Citra adalah seorang gadis culun yang dijodohkan oleh kakeknya pada pria tampan dan kaya raya.
Dan dia juga sengaja menyembunyikan identitasnya pada semua keluarganya, tidak terkecuali pada suaminya sendiri.
Karena dia ingin melihat, apakah suaminya benar-benar mencintainya atau tidak.
Apakah Citra dan Rifki bisa bersama lagi? setelah Citra mengetahui kalau Rifki dan Syasi sudah punya anak.
Sedangkan Syasi adalah adik tirinya Citra sendiri.
Bagaimana kisahnya? yuk intip terus perjalanan kisah cinta antara Rifki dan Citra di Rahasia Menantu Culun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riski iki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia Menantu Culun Bab 26
Rahasia Menantu Culun Bab 26
"Huh…! akhirnya sampai juga," ujar Syasi kemudian dia turun dari mobil. Sambil berjalan anggun menuju tempat yang akan dituju.
Namun baru saja dia menapakkan kaki di depan pintu dan hendak masuk ke dalam ruangan VIP, tiba-tiba saja teman lamanya langsung menghampiri dan memeluknya dengan sangat erat.
"Syasi… kemana saja kamu selama ini?" tanyanya sambil berjingkrak-jingkrak dengan riang gembira.
Sedangkan Syasi, dia hanya mengulas senyum saat teman lamanya yang bernama Ayu memeluknya dengan sangat erat.
"Ayu... lepaskan pelukanmu dariku, apa kau tidak merasa malu dilihat orang banyak," ujar Syasi.
Ayu tersenyum.
"Kau tenang saja sobat, ditempat seperti ini mana ada orang yang memperhatikan kita, mereka itu hanya sibuk dengan urusan mereka masing-masing," ujar Ayu.
"Baiklah," ucap Syasi
Kemudian dia mengajak Ayu masuk ke dalam ruangan VIP.
Semakin malam, tempat itu semakin ramai di kunjungi oleh orang-orang yang hanya sekedar melepas penat ataupun yang lainnya.
Sedangkan para DJ mulai memutar musik yang di iringi dengan menyalanya lampu kerlap-kerlip, dan para pengunjung wanita pun mulai melenggak-lenggokkan tubuh mereka seiring dengan musik yang
dimainkan oleh DJ.
*****
Setelah kepergian Rifki.
Citra duduk lemas di atas tempat tidur sambil menangis dengan sesenggukan.
Dia merasa seolah hidupnya dipermainkan oleh takdir. Ya, bagaimana tidak, semenjak dia memutuskan ingin bercerai dengan suaminya Rifki, kini malah laki-laki itu selalu mengejar-ngejarnya kemanapun ia pergi.
"Aku tidak boleh lemah, aku harus kuat. Dan aku akan kembali ke kota J, dan akan menghadapi semua masalahku di sana," ujar Citra pada dirinya sendiri.
Kemudian dia berdiri dari tempat tidur, lalu mengemas semua barang-barang miliknya ke dalam koper.
"Non Citra mau kemana?" tanya bi Ninik saat melihat Citra keluar dari dalam kamar sambil mendorong koper di tangan.
Citra mendekat ke arah pelayannya, Lalu dia mengatakan kalau dirinya akan kembali ke kota J.
Bi Ninik terhenyak.
Namun walaupun demikian, bi Ninik tidak bisa berbuat apa-apa.
"Hati-hati dijalan Non," ujar bi Ninik akhirnya.
Wanita paruh baya itu tampak meneteskan air mata, ketika melihat kepergian Citra.
"Baik bi, terima kasih karena telah melayaniku dengan baik disini," ujar Citra sambil memeluk pelayan setia keluarganya.
Setelah berpamitan, kemudian Citra melangkah keluar meninggalkan Villa.
******
Di tempat lain
Rifki yang merasa putus asa, karena Citra lagi-lagi menolak untuk menerima cintanya, kemudian dia mengusap wajah dengan kasar. Lalu dia mendudukkan bokong tepat di atas sofa.
Ya, saat ini Rifki sedang menginap di hotel, karena dia masih enggan untuk pulang. Dan rencananya ia akan mencoba menemui Citra esok hari.
Dalam kesunyian malam Rifki yang sedang menyindiri, kemudian dia kembali mengingat masa lalu saat dia tinggal bersama dengan Citra.
Sungguh, betapa dirinya memperlakukan Citra selama ini dengan sangat buruk. Bahkan dia dengan tega mengurung Citra di dalam gudang tanpa memberikan makanan dan minuman apapun.
"Maafkan aku Citra, selama ini aku telah menyakitimu," batin Rifki tanpa terasa bulir bening mulai menggenang di pelupuk mata.
Namun, pada saat mengingat hal itu semua terbesit dalam pikiran Rifki, bagaimana cara Citra keluar dari dalam gudang itu. Padahal dirinya sama sekali tidak pernah mengeluarkan Citra dari sana.
Rifki berdiri dari tempat duduk, lalu dia men-dial nomor telepon sang Mommy untuk menanyakan pertanyaan yang berkelebat di dalam pikirannya.
Tanpa butuh waktu lama panggilan pun terhubung. Kemudian Siska menanyakan keberadaan anaknya Rifki.
"Kamu dimana Nak?" tanya Siska.
Rifki tidak memberitahukan keberadaannya, melainkan dia menanyakan kepada sang Mommy, siapa gerangan yang melepas Citra saat dia mengurung istrinya di dalam gudang waktu itu.
Siska terhenyak, mendengar pertanyaan Rifki, bahkan ponselnya hampir saja terjatuh dari genggaman tangan.
Mendengar tidak ada jawaban dari sang Mommy, kemudian Rifki kembali mengajukan pertanyaannya.
"Mom, jawab pertanyaan ku, aku tau kalau Mom itu mengetahuinya," ujar Rifki.
Lagi-lagi Siska terdiam, kemudian dia mengalihkan pembicaraan dengan menanyakan kembali keberadaan Rifki.
Mana mungkin Siska mengatakan kalau Syasi lah yang membuang Citra ke tempat terpencil. Bisa-bisa menantu kesayangannya itu kena amukan Rifki.
"M-mom...t-tidak tau," jawab Siska terbata.
Rifki menarik nafas dalam kala mendengar ucapan sang Mommy. Namun sepersekian detik kemudian Rifki mengeluarkan jurus jitu agar Mommy nya itu mengatakan hal yang sebenarnya.
"Baiklah, kalau Mom tidak memberitahukan siapa orangnya itu tidak masalah, tapi jangan salahkan aku jika kartu kredit Mom akan aku blokir," ancaman Rifki.
Kemudian dia langsung mematikan sambungan Ponselnya. Karena dia yakin Siska akan kembali menelpon.
Sedangkan Siska yang mendengar ucapan anaknya, ia merasa kalang kabut. Bahkan sambungan telepon sudah di putuskan oleh Rifki secara sepihak.
"Hallo... hallo...hallo," ujar Siska dengan sedikit berteriak, namun tidak ada jawaban.
Siska yang merasa kalang kabut, dan tidak mempunyai jalan keluar atas masalah yang dihadapi, kemudian dia mondar-mandir di dalam kamar dengan tidak karuan.
Memikirkan langkah apa yang harus dia perbuat. Sebab, Siska tidak ingin kartu black card miliknya di blokir oleh Rifki.
Namun, disaat Siska sedang mondar-mandir mencari jalan keluar atas masalahnya, tiba-tiba sebuah pesan singkat masuk ke dalam aplikasi hijau miliknya.
Ting….
Siska pun membuka aplikasi hijau miliknya, kemudian dia membaca isi pesan singkat itu.
"Mom aku tidak mau tau, dalam waktu lima menit, kalau Mom tidak memberitahukan siapa yang melepaskan Citra dari dalam gudang itu, maka jangan salahkan aku untuk memblokir kartu kredit Mom,"
Lagi-lagi Siska mendapat ancaman dari anaknya Rifki.
Setelah membaca pesan singkat itu, kemudian Siska membalasnya dengan mengatakan kalau dirinya benar-benar tidak tau.
"Mom, jangan berbohong. Dan baiklah, jika Mom masih bersikukuh tidak memberitahukannya padaku, maka mulai dari lima detik dari sekarang aku akan memblokir kartu kredit Mom," ancam Rifki kembali.
Bola mata Siska membulat sempurna, kala membaca isi pesan singkat dari anaknya. Dan sekarang dia sudah tidak mempunyai pilihan lain selain memberitahukan kepada Rifki hal yang sebenarnya. Karena dia tidak ingin kartu kreditnya di blokir.
Bisa-bisa dirinya tidak bisa berkumpul dengan teman-teman sosialitanya.
Rifki yang sedang duduk di atas sofa, kemudian dia melirik jarum jam yang melingkar di pergelangan tangan. Dan mulai menghitung mundur waktu yang dia berikan pada Momnya.
Lima…
Empat…
Tiga…
Du…
Ucapnya tiba-tiba berhenti, karena ponsel yang berada di hadapannya berdering.
Rifki melirik sekilas nama yang tertera di dalam ponsel itu, kemudian dia tersenyum mengembang.
"Hallo Mom," ujar Rifki sambil tersenyum tipis.
Siska tidak menjawab sapaan dari anaknya, melainkan dia mengoceh tidak karuan.
"Rifki, kamu tega banget sih sama Mom, Dan Mom tidak mau tau ya, kalau sampai kartu kredit Mom di blokir, maka kamu akan Mom pecat jadi anak Mom," ujar Siska menggebu.
aneh
hnya dlm novel perempuan itu bego dlm cinta.tp dlm nyata perempuan itu rooaarrr