Arindita memutuskan pindah rumah setelah bercerai dari mantan suami yang lebih memilih wanita simpanannya.
Didampingi oleh putra satu-satunya yang baru berusia delapan tahun, mereka pindah ke sebuah perumahan elit di kawasan ibukota.
Namun kepindahan mereka membuat Arindita dekat dengan anak tetangganya, disitulah kehidupan kedua Arin dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencoba
Sonny terbeliak hebat!!! Tak percaya dengan apa yang dilakukan oleh Arin!!
Arin membeli benda itu?!! Untuk apa?! Dirinya??? Apa mereka akan bercinta lantas Arin membeli barang itu????
Tidak mungkin!! Pagi tadi saja Arin ketakutan melihat dirinya yang tidur disamping wanita itu.
Ada apa ini?! Tolong.... Jangan buat Sonny berharap tinggi.
"Baik, Nona... Ini voucher nya ya. Nanti beri saja ke kasir untuk mendapatkan potongan harga"
"I-iya, kami permisi... "
"Silahkan Nona... "
Arin kembali mendorong trolinya menjauh dari sana. Sonny langsung menyusul Arin dan meminta penjelasan.
"Arin... Tunggu!!"
Sonny menahan langkah istrinya membuat mereka berhenti lagi.
"Arin apa maksudnya kamu membeli benda itu??" Cetus Sonny menuntut penjelasan.
"A-aku hanya tidak ingin orang lain curiga" Jelasnya.
"Orang lain tidak akan curiga hanya karena kita tidak membeli benda itu, sebaiknya kembalikan saja"
"Jangan mas, aku sudah terlanjur mengambilnya. K-kalau tidak dipakai sekarang, k-kan bisa dipakai nanti" Cicit Arin tersipu.
Sonny terkesiap untuk yang kesekian kali, rasanya ada kupu-kupu yang beterbangan di sekitar Sonny. Ia mendapat harapan lagi namun entah harapan ini kan pupus atau tidak.
"S-sepertinya aku sudah selesai, a-aku akan membayar semua ini di kasir. Mas Sonny tunggu di luar saja" Lirih Arin gugup.
Sonny yang masih mematung seketika menyadarkan dirinya.
"Tunggu sebentar!" Cegah Sonny, ia mengambil dompet miliknya dan mengeluarkan sebuah kartu berwarna hitam lalu menyodorkannya pada Arin.
"Bayarlah menggunakan kartu ini" Ucap Sonny.
Arin menatap benda itu, lalu menatap kembali ke arah si pemilik.
"Tidak usah mas" Tolak Arin menggeleng.
"Jangan menolaknya, aku ingin memberi nafkah lahir untukmu. Hitung-hitung.... Sebelum aku memberi nafkah batinnya" Ungkap Sonny menahan malu.
Kini giliran Arin yang terkesiap, keduanya jadi sama-sama dibuat canggung, mereka berada dalam topik yang sedikit intim.
Tak mau berada dalam situasi ini terus, Arin akhirnya mengambil kartu kredit itu.
"Terimakasih, mas"
***
Setelah semuanya selesai, Sonny mengantarkan Arin pulang ke rumah. Pria itu benar-benar seperti suami siaga, mengantar Arin belanja, membayar belanjaan tersebut, dan mengantarkan Arin pulang dengan selamat.
Sonny seakan tak mau terjadi apa-apa dengan Arin.
"Mas akan kembali lagi ke kantor?" Tanya Arin.
"Iya"
"Baiklah, ini mas kartu punya mas. Sekali lagi aku sangat-sangat berterima kasih"
Sonny menatap benda yang di sodorkan padanya, namun Sonny hanya diam tanpa berminat mengambil kartu tersebut.
"Ambil saja, mulai hari ini kartu itu milikmu. Pakai kartunya jika kamu ingin membeli sesuatu. Sekarang semua yang menjadi kebutuhan kamu sudah menjadi tanggungjawab ku" Ujar Sonny berseru.
Arin tak bisa berkata-kata, Sonny terlalu memperlakukan Arin dengan romantis. Alih-alih dibuat senang Arin justru dibuat merasa bersalah.
"Mas Sonny sungguh-sungguh?? A-aku merasa sudah banyak merepotkan mas"
"Mulai sekarang jauhkanlah rasa tidak enak mu itu, karena jika kamu terus menolak itu sama saja dengan kamu menutup dirimu untukku" Ucap Sonny sedikit melunak, ia memandang Arin dengan tatapan ringan, tidak seperti tadi pagi.
Arin memberanikan diri mendekatkan jarak di antara mereka, entah kenapa ia merasa terlena dengan perhatian yang Sonny beri beberapa hari ini.
Tanpa Sonny sangka Arin memeluk erat tubuhnya, Arin membenamkan kepalanya di dada bidang pria berjas itu. Tak mempedulikan jika bisa saja seseorang melewati rumahnya.
"Aku tidak akan menutup diriku lagi, mas.... Aku akan mencobanya" Lirih Arin dalam dekapan Sonny.
Sonny tertegun! Membulatkan kelopak matanya untuk memastikan jika dia memang tengah dalam kondisi sadar, Sonny tidak senang bermimpi!
Arin semakin menenggelamkan kepalanya, mencari kehangatan dari pria yang kini sudah sah menjadi suami Arin.
Perlahan Sonny membalas pelukan itu, menikmati momen langka ini. Merasakan dekapan dengan wanita yang sudah menjadi miliknya, namun tidak tau jika dengan hatinya.
"Terimakasih, maaf aku sudah membuatmu bersedih" Balas Sonny.
Arin menggeleng dalam pelukan itu, "Tidak mas, semua ini dimulai karena aku"
Sonny semakin mengeratkan pelukannya, namun karena mereka sedang berada di luar rumah maka mereka pun melepaskan pelukan itu.
"Rasanya aku tidak ingin bekerja sekarang" Ucap Sonny blak-blakkan ketika pelukan itu terlepas.
Arin terkekeh mendengar penuturan suaminya, "Jangan begitu, berangkatlah bekerja. Hari ini mas pasti sibuk"
"Iya sih, tapi... "
"Sudah mas, setelah mas pulang kerja kita bisa bertemu lagi. Sekarang aku juga akan sibuk karena Noval akan pulang bersama saudaraku. Jika mas tetap disini mereka pasti akan curiga" Ucap Arin memberitahu.
"Ah... Benar juga, ya sudah aku pergi dulu kalau begitu. Nanti malam..... Mari kita bertemu"
Arin mengangguk setuju.
Dan dengan berat hati Sonny pun pergi dari kediaman sang istri, sebelum mobilnya melaju mereka saling melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan.
"Aku berangkat... "
"Ya mas, hati-hati"
Setelah itu barulah Sonny melajukan kendaraan beroda empat itu sampai benar-benar tak terlihat.
***
Siang hari Noval akhirnya pulang setelah hampir satu minggu menghabiskan waktu liburan bersama keluarga jauhnya.
Mobil putih yang terparkir di depan rumah Arin menandakan jika Noval telah tiba, bocah lelaki itu langsung keluar dari mobil dengan semangat, tak sabar ingin bertemu dengan Ibunda.
Noval menekan bel beberapa kali sangking tak sabaran.
"Bundaaaaa......!!!"
"Bunda buka pintunya... Noval udah pulang..."
"Bundaaaa..... "
Tak berselang lama pintu pun terbuka dan menampakkan sosok wanita cantik berbaju ungu.
"BUNDAAAA.... "
"Noval??"
Sepasang anak dan Ibu itu langsung berpelukan, menyalurkan rasa rindu yang sudah beberapa hari ini tak bertemu.
Arin mencium kedua pipi putranya dan memeluknya kembali.
"Bunda kangen banget sama Noval"
"Noval juga! Noval kangen sama bunda"
Arin melonggarkan pelukan dan menangkup kedua pipi Noval.
"Gimana liburannya? Noval senang?"
Noval mengangguk cepat, "Seneng, bunda"
Keduanya saling memeluk satu sama lain hingga ketiga orang yang tak lain adalah saudara jauh Arin datang menghampiri.
"Hai Rin" Sapanya.
Kegiatan mereka pun harus terhenti sejenak, Arin mengalihkan perhatiannya pada keluarga kecil itu.
"Hei kalian.... " Arin memeluk saudara perempuannya dan tak lupa berjabat tangan dengan suami dan anak dari perempuan tersebut.
"Akhirnya kalian bisa datang juga ke rumah ku, terimakasih sebelumnya sudah mau mengantarkan Noval pulang"
"Sama-sama Rin, sekalian aku ingin lihat rumah barumu. Sudah lama kami tidak ke Jakarta, aku juga rencananya mau mengunjungi orang tuamu, tapi sepertinya mereka belum pulang dari Bali"
"Iya Vi, sayang sekali orang tuaku masih di Bali"
"Masuklah, kita duduk didalam. Aku sudah menyiapkan makanan untuk kalian" Sambung Arin.
Kelima orang itu lantas masuk ke kediaman Arindita.
•
•
•
•
Maaf Mamie Up nya Sedikit Telat😁🙏🏻