Partner Ranjang Mr Zen

Seminggu telah berlalu, selama itu juga hubungan Zen dan Ica nampak baik bahkan sangat baik, mereka semakin dekat.

Seperti saat ini, Ica sedang memanjakan diri dengan berendam air hangat di kamar mandi. Dengan aromaterapi yang menenangkan, membuat nya nyaman dan betah berlama-lama di kamar mandi.

Ya, malam ini dia akan melakukan kewajiban nya sebagai partner ranjang. Dia sudah memikirkan nya matang-matang selama satu minggu penuh, dan dia memutuskan untuk memberikan hak Zen malam ini.

Ica benar-benar membersihkan diri nya dengan detail, tak ada yang terlewat sedikit pun. Tentu nya dia ingin memberikan yang terbaik untuk Zen, tak mau mengecewakan pria yang selama ini begitu baik padanya.

Tadi Zen sudah menghubungi nya, hari ini dia akan pulang sedikit terlambat karena pekerjaan yang tak bisa di tinggal.

"Ya, aku rasa sudah cukup.." Gumam Ica, dia menarik bathrobe dari rak nya lalu memakai nya. Menggulung rambut nya dengan handuk kecil dan mengusap kan nya dengan cepat.

Ica keluar dari kamar mandi, mengganti bathrobe nya dengan pakaian tipis berwarna merah terang yang sudah lama Zen belikan. Saking tipis nya, sampai dalaman yang di pakai Ica terlihat begitu jelas.

Ica mengeringkan rambut nya dengan hair dryer, mencatok nya sedikit agar lebih rapih, memoles bibir mungil nya dengan lipstick kemerahan yang dia punya.

"Selesai, apa Daddy akan tergoda melihat penampilan ku?" Tanya nya pada bayangan diri nya sendiri di cermin.

Di kantor, Zen baru saja menyelesaikan pekerjaan nya. Dia akan pulang bersama Bimo kalau saja tak ada gangguan, seorang gadis menghalangi jalan nya.

"Hai Zen, apa kabar?" Sapa nya dengan senyum genit yang membuat Zen geli sendiri.

"Kau bisa melihat nya sendiri." Jawab Zen datar.

"Pria ini dingin sekali, tapi bagaimana bisa dia bersikap hangat pada gadis sialan itu? Kalau saja anak itu bisa membuat Zen luluh, aku juga pasti bisa!" Batin Meisya. Ya Meisya sengaja datang untuk menggoda Zen, setelah beberapa hari ini dia gagal menemui pria tampan yang saat ini berdiri di hadapan nya.

"Zen, apa kau tak bosan bermain dengan gadis itu?"

"Katakan, apa maksud mu sebenarnya? Waktu ku terlalu berharga untuk melayani gadis seperti kau." Ucap Zen pedas.

"Ayolah Zen, kau tak tergoda oleh ku? Lihat ini.." Meisya menarik rok nya hingga memperlihatkan paha mulus nya.

"Kau tak sadar kelakuan mu ini terlihat seperti jal*ng?"

"Jangan munafik Zen, aku tau kau menginginkan nya kan? Ayo, aku milikmu malam ini." Ucap Meisya tak tau malu.

"Aku tak tertarik, gadis cantik ku sudah menunggu di rumah. Sebaiknya kalau mau murahan, di tempat lain saja jangan disini." Sindir Zen, membuat Meisya mengepalkan tangan nya geram pada pria di depan nya.

"Ayo Bim, kita pergi. Tak ada guna nya melayani wanita jal*ng ini bicara, semakin lama dia terlihat seperti wanita murahan!"

Bimo membukakan pintu mobil untuk sang tuan dan dia pun masuk di depan kemudi, lalu Bimo mengemudikan nya menjauhi kawasan kantor, meninggalkan Meisya yang nampak kesal.

"Sialan pria itu, bagaimana gadis semacam Ica bisa meluluhkan pria seperti Zen?"

.....

Zen membuka pintu kamar nya, dia kelelahan seharian bekerja, belum lagi malah bertemu bibit pelakor yang mengusik suasana hati nya.

"By.."

"Daddy sudah pulang?" Sambut Ica, lalu memeluk Zen yang baru pulang dengan wajah kusut nya.

"Daddy capek Ca.."

"Istirahat dulu Dad.." Ica menarik tangan Zen ke kasur, lalu membukakan sepatu dan kaos kaki pria itu.

Zen belum menyadari penampilan Ica yang begitu menantang malam ini.

Tapi ketika dia menyadari nya, dia tak bisa memalingkan pandangan nya dari sang gadis yang nampak sangat panas.

"Gerah By, kamu ngapain sih pake baju begituan?" Tanya Zen, sambil menggerak-gerakkan kerah kemeja nya.

"Eemm, I-ica sudah selesai datang bulan. Jadi, Daddy bisa melakukan keinginan Daddy malam ini.." Ucap Ica, dia gugup setengah mati saat melihat Zen menatap nya dengan tatapan penuh hasratt.

"Bisakah?"

"Kenapa tidak? Aku sudah terlalu lama menunda." Jawab Ica.

Zen tersenyum manis, lalu menarik tangan Ica untuk duduk di pangkuan nya.

"Kamu sangat menggoda sayang, terlihat sangat panas.." Zen membelai wajah Ica, menduselkan kepala nya di ceruk sang gadis, menghirup aroma menyegarkan yang menguar dari leher gadis nya.

"Dad, geli.." Ica bergerak-gerak tak karuan, apalagi saat mulut nakal pria itu menggigit kecil leher nya hingga meninggalkan bekas kemerahan.

"Daddy pastikan kamu akan berteriak nikmat memanggil nama Daddy.." Bisik Zen di telinga Ica, bahkan pria itu meniup telinga Ica, membuat darah gadis itu berdesir.

....

🌷🌷🌷

Daddy mau unboxing🤭