Setelah bangun dari kematian, dan menyaksikan keluarganya di bunuh satu persatu untuk yang terakhir kalinya, kini Naninna hidup kembali dan bereankarnasi menjadi dirinya lagi. Memperhatikan dirinya sendiri di depan cermin. memastikan bahwa apa yang telah di alaminya saat ini hanyalah ilusi, namun ia merasakan sakit saat jari lentiknya mencubit pelan wajah mulusnya. Seketika ia tersadar bahwa hal ini bukanlah ilusi, melainkan kenyataan yang harus ia terima. Tidak mengerti mengapa Tuhan masih baik dan mau memberinya satu kesempatan, Ninna menyadari bahwa ia tidak akan menyia-nyiakannya lagi.
Sembari memantapkan diri dan tekad, Naninna berusaha untuk bangkit kembali dan memulainya dari awal. Dimana musuh bebuyutannya terus saja berulah hingga membuat seluruh keluarganya terbunuh di masa lalu.
Naninna... tidak akan pernah melupakannya.
Kekejaman yang telah mereka lakukan pada keluarga dan orang-orang terdekatnya, ia akan membalasnya satu-persatu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DeeSecret, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Beberapa Konflik Kecil
Saat ini Amalia tengah bersantai dikamarnya sembari menikmati pijatan demi pijatan yang di lakukan oleh pelayan pribadinya.
Monic Lau.
Pelayan wanita yang sengaja di beli oleh Matthew hanya untuk menjaga kekasihnya yang bajingan itu. Seorang penjilat akut dimana dia akan bertindak posesif ketika melihat majikannya disakiti. Monic bahkan tidak tanggung-tanggung untuk mencelakai ataupun memfitnah Naninna hanya agar majikannya selalu diposisi benar dan merasa di rundung. Menyadari jika Monic adalah dalang di balik kematian naas keluarganya dan juga dirinya dimasa lalu, hal itu justru mengundang egonya untuk menuntut pelayan bajingan yang tidak tahu sopan santun.
Sambil memijiti kedua kaki Amalia, Monic sesekali menceritakan perubahan yang di alami oleh Naninna. Tidak sampai disitu, dia bahkan berani menjelek-jelekkannya saat Amalia pergi bersama Matthew selama tiga hari.
"Jadi... Naninna bahkan tidak merasa kehilangan ataupun kesepian atas perginya diriku bersama Matthew? Itu sesuatu hal yang sangat langka."
Monic hanya mengangguk membenarkan ucapan Amalia. Wanita itu mulai terlihat berfikir keras. Berusaha mengumpulkan beberapa informasi yang akurat dan menyelipkan kebohongan untuk mengadu domba Naninna dan juga Amalia.
Jelas Monic berada di pihak majikannya saat ini.
Melihat bagaimana status Matthew lebih tinggi, membuat pelayan tidak tahu diri itu melakukan hal picik hingga melewati garis batas yang sudah di tandai. Benar-benar tidak mempunyai etika atas posisinya sebagai seorang pelayan rendahan, Monic mengesampingkan hal itu dan lebih memilih mencari cara agar Naninna selalu di pihak yang salah.
"Iya, Nona. Saya juga sempat mendengar bahwa Naninna berbicara seolah tidak membutuhkan Tuan Matthew lagi sebagai suaminya. Saya tidak tahu apa alasannya, tapi saya juga merasa senang karena setidaknya posisi Nona sebagai kekasih Tuan Matthew tidak terancam dan selalu aman."
Amalia mulai berfikir keras.
Jika perasaan yang dimiliki oleh Naninna perlahan mengendur dan menghilang, bukannya dirinya menjadi pihak yang sangat beruntung? Tapi disisi lain, Amalia juga memikirkan konsekuensinya. Jika memang benar hal itu terjadi, dimana Naninna mulai acuh terhadap Matthew, bukankah rencana yang mereka susun selama ini akan menjadi sia-sia? Dan Matthew mungkin akan diusir oleh Naninna dari rumah ini lalu rencana mereka akan gagal total.
Amalia mulai ragu.
Apakah sikapnya selama ini, membuat Naninna menghilangkan rasa cintanya terhadap Matthew lalu perlahan pupus seperti penyu yang terbawa arus. Apakah sikap kurang ajarnya terlalu berlebihan sampai-sampai Naninna tidak lagi menghargai Matthew sebagai suaminya? Kini dirinya dilanda dilema. Mustahil jika hatinya tidak karuan. Padahal selama ini, dirinya bertahan dan berpura-pura buta bagaimana Matthew mencoba bersikap romantis kepada Naninna. Namun setelah semuanya hampir saja rusak, Amalia merasa, jika dirinya harus menjaga jarak dengan Matthew dan membiarkan kekasihnya itu sedikit lebih lama meluangkan waktu bersama.
"Aku tidak tahu harus merasa senang atau tidak. Melihat Matt selalu bersikap berlebihan terhadap Naninna, hati siapa yang tidak sakit. Tapi disisi lain, diriku merasa tindakanku berlebihan dan selalu menjadi benalu bagi mereka. Aku takut jika rencana yang selama ini kita susun rapat akan terbongkar dan hancur dalam sekejap mata. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi."
Amalia menunduk lesu.
Disampingnya Monic merasa iba terhadap majikannya.
Sangat disayangkan jika yang menjadi istri dari matthew adalah Naninna, sosok wanita angkuh dan juga sombong, yang sangat tidak layak bersanding dengan Matthew. Karena dari awal dia masuk ke dalam rumah ini, meskipun pemilik sahnya adalah Naninna, namun Monic sudah terikat janji dengan Matthew agar selalu menjaga Amalia dimanapun wanita itu berada.
"Nona, untuk apa kau meras sedih? Kau tidak perlu memikirkan hal itu. Justru seharusnya kau merasa senang karena Matthew akan selalu di pihakmu dan mencintaimu. Disini saya akan selalu menjaga Nona dan berada di pihak Nona bagaimana pun keadaannya. Saya akan mencari cara untuk mengatasi hal ini."
Amalia mendongak dan menyorot sendu ke arah pelayan pribadinya itu.
Senyuman tulus namun tersirat kesedihan itu, menular hingga membuat hatinya sakit. Monic tidak tahu bagaimana caranya untuk membalaskan dendam majikannya terhadap Naninna. Karena pada kenyataannya, Naninna banyak diawasi dan di kawal oleh orang-orang yang berpengaruh bagi hidupnya.
Seperti Raken dan juga Chloe.
Pelayan pribadi Naninna sejak masih kecil itu. dimana pun Nona kecilnya berada, disitulah Chloe akan terus mengikutinya. Seolah tidak pernah membiarkan siapapun menyakiti wanita itu bahkan seujung jari pun.
"Monic, kau memang pelayanku yang sangat baik. Hanya kau yang paling mengerti diriku. Aku memang tidak salah memilihmu." Ujar Amalia penuh keyakinan. Membuat Monic merasa di hargai dan dipercaya untuk melakukan tindakkan yang lebih besar lagi. "Tapi..."
"Tapi apa Nona?" Monic dibuat penasaran saat dimana pertama kali dirinya menceritakan perubahan Naninna, majikannya itu-seolah memikirkan suatu hal yang sangat menyeramkan. Meskipun Monic tidak tahu apa itu, tapi sebagai pelayan yang sangat setia, dia rela mencari tahu kebenarannya meskipun harus menyeret kakinya dalam keadaan terluka parah. "Nona, apa yang kau fikirkan? Saya mohon padamu agar tidak terlalu memikirkan terlalu banyak dalam hal ini. Saya tidak tahu mengapa Nona meras takut, tapi disini saya akan mencari tahu kebenarannya."
"Tidak Monic," Amalia menggeleng, mencoba menenangkan pelayannya itu. "Aku hanya merasa jika usahaku selama ini akan sia-sia. Seringkali diriku dilanda ketakutan jika suatu saat nanti Matt benar-benar mencintainya dan lebih memilih meninggalkanku, aku tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan."
Inilah hal kedua yang Amalia takutkan.
Jika opsi pertama adalah sebuah ancaman atas kegagalan rencananya selama ini, lalu di opsi yang kedua, adalah sebuah kegagalan yang sangat besar dan akan beresiko lalu berakibat fatal baginya. Mungkin jika gagal untuk mengalahkan Naninna bukanlah hal yang besar, itu bisa diurus dan mencari cara lagi untuk melakukannya. Namun jika yang opsi kedua juga ikut terbawa, entah bagimana nasib Amalia ketika Matthew benar-benar meninggalkannya.
Dirinya sadar, bahwa saat ini posisinya mulai terancam. Berada di posisi yang sulit membuatnya harus berfikir lebih keras untuk kedepannya.
Pintu terbuka.
Amalia dan Monic memandang ke arah pintu itu. Dimana seorang pelayan tengah membawa makanan yang di pesan oleh Monic untuk Amalia. Monic mengambil nampan itu, memberikannya pada Amalia dan berharap majikannya itu tidak terlalu mengambil pusing atas berubahnya sikap Naninna belakangan ini.
"Oh iya, saya sempat menyuruhmu untuk mencari tahu bagaimana gerak-gerik Naninna beberapa hari ini. Apakah kau mendapatkan informasi yang akurat?"
Wanita bernama Meida, seorang pelayan utama di rumah milik Naninna itu, sedikit maju kedepan guna menyampaikan informasi untuk Amalia.
Ada sesuatu hal yang harus diketahui, bahwa semua pelayan dirumah ini kecuali Chloe dan juga Yumiella, mereka semua adalah seorang penjilat handal. Mereka adalah perkumpulan pelayan yang menentang keberadaan Naninna dalam rumah itu. Berharap yang menjadi istri dari Mattehw adalah Amalia bukanlah wanita sombong yang selalu mengeluarkan kalimat kasar itu, mereka selalu berada di barisan terdepan hanya untuk memfitnah Naninna.
"Dari yang saya lihat, tadi siang saya sempat menyaksikan pertengkaran antara Tuan Muda Raken dan juga Chloe."
"Pertengkaran? Chloe?"
Amalia mulai merasa tertarik. Moodnya seketika kembali bangkit saat Meida bercerita tentang mereka.
Meida mengangguk. "Iya, Nona. Saya tidak tahu alasannya apa, tapi dari yang saya dengar dari para pelayan yang melihat itu, hal yang memicu pertengkaran antara Tuan Muda Raken dan juga Chloe adalah Nona Naninna sendiri."
"Naninna sendiri? Bagaimana bisa?"
Monic menatap penuh semangat kearah Amalia.
"Iya. Saya sebenarnya tidak terlalu yakin karena hal ini suatu hal yang seharusnya tidak saya ceritakan. Tapi..."
Ucapan Meida seketika terhenti. Seolah ada sesuatu yang mengganjal mulutnya untuk sekedar menjawab. Namun tatapan penuh harap Monic dan juga Amalia, membuatnya mau tak mau menceritakannya.
"Saya berjanji tidak akan membocorkan hal ini pada siapapun. Kau juga akan aman dari hukuman Tuan Muda Raken. Percayalah pada kami." Ucap Monic meyakinkan Meida. Karena merasa hal ini adalah sebuah berita terkini yang dimana akan mendapatkan ribuan like dan juga jutaan penonton, Monic sebagai pendengar dan tukang fitnah, pun tidak akan menyia-nyiakan hal ini kan?
"Mereka mengatakan bahwa Chloe telah mencium Nona Naninna."
"APA?! MENCIUM?!!"
"Pelankan suaramu!"
Meida menggeram marah. Mengatakan penuh penekanan agar tidak terdengar sampai keluar. Buru-buru Monic menutup mulutnya. Disebelahnya, Amalia tampak memikirkan sesuatu. Seolah berita yang di sampaikan oleh Meida sangatlah akurat daj berguna bagi dirinya dan juga Matthew, Amalia mulai menyusun rencana.
"Iya. Saya mendengarnya sendiri. Maka dari itu Tuan Muda Raken marah dan akhirnya menantang Chloe untuk saling bertarung."
"Chloe itu... Pelayan pribadinya Naninna sejak kecil kan? Ternyata dibalik setianya dia terhadap Keluarga Giovanno dan juga Naninna, tersimpan keinginan yang sangat tidak pantas."
"T-terus, bagaimana dengan Naninna? Apa yang dia lakukan terhadap mereka?"
"Saya dengar, Nona Naninna menampar mereka berdua. Sudah jelas mereka tidak berani untuk membalas tamparan itu karena merasa salah dan disisi lain karena rasa cintanya mereka terhadap Naninna. Jadi saya fikir, mungkin itulah faktor utama dari permasalahan tersebut."
Amalia manggut-manggut.
Senyuman misterius mulai terpampang jelas di bibirnya. Jelas ini adalah kesempatan yang langka baginya. Apalagi saat ini Naninna tengah dilanda kecemasan antara pertengkarannya sang sahabat dan juga pelayan pribadinya.
"Nona, hal ini akan memudahkan kita untuk menyusun rencana selanjutnya."