalah mertuanya sendiri.
Wanita itu masih berada di dalam mobil yang terparkir di sebrang jalan. Saat ini ia tengah bersama Hariz, pria itu mengantarkan Kinara ke rumah mertuanya atas permintaan dari Kinara sendiri.
Jujur saja, Kinara sangatlah enggan untuk masuk ke dalam sana. Ia sedang dan bahkan tidak pernah ingin mendengar pertanyaan yang terus memojokkannya tentang seorang keturunan.
Itu sungguh sangat menyebalkan!
Hariz menatap wajah masam Kinara yang terus memandangi rumah tersebut dari balik kaca mobil.
"Kita sudah sampai Kinara, apa kamu tidak ingin turun?" tanya Hariz.
"Jika aku boleh memilih, aku sungguh tidak ingin datang." ucapannya.
"Sayangnya itu tidak ada dalam kamus pilihanmu untuk saat ini Kinara. Pergilah, aku akan tetap disini menunggu jika kamu nantinya akan membutuhkanku untuk pergi." ucap Hariz.
Kinara beralih menatap Hariz, wanita itu tersenyum manis menatap pria tampan disampingnya kini. Lelaki yang selalu ada dan membuatnya merasa sangat nyaman.
"Tidak perlu Hariz, setelah ini pulanglah. Aku bukanlah orang yang pantas untuk kamu tunggu. Aku akan baik-baik saja, aku biasa melewatinya." ujar Kinara.
Hariz tidak bisa berucap apa-apa, karena dalam ucapan Kinara seolah mengandung sebuah arti lain untuknya.
Hariz mengangguk kecil. " Baiklah." jawabnya.
"Terimakasih untuk tumpangannya malam ini Hariz, aku akan masuk." ucap Kinara.
"Ya, sama-sama." agak terasa sesak rasanya, karena lagi-lagi takdir harus mengingatkannya jika Kinara bukanlah lagi miliknya.
Kinara mulai turun dari mobil dan memasuki gerbang rumah tersebut.
Didalam sudah tampak ada tamu, yang tidak lain adalah keluarga dari adik papa Digo.
Mama Digo langsung berjalan menyapanya hangat saat melihat Kinara masuk ke dalam rumah tersebut.
"Kinara, kamu sudah datang sayang." ucap Jihan, mama Digo.
Mereka berdua langsung bertukar cium hangat di pipi kanan dan kiri.
"Mama sehat?" tanya Kinara sambil tersenyum menatap mama Jihan.
"Ya, seperti yang kamu lihat. Mama sangat sehat." jawabnya.
Tubuh mama Jihan langsung berbalik ke belakang, bola matanya seolah tengah mencari keberadaan seorang. Tatapannya berhenti pada seorang lelaki paruh baya yang tengah duduk bersama keluarga dari adik kandungnya disofa panjang.
"Pa, papa.. Ini Kinara sudah datang. Menantu kita sudah datang." ucap Jihan sedikit berteriak.
Semua orang yang duduk bersama papa Daniel langsung beralih menatap kinara. Papa Daniel juga langsung berdiri dari tempat duduknya ketika melihat menantu kesayangannya datang.
"Oh, Kinara.. Kamu sudah datang." ucap papa Daniel sambil berjalan ke arah Kinara dan mama Jihan.
"Selamat ulang tahun pa." ucap Kinara sambil memberikan pelukan hangat.
"Terimakasih sayang." ucap papa Daniel sambil mengelus rambut Kinara lembut.
"Ini hadiah kecil untuk papa, semoga saja papa suka." ucap Kinara sambil menyodorkan sebuah kado untuk papa Daniel.
"Kenapa harus repot-repot sayang, papa tidak perlu semua ini. Ayo kita duduk di sana bersama yang lain." ucap papa Daniel.
Pria itu pun merangkul pundak Kinara untuk bergabung dengan yang lainnya.
"Oh ya sayang, mana Digo? Kenapa dia belum masuk juga? Kamu datang bersamanya bukan?" tanya mama Jihan, memberondong Kinara dengan banyak pertanyaan setelah mereka duduk bersama.
"Tidak ma, hari ini kita sama-sama sedang cukup sibuk. Jadi kita memutuskan untuk datang sendiri-sendiri." ucap Kinara yang memang tidak salah sepenuhnya.
"Benarkah? Kalian sedang tidak bertengkar bukan?" tanya mama Jihan dengan tatapan menuntut.
"Tidak, jika mama tidak percaya, bisa tanyakan pada Digo nanti." ujarnya.
"Kinara, sebelumnya terimakasih atas kado ini. Tapi.. kamu tau? Ini adalah ulang tahun papa yang ke enam puluh lima tahun, papa sudah tua. Digo adalah pewaris tunggal keluarga kita. Bukanya papa tidak menghargai pemberianmu kali ini, tapi untuk kado lelaki seumur papa ini yang papa inginkan hanyalah seorang cucu. Papa ingin kalian segera memberikan seorang bayi lucu untuk pewaris tahta keluarga ini. Papa sangat berharap jika kalian bisa cepat memberikannya." ujar ayah Daniel panjang lebar dengan suara lembut.
"Benar Nara, mama juga sudah tidak sabar ingin menimang cucu dari kalian. Dan, mama rasa kamu tidak perlu melakukan pekerjaan yang terlalu sibuk, karena tubuh yang terlalu lelah itu bisa mempengaruhi faktor kehamilan nantinya. Lagipula mama rasa kemewahan yang diberikan Digo juga sudah cukup untuk kalian. Jadi mama mau kamu tidak perlu bekerja, fokuslah untuk memulai proses kehamilan." sela mama jihan menimpali.
Apa maksud semua ini? Ini bukanlah masalah uang, Kinara hanya merasa ingin mewujudkan mimpinya. Saat semuanya telah tercapai di depan mata, mereka malah ingin menghancurkannya.
Tega!
Kinara hanya bisa terdiam mendengarkan keinginan kedua orang tua Digo. Hatinya sangat marah sebenarnya, mereka terlalu egois untuk Kinara.
"Kinara, aku melihat mu dan Digo disalah satu stasiun televisi kemarin. Sungguh, menantumu ini sangat hebat Daniel." ucap Frans adik kandung Daniel. Ia tampak sangat memuji pada Kinara dengan prestasinya.
Namun tidak demikian dengan Desi, istrinya. Ia menatap sinis pada Kinara seolah tak suka pada sanjungan yang diberikan oleh Frans.
Itu terlalu berlebih-lebihan!
"Hegh! Untuk apa karir yang hebat jika belum bisa memberikan anak. Kamu itu sudah lama menikah Kinara, apa tidak sebaiknya lebih fokus saja untuk hamil." ucap Desi dengan suara yang sangat tidak enak didengar.
"Lihat itu Mauren." ucap Desi menunjuk pada seorang wanita yang tengah berdiri dengan perut besarnya. Mauren adalah anak pertama dari Frans dan Desi.
"Dia yang baru menikah satu tahun saja, sudah mau memiliki dua anak. Sebentar lagi dia juga akan melahirkan." ucapannya bangga.
Kinara menyunggingkan senyum membalasnya. "Satu tahun sudah mau dua anak, bahkan yang ini saja terlihat sudah akan melahirkan. Mungkin aku dan Digo memang menikah lebih dulu dari Mauren. Tapi siapa yang tau jika Mauren lah yang membuatnya lebih dulu." sindir Kinara.
Desi langsung melebarkan tatapannya. "Apa maksudmu! apa kamu mau bilang kalau Mauren itu hamil diluar nikah begitu?" tuntut Desi tidak terima.
"Aku tidak bicara seperti itu. Tapi... Biarkan saja kalian nilai sendiri." jawab Kinara.
"Kurang ajar!" ucap Desi hampir berdiri dari tempat duduknya. Namun Frans langsung mencegahnya.
Itulah yang membuat Kinara malas untuk datang, ia harus meladeni mulut-mulut busuk seperti Desi ini.
"Tenangkan dirimu ma, ini rumah orang." ucap Frans.
"Apa papa tidak dengar tadi, dia menjelekkan anak kita Mauren." ucap Desi tak terima.
"Mama yang mulai duluan. Makannya jangan banyak bicara dan ikut campur urusan orang lain." tegur Frans membuat Desi semakin kesal saja.
"Sudah-sudah.. Kenapa jadi ribut-ribut begini. Kita disini untuk berkumpul dan bersenang-senang. Jangan ada yang membuat masalah." ucap Daniel mencoba menengahi.
"Dan untuk kamu Desi, ini adalah menantuku. Jadi kamu tidak berhak bicara seperti itu lagi padanya." tegur Daniel lalu.
Desi langsung membuang wajahnya, dadanya tampak naik turun menahan emosi yang ingin meledak rasanya.
Tiba-tiba dari arah pintu, datang lah Digo bersama dengan Renata. Wanita itu tampak menggandeng lengan Digo saat memasuki rumah.
"Digo!"