NovelToon NovelToon
Jodoh Berawal Dari Mimpi

Jodoh Berawal Dari Mimpi

Status: tamat
Genre:Action / Romantis / Tamat / Cintapertama / Cintamanis / Romansa-Solidifikasi tingkat sosial
Popularitas:397.4k
Nilai: 4.5
Nama Author: Aisy Zahra

Reffan Satriya Bagaskara, CEO tampan yang memiliki segalanya untuk memikat wanita. Namun, sejak seorang gadis mengusik mimpinya hampir setiap hari membuat Reffan menjadikan gadis dalam mimpinya adalah tujuannya. Reffan sangat yakin dia akan menemukan gadis dalam mimpinya.
Tanpa diduga terjebak di dalam lift membuat Reffan bertemu dengan Safira Nadhifa Almaira. Reffan yang sangat bahagia sekaligus terkejut mendapati gadis dalam mimpinya hadir di depannyapun tak kuasa menahan lisannya,
“Safira…”
Tentu saja Safirapun terkejut namanya diucapkan oleh pria di depannya yang dia yakini tidak dikenalnya. Reffan yang mencari dan mengikuti keberadaan Safira di hotel miliknya harus melihat Bagas Aditama terang-terangan mendekati Safira.

Siapakah yang berhasil menjadikan Safira miliknya? Reffan yang suka memaksa atau Bagas yang selalu bertindak agresif?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisy Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berapa Hati yang Sudah Kau Patahkan?

Masjid Gedhe Kauman menjadi tempat solat dan rehat sejenak Safira dan adeknya. Masjid yang dekat dengan alun-alun ini mengisyaratkan jika kerajaan Mataram adalah kerajaan Islam yang masih kental dengan budaya Jawa. Ornamen-ornamen kayu dengan nuansa keemasan membuat suasana lebih adem dan membuat betah berlama-lama di dalamnya. Puas berada di dalam Safira dan Hasna duduk-duduk di serambinya yang lebih tinggi dari halaman masjid. Mereka bahkan bisa mengayunkan kakinya karena serambi yang cukup tinggi.

Setelah di rasa cukup beristirahat, Hasna mengajak kakaknya untuk melanjutkan petualangan mereka menyusuri Malioboro. Baru saja mereka ke luar dari serambi masjid dua orang pria sudah di belakang mereka. Tapi Safira dan Hasna tak keget, mereka sudah menduganya.

"Jangan pedulikan mereka, ini hari kita." Safira berbisik pada Hasna. Awalnya mereka tak nyaman, tapi kemudian mereka tetap menikmati acara jalan-jalan tanpa peduli dengan pengawal di belakang mereka.

"Mas, aku heran pada wanita kenapa mereka bisa jalan sejauh ini dan hanya melihat-lihat saja. Mereka hanya membeli kain batik sarimbit dan beberapa daster saja. Tapi lihatlah wajah mereka bahagia sekali seolah kakinya memiliki cadangan saja." Raffi sudah memasang wajah cemberut

"Bersabarlah, anggap saja ini latihan untukmu." Reffan menimpali.

"Kain sarimbit yang dibeli mbak Safira pasti buat kalian kan, mau pake baju kembaran. Manisnya." Raffi mencoba meledek kakaknya.

"Bukan, itu bukan selera dia tapi selera orang tuanya." Reffan berbicara datar dengan tatapan tajam ke arah Safira. Langkahnya semakin cepat mendekati Safira.

"Sekarang mas sudah bertambah keahlian ya. Bisa baca hatinya mbak Safira. Eh mas ada apa?" Raffi yang menyadari Reffan mempercepat langkahnya langsung menyusul kakaknya.

"Safira, gak nyangka ya kita ketemu di sini. Seandainya saja kamu bilang ada di Yogya. Tapi kamu bahkan tidak membalas pesan-pesanku."

"Pppak Damar." Safira jelas sangat terkejut melihat laki-laki yang menghalangi jalannya.

"Karena kita bertemu di sini. Aku harus menjamu kalian kan? Adeknya Safira ya?"

"Hasna." Hasna tersenyum sambil mengangguk.

Reffan sudah sangat dekat dengan keberadaan Safira. Namun lengannya ditarik cukup kuat oleh Raffi.

"Mas, please kita lihat dulu aja apa yang akan terjadi. Tidak usah mendekat. Kita mengawasi kakak ipar tapi tak perlu ikut campur."

"Mana bisa aku membiarkan ada laki-laki yang mendekatinya Raffi, lepaskan!"

"Mas Reffan hanya akan membuat Safira bertambah tidak nyaman. Kita di dekat mereka tapi hanya mengawasi. Mas, please!

Reffan membuang nafas kasar. Terpaksa menuruti kemauan Raffi.

Sementara Safira dan Hasna kesulitan untuk menghindar dari Damar.

"Ayolah Safira, kita duduk dulu di sekitar sini. Kita kan sudah lama tidak bertemu biarkan aku menjamumu."

"Kami baru saja makan Pak Damar."

"Baiklah kita bisa minum atau nyemil aja kan?"

"Terima kasih Pak. Tapi kami juga masih ada tempat yang harus didatangi."

"Sekali ini Safira, aku tidak akan pergi dan terus mengikutimu jika kau menolaknya."

"Cih, kenapa dia berani memaksa Safira, hanya aku yang boleh memaksanya." Tangan Reffan sudah mengepal siap meninju.

"Sabar mas." Raffi berusaha menenangkan.

Safira menghembuskan nafasnya kasar. "Baiklah hanya sebentar, saya hanya menghargai tuan rumah."

Damar tersenyum usahanya tidak sia-sia. "Ayo kita duduk di sana." Damar menunjuk sebuah cafe tak jauh dari tempat mereka berdiri.

Damar, Safira dan Hasna sudah duduk mengelilingi sebuah meja bundar. Reffan dan Raffi tentu saja berada di sebuah meja di belakang Damar. Safira dan Hasna tentu saja menyadarinya tapi pura-pura tidak mempedulikannya.

"Mau pesan apa Safira dan.... Hasna betul kan?" Damar membuka percakapan setelah mereka duduk dengan nyaman.

"Pak Damar saja yang pesankan." Safira menimpali.

Damarpun mulai memesan tiga buah minuman yang yakin masih disukai Safira dan beberapa camilan untuk menemani mengobrol lebih nyaman.

"Apa kabar Safira? lama sekali kita tidak bertemu." Ucap Damar setelah selesai dengan pesanannya.

"Alhamdulillah Baik." Jawab Safira

"Kamu masih tetap sama ya Safira, dingin."

Safira hanya tersenyum tipis mendengarnya. Hasna hanya terdiam memandangi Damar dan kakaknya bergantian, dia menyadari posisinya yang sekarang tak lebih dari obat nyamuk.

"Apa tidak ada kesempatan untukku Safira? Beri aku satu kali kesempatan. Kamu bahkan tak membaca pesanku Safira. Perasaanku masih tetap sama seperti dulu. Empat bulan jauh darimu tak pernah berhasil merubah perasaanku padamu." Damar memandang lekat wajah ayu Safira yang tidak menampakkan ekspresi apapun.

"Dan sayapun tetap sama Pak Damar, hati saya juga sama seperti dulu. Tidak ada perasaan apapun terhadap Bapak."

"Apa ini karena Ira, karena dia kamu tidak memberikan kesempatan sedikitpun padaku."

Safira hanya diam.

"Safira, perasaan seseorang tidak bisa dipaksakan. Aku menyukaimu bukan Ira."

"Anda sudah tahu itu. Lalu kenapa memaksa saya." Aura dingin menyelimuti Safira.

"Safiraaa...." Damar membentak Safira dengan suara yang agak keras.

Tahu yang terjadi pada Reffan? Raffi bahkan sudah menggenggam tangan kakaknya yang mengepal untuk menenangkan kakaknya. Jika ada yang melihat mereka berdua bisa dipastikan akan terjadi kesalahpahaman pada kedekatan mereka.

"Pak Damar apa yang anda harapkan dari saya? Saya jelas sudah tidak memberi kesempatankan pada anda? Anda punya kesempatan lain tapi maaf bukan dengan saya. Masih banyak perempuan yang jauh lebih baik dari saya. Saya yakin anda akan menemukannya."

"Apa yang salah Safira jika aku menyukaimu dan berharap mendapatkan satu kesempatan saja darimu."

"Jelas salah Pak. Saya sudah akan menikah." Safira sudah frustasi meladeni Damar akhirnya mengeluarkan jurus pamungkasnya."

"Apa? tidak mungkin. Ini hanya akal-akal kamu kan?"

"Tanya Hasna jika tak percaya."

Akhirnya Damar menyadari mereka bukan hanya berdua tapi ada adek Safira di sana. Damar menatap Hasna seolah memintanya untuk bicara.

"Iya mbak Safira akan menikah pekan depan."

Damar mengacak rambutnya. Wajahnya memerah marah.

"Aku bahkan masih berharap kamu membalas pesanku atau mengangkat telepon dariku tapi ternyata wanita yang aku harapkan dengan mudahnya akan menikah dengan orang lain."

"Saya minta maaf Pak Damar. Saya yakin anda akan menemukan wanita yang jauh lebih baik dari saya." Safira berbicara menundukkan pandangannya.

"Maaf. Kau bilang maaf. Safira bahkan kau tak akan tahu bagaimana rasanya sakit hati ini. Apa dengan kata maafmu kau berharap aku akan baik-baik saja. Tidak Safira. Rasanya jauh lebih sakit sekarang." Tangan Damar terulur ingin meraih wajah Safira. Namun terhenti sebelum benar-benar menyentuhnya. Reffan sudah berdiri dari tempat duduknya bersiap menarik tangan laki-laki itu, tapi urung karena Damarpun berdiri dan meninggalkan Safira.

Setelah Damar pergi,

"Dia teman kerja mbak dulu di Surabaya, empat bulan yang lalu dimutasi ke Yogya. Ira sahabat mbak menyukainya tapi Damar menyukai mbak. Dia pergi, Bagas datang." Safira menjelaskan kepada adeknya karena adeknya pasti sangat penasaran siapa laki-laki tadi. Safira tak sadar dua pria yang sedari tadi mengawasinya sudah duduk satu meja dengannya sekarang. Raffi tanpa rasa bersalah mencomot camilan di depannya.

"Kakak ipar luar biasa! Berapa hati yang sudah kau patahkan?" Raffi berbicara tanpa rasa bersalah, tak menyadari kata-katanya bagai sambaran petir untuk Safira.

Reffan dan Hasna menyadari mata Safira mendadak berkaca-kaca menahan sesuatu yang ingin mendesak keluar. Safira berdiri, Hasna ikut berdiri.

"Hasna, mbak ke kamar mandi sebentar kamu di sini dulu ya." Suara Safira sudah serak. "Jangan kemana-mana." Imbuh Safira untuk meyakinkan adeknya jangan menyusulnya.

Setelah Safira pergi. Hasna menggebrak meja.

"Mas Raffi keterlaluan banget. Kenapa ngomong begitu ke mbak Fira." Hasna terlihat menahan amarahnya.

"Eh, aku kenapa?" Raffi masih belum menyadari apa yang baru saja diperbuatnya.

"Jahat banget."

"Bukankah itu malah seperti kalimat pujian. Itu sama artinya dengan Safira kamu keren sekali bisa menaklukkan banyak hati pria." Raffi masih tidak terima disalahkan.

"Memangnya mas Raffi pikir mbak Fira wanita seperti apa? mbak Fira bukan perempuan seperti itu. Bahkan mbak Fira selalu bersikap dingin dengan laki-laki untuk menjaga jarak dengan mereka. Mbak Fira akan merasa bersalah jika ada laki-laki yang menyukai."

"Apa ada wanita seperti itu. Kebanyakan wanita justru berdandan untuk mencari perhatian laki-laki."

"Mas Raffi gak bisa lihat ya sesimpel apa dandanan mbak Fira?"

"Eh iya ya. Hampir tanpa riasan, tapi Safira emang cantik sih aku sampai gak sadar kalau gak ada riasan aneh-aneh di wajahnya."

"Terlambat. Pasti mbak Fira sedih banget karena kata-kata mas Raffi tadi."

"Aku susulin deh kalo gitu." Raffi sudah mau berdiri Reffan menarik tangan adeknya keras.

"Duduk dan diam!" ucap Reffan.

"Bidadari di Puncak Bromo." gumam Raffi pelan.

Reffan terkejut, "Kamu bilang apa barusan?"

1
ione
Luar biasa
Budhiarty Sayekti
Kecewa
etihajar
bego s safira MH gretsn ko y goblok
etihajar
ngomong SM suami bukan diem sj oon
etihajar
salah senditi so kuat orang MH bilang udh punya suami trs berhenti kerja pinter y tp oon
Mei Mei
Luar biasa
etihajar
heh Safira ke ank ank kecil lebay dikit2 kabur orang MH denger dulu penjelasan reffan
etihajar
tp shafira jgn so kuat kmu trblslu dingin SM reffsn sifat nya,,jgn mntang punya bela diri
etihajar
reffan bnr2 serius bgtt y,,ad g sstunlg cowok model reffan Thor buat aq 🤣🤣
Saudah Hafifah
mngkin ketika membelai kulit tangan TDK bersentuhan yaa..Krn di lapisi kain mukenah nya...secara SDH punya wudhu kan jd batal bila kulitnya bersentuhan...
secara pasangan menikah itu halal tp BKN muhrim jd ttp membatalkan wudhu...
RJ 💜🐑
good😍😍😍❤❤
dheey
pengen nampol si virus. hih....
dheey
gercep ya fan...
dheey
pasal 1 boss selalu benar
pasal 2 boss salah, kembali ke pasal 1
wkwkwkwk
Cici w
reffan modus
Indrijati Saptarita
cerita bagus.... lanjuuuuuutt dg karya yg bagus lagiiii....
makasi yaa....
aisyzahra: sama2 kk. Terima kasih dukungannya..
total 1 replies
biby
akhirx tamat novel bagus konflikx jg normal2 saja tdk trlalu d buat2
sukses terus utk outhorx semangat selalu utk berkarya lbh baik lg
aisyzahra: terimakasih kakak dukungannya
total 1 replies
Syiffa Fadhilah
Alhamdulillah,,,happy ending.
next kisah anak² reffan lagi ya thor😁
aisyzahra: hehe... masih kecil2 anaknya 😅
total 1 replies
aisyzahra
Alhamdulillah tamat.
Terimakasih semua sudah mendukung dan membaca hingga akhir.
Sempetin nengok novel Jejak di Pipi Membekas di Hati ya 😉
Indrijati Saptarita
duuhhh koq pinsan safira nya....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!