Melepas Para Benalu

Reno menatap mereka tidak percaya, bagaimana mungkin orang-orang ini mau mengambil barang penting itu darinya.

"Mau apa kalian?, saya tidak kenal kalian, saya tidak mau". Ucapnya dengan tergagap.

Salah satu dari mereka mengangkat kerah bajunya dengan kasar tanpa memperdulikan ringisan dari orang di hadapannya ini.

"Berikan sekarang juga karena mobil ini sekarang adalah milik tuan kami, nyonya Wina sudah menjualnya pada tuan kami". Dia semakin mengeratkan cengkraman pada kerah baju Reno dengan wajah garang

Dia seolah tahu jika Reno tidak akan memberikan STNK itu dengan mudah, itu sebabnya dia menggunakan kekerasan untuk mendapatkan nya.

"Ini mobilku, bukan mobil Wina, jangan harap aku berikan". Dia tetap kekeh dengan keputusannya tidak menyerahkan STNK itu.

Dia sebenarnya terkejut karena Wina menjual mobil ini tanpa sepengetahuan dirinya, walau mobil ini selalu menemaninya dan dia gunakan tapi ini adalah mobil Wina karena dia membelinya dan semua surat atas namanya.

"Sialan kau Wina, aku bersumpah akan mencari kamu sampai ke ujung dunia untuk membayar semua yang kau lakukan padaku ini". Geramnya dalam hati.

Melihat Reno bersikeras tidak memberikan mereka STNK itu, salah satu mereka langsung menggeledah tubuh Reno dan mengambil dompetnya dan dia mendapatkan nya.

Dia juga diperintahkan untuk mengambil beberapa ATM milik Wina yang digunakan Reno selama ini.

"Mau apa kalian kembalikan". Teriak Reno memberontak melihat kelakuan para manusia kepala botak dihadapannya ini.

"Kami ditugaskan untuk mengambil surat ini dan ATM ibu Wina yang kau gunakan, beliau memintanya untuk dikirimkan sekalian, gembel kok sombong banget". Ejek mereka kepada Reno.

"Aku bukan gembel enak saja, jangan keterlaluan kalian kembalikan milikku". Teriaknya semakin memberontak tidak terima.

"Bodoh amat, coba foto ATM itu dan tanyakan ATM ini yang dimaksud oleh ibu Wina". Perintah salah satu dari mereka pada temannya yang lain.

Mereka mengangguk dan memfotonya kemudian mengirimkan kepada Wina kartu itu.

"Benar ini kartunya nanti kita bawah pada beliau, tinggalkan manusia ini dijalan dan bawah mobilnya, dia hanya manusia tidak tahu diri dan tidak tahu Terima kasih, sudah dipungut dari jalanan malah menusuk tuannya dari belakang, dasar sampah". Ucapnya menghempaskan Reno kejalanan dengan kasar dan membawa mobil itu.

"Kembalikan mobil ku sialan!!". Jerit Reno dengan penuh emosi dan sangat kencang.

Wajahnya sangat merah dan penuh amarah, dia sungguh-sungguh membenci istrinya sekarang seakan dia lupa jika selama ini sang istri selalu memberikan apapun padanya tapi dialah yang memang manusia tidak tahu diri.

"Sialan kau Wina, kau harus mati setelah ini, kau harus bayar mahal semua ini". Dia berteriak dan mengacak rambutnya dengan kasar.

Kini hidupnya terasa sangat soal sekali, dia tidak tahu bagaimana istrinya itu bisa melakukan ini kepadanya padahal dulu dia begitu memuja dan menuruti apapun perkataannya tanpa banyak protes.

Dia segera mendownload aplikasi Pelacak, dia harus tahu dimana istrinya sekarang, dia tidak Terima diperlakukan seperti ini oleh perempuan itu.

"Kau tidak akan lolos dariku Wina, kau harus mengembalikan semuanya bahkan dengan semua yang kau miliki". Sinisnya menggenggam erat ponselnya setelah tahu dimana keberadaan istrinya melalui aplikasi pelacak.

Dia tidak tahu saja jika itu adalah jebakan untuknya yang telah dibuat oleh Wina untuknya, kejutan berat kini menantinya.

Sedangkan di apartemen Wina kini tersenyum sinis, dia tahu suaminya akan menggunakan aplikasi pelacak untuk mencari keberadaannya setelah semua yang dia berikan dia ambil kembali, Wina bukan anak kemarin sore yang tidak tahu akal bulus seperti ini, dia hanya terlalu mencintai suaminya hingga dia menjadi bodoh seperti ini.

"Datang saja kesini Mas, kejutan menantimu". Sinisnya dalam hati sambil meminum minumannya itu.

Reno menyetop taksi dan bersiap untuk mencari keberadaan istrinya itu, dia harus memberikan pelajaran berharga agar istrinya tidak kurang ajar dan mengembalikan semua yang dia miliki saat ini.

Sesampainya disana, dengan bantuan alat pelacak itu, akhirnya dia menemukan istrinya sedang duduk di restoran apartemen dengan tenang, dia menghampirinya dengan penuh emosi.

"Kembalikan semua yang kau ambil Wina, jangan buat kesabaranku habis". Ucapnya langsung mencengkram tangan sang istri dengan keras dan kasar.

Wina tetap tenang dan tak bergeming, orang-orang suruhannya sudah siap pada posisinya karena dia tahu suaminya akan melakukan KDRT padanya setelah ini dan itu memang rencananya.

"Mengembalikan apa?, itu semua milikku kenapa aku harus meminta izin padamu untuk menjualnya dan mengambilnya kembali?? ". Wina mengangkat bahunya tidak peduli pada cengkraman suaminya.

Walau tangannya terasa panas dan sakit tapi dia menahannya dan tidak membiarkan suaminya tahu jika dia kesakitan.

"Jangan kurang ajar Wina, aku suamimu, kau sudah kelewatan setelah ini".

Reno mengangkat tangannya kemudian menampar Wina dengan sangat keras hingga terdengar nyaring.

Wina memegang pipinya yang terasa sakit dan memerah tapi dia menahannya agar rencananya mulut.

Deru nafas Reno terdengar cepat dan berat, dia sudah sangat emosi pada istrinya karena keterlaluan padanya.

"Loh kamu ini lucu mas, orang yang punya aku, kok kamu ngamuk karena kuambil kembali, kalau mau yah beli dong mas toh kamu sudah banyak dapat uang dari kontrakan dan menipu perusahaan sahabatku".

Wina semakin menyulut emosi Reno agar rencananya berjalan sempurna, dia memastikan Reno melakukan KDRT padanya, dengan begitu selain proses perceraiannya cepat, Reno juga akan di penjara karena melakukan kekerasan padanya

Mendengar ucapan istrinya, benar saja tangan Reno semakin mengepal karena emosi, dia sungguh terhina atas perkataan istrinya.

"Aku sudah bilang, kita ini suami istri, hartamu itu adalah hakku juga, jangan keterlaluan kamu". Kini dia mencengkram leher sang istri dengan penuh emosi.

"Aku tidak mau dan tidak ikhlas hartaku diberikan padamu, dasar laki-laki tidak tahu diri". Wina bisa merasakan dadanya mulai sesak.

"Kalau begitu kau harus mati dan memberikan semua harta itu sekarang juga, jika tidak kau akan mati ditanganku".

Reno semakin mengeratkan cengkeramannya pada leher sang istri tanpa peduli dengan semua orang, dia tidak tahu jika itu disengaja untuk menjebaknya.

"Tidak akan, kos itu adalah hasil dari kau mengkorupsi dana perusahaan sahabatku, aku tidak akan membiarkannya". Ucoanya mulai terputus-putus,

" Ya kau benar, dan bos bodoh yang merupakan sahabatmu itu adalah manusia bodoh yang bisa ditipu dengan gampang, dia sahabatmu jadi gampang sekali menipunya". Reno tertawa pelan semakin mengeratkan cekikannya.

Wajah Wina kini mulai memucat, dia tahu harus segera memberi kode kepada anak buahnya untuk menghentikan aksi Reno saat ini.

Prok.. prok.. Suara tepuk tangan menggema diruangan itu membuat Reno refleks melepas cekikan tangannya pada Wina.