Tak mau anaknya tumbuh menjadi mafia, Erika nekat pergi meninggalkan Ervan, suaminya sendiri. Mengingat sang suami adalah ketua mafia yang paling ditakuti dan kejam.
Demi sang anak, Erika rela meninggalkan kehidupan mewah dan dunia gelapnya. Namun kaburnya Erika tentu tak lepas dari perhatian Ervan. Karena itu, Erika beberapa kali harus berpindah-pindah tempat tinggal untuk menghindari kejaran sang suami.
Suka dan duka dilalui Erika. Hidup di luar dari kebiasaannya tidak mudah. Apalagi saat dia harus bekerja di bawah pimpinan orang. Alhasil Erika mencoba membuat usaha. Ia pergi ke desa dan membeli lahan luas di sana. Erika memutuskan bercocok tanam buah dan sayuran sebagai mata pencaharian baru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7 - Frustasi
Ervan sedang duduk di sebuah bar rahasia. Bar itu mewah dan di isi oleh penjahat kelas kakap. Lokasinya juga sangat tersembunyi dari pengetahuan orang. Sebab dari depan, bar itu adalah sebuah toko barang bekas yang dijaga oleh nenek tua. Namun tak ada yang tahu kalau nenek tua itu merupakan seorang mantan pembunuh bayaran. Orang mungkin bisa tahu jika melihat tato yang tertutupi baju di lengannya.
Ervan menghela nafas panjang. Beberapa hari ini dia tak bisa tidur karena terus memikirkan Erika. Ervan sama sekali tak menyangka hubungannya akan berakhir begini.
Sambil menunggu, Ervan mengingat pembicaraan yang dirinya lakukan bersama sang istri. Ia ingat kalau Erika beberapa kali mengajaknya untuk hidup normal. Perempuan tersebut menyuruh Ervan meninggalkan seluruh harta kekayaannya sekarang.
Ervan tentu menolak ajakan Erika. Dia merasa semakin kesal saat Erika menginginkan anak.
Sebenarnya Ervan sudah berusaha menghubungi Xen terkait pencarian Erika. Namun permintaannya tak kunjung diterima oleh lelaki itu. Xen justru meminta imbalan bisnis ganja yang dimiliki Ervan di Meksiko.
Alhasil Ervan membuang pikiran untuk meminta bantuan Xen. Dia mendatangi rekannya yang bekerja sebagai pembunuh bayaran negara. Itulah alasan Ervan berada di bar rahasia itu.
Setelah lama menunggu, orang yang dinanti Ervan akhirnya datang. Namanya adalah Nicholas, tetapi familiar dipanggil Nick.
"Ada apa ini? Tidak biasanya seorang bos mafia sepertimu mau bertemu baik-baik begini," tukas Nick sembari menyilangkan dua tangan ke dada.
"Kau punya pengalaman berkeliling dunia sampai pelosok. Karena itu aku meminta bantuanmu untuk mencari istriku," ujar Ervan.
"Apa seorang bos mafia sepertimu tak mampu melakukannya?" selidik Nick.
"Tentu saja mampu! Tapi aku cemas kalau anak buahku bekerjasama dengan istriku. Jika itu terjadi, maka sampai kapanpun aku tak akan menemukannya. Bahkan tak ada satu pun yang tahu mengenai kedatanganku ke sini. Jadi beritahu saja berapa bayaran yang harus aku berikan," kata Ervan panjang lebar.
"Sayang sekali. Tapi uangku sudah banyak. Aku tak menginginkan uang sekarang," sahut Nick.
"Lalu? Kau mau apa?" desak Ervan.
Nick menarik sudut bibirnya ke atas. Ia segera memberitahukan apa yang di inginkannya pada Ervan. Ternyata lelaki berbadan kekar itu menginginkan posisi direktur di sebuah perusahaan berbasis teknologi. Dia juga menginginkan rumah yang dibangun di pegunungan.
"Apa kau gila? Kau pikir aku kuli bangunan?!" Ervan dibuat geram. Ternyata sia-sia saja meminta pertolongan orang.
Atau mungkin itulah sudah resiko hidup di dunia penjahat. Sulit untuk mempercayai siapapun. Segalanya pasti butuh imbalan.
Ervan memutuskan kembali ke markas. Dia melarikan diri dari masalah dengan minuman beralkohol. Dalam sekejap Ervan menghabiskan tiga botol alkohol.
Dengan hanya berbalutkan handuk kimono, Ervan berjalan ke depan kaca. Di sana dia bisa melihat pemandangan kota.
Kebetulan di ruangan itu Ervan tak sendirian. Dua orang kepercayaannya juga ada di sana. Mereka tidak lain adalah Tim dan Ronald.
"Apa menurut kalian dia pergi bersama lelaki lain?" celetuk Ervan frustasi.
Tim dan Ronald bertukar pandang. Mereka tak tahu harus menjawab apa.
Namun karena terlalu lama tak menjawab, Ervan jadi marah.
"Kenapa diam saja?! Apa kalian akan pergi juga meninggalkanku seperti Erika?!" geram Ervan. Dia melempar seluruh benda di dekatnya. Termasuk botol bir di meja. Bahkan bak sampah di dekatnya dia tendang begitu saja.
Tetapi siapa yang menduga, akibat tendangan itu, Ervan mengetahui hal mencengangkan. Bagaimana tidak? Dari semua sampah yang berserak, ada sebuah alat tes kehamilan di sana.
mau kemana coba... anak buah udah pada dibantai sama evan
Penasaran akan tindakan Erika menyelesaikan masalah anak² 🤔💪
syukurlah.....
emang cinta itu rumit ya... kita nggak bisa milih mau jatuh cinta ke siapa...🥰🥰🥰