Shana Azizah terpaksa bekerja paruh waktu di sela-sela kuliahnya, orang tuanya terlilit hutang ratusan juta di bank dan terancam mengalami kebangkrutan.
Agar terbebas dari jeratan hutang, orang tua Shana terpaksa menjodohkan Shana dengan anak seorang pengusaha sukses yang usianya 10 tahun lebih tua dari Shana.
Shana mau menerima perjodohan tersebut dengan satu syarat, calon suaminya nanti harus bersedia menafkahi dirinya sebesar 20 juta sehari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan
"Pah, tau gak tadi mama ketemu siapa di Mall?"
Ketika sampai di rumah, Vera begitu antusias untuk menceritakan pertemuannya dengan Anggi kepada Jefry sang suami.
Vera tak peduli sama sekali dengan Shana yang langsung menuju lantai dua dengan muka masamnya.
"Ketemu siapa, mantan kamu?"
Tebak Jefry, setelah melihat wajah istrinya begitu sumringah.
"Ish, ngaco kamu pah! Tadi aku ketemu Anggi." Beritahu Vera.
"Anggi? Anggi teman kuliah kamu dulu mah?"
Tebak Jefry lagi, namun kali ini tebakannya tak meleset.
"Iya bener, katanya anak tunggalnya itu belum menikah sampai sekarang loh pah. Anggi mau jodohin anaknya dengan anak kita? Kamu setuju kan pah?"
Tanya Vera antusias
"Ck. Emangnya si Shana mau di jodohin?" Balas Jefry.
"Shana urusan gampang pah, nanti mama bujuk dia. Yang penting papa setuju kan?" Ucap Vera.
"Suaminya Anggi pengusaha sukses lho pah, siapa tau kalau kita jadi besan mereka, mereka bisa bantu perusahaan kita supaya bangkit lagi" Lanjut Vera lagi.
"Hmmm..boleh juga. Kapan lagi kita punya besan pengusaha sukses? Daripada Shana menikah dengan orang yang salah. Jangan sampai Shana kayak kakaknya yang cuma punya suami seorang polisi."
Akhirnya Jefry luluh juga dan menyetujui perjodohan itu.
"Jadi kamu setuju pah? Kalau gitu mama hubungi Anggi sekarang ya." Kata Vera dengan wajah sumringahnya.
Jefry pun menganggukan kepalanya sebagai tanda setuju.
***
***
"Jadi suami kamu setuju Ver, dengan perjodohan Alvin dan Shana?" Anggi memastikan apa yanga baru saja ia dengar dari Vera lewat sambungan telepon.
"Oke, secepatnya kami akan datang ke rumah kamu untuk melamar Shana." Beritahu Anggi dengan mata berbinarnya.
Tut...tuttt! Panggilan telepon antara Vera dan Anggi terputus.
senyum Anggi merekah, saat mendengar Jefry sudah setuju dengan perjodohan anak-anak mereka.
"Alvin, hari minggu Lusa kosongkan jadwal kamu! Kita akan berkunjung ke rumah calon istri kamu untuk lamaran."
Ujar Anggi antusias, kala melihat Alvin baru pulang dari nge gym olahraga rutinnya setiap hari.
"Apaan si mah, calon istri siapa?"
Alvin pura-pura tak mengerti, padahal pria tampan itu sangat paham dengan maksud sang mama.
Karna ini bukan pertama kalinya Anggi mencoba menjodohkan Alvin, sudah puluhan wanita hendak di jodohkan dengannya dan sebanyak itu pula Alvin menolak perjodohan tersebut.
Alvin adalah pria yang tampan serta pewaris tunggal di perusahaan yang didirikan papanya, jadi bukan hal yang sulit untuknya mencari calon Istri.
Namun pengkhianatan yang di lakukan Alice mantan tunangannya 5 tahun yang lalu, begitu meninggalkan luka yang mendalam di hati pria tampan itu.
Hingga kini Alvin tak pernah tertarik lagi menjalin hubungan dengan wanita manapun.
"Sudah, kamu nurut saja apa kata mama! Gadis ini anak dari sahabat Mama waktu kuliah dulu, jadi kamu harus setuju dan gak boleh nolak!"
Gertak Anggi pada sang putra, namun tak sedikitpun membuat Alvin gentar.
"Ya, tapi aku gak janji mah"
Jawab Alvin dengan wajah datarnya, pria itu pergi meninggalkan sang mama lalu berjalan menuju ke arah kamarnya.
***
***
Hari pertemuan pun tiba.
Alvin duduk di sofa singel yang berada di ruang tamu rumah Jefry, sedangkan mama dan papanya duduk di sofa yang lebih panjang.
Mau tak mau Alvin menuruti keinginan sang mama untuk menemui gadis yang akan di jodohkan dengannya.
"Mama harap kamu gak bikin ulah kali ini, sudah saatnya kamu harus menikah. Mama udah kepengen nimang cucu!"
Ultimatum Anggi pada putranya, karna yang sudah-sudah Alvin selalu berulah dan membatalkan perjodohan yang sudah dirancang olehnya.
"kalau mama mau cucu aku bisa kasih secepatnya tanpa harus repot-repot menikah."
Jawan Alvin ceplas-ceplos dengan gaya santainya.
"Hust, sembarangan kamu. Mama mau cucu yang sah, yang lahir dari istri kamu. Bukan anak di luar nikah!"
Anggi membulatkan matanya ke Arah Alvin.
***
"Jadi bagaimana pak Jefry? Apa pak Jefry menerima lamaran kami untuk Shana putri anda?"
Tanya Herman papanya Alvin dengan wajah penuh wibawa dan ketenangan.
"Saya bagaimana anak-anak saja pak Herman. Ini kan bukan zaman Siti Nurbaya lagi, saya serahkan semua keputusan pada Shana dan Alvin saja."
Jefry sedikit berbasa-basi padahal diapun sangat mengharapkan perjodohan ini terjadi, apalagi tujuannya kalau bukan untuk menyelamatkan perusahaannya yang sedang di ambang kehancuran.
"Oh ya, dimana Shana? Dari tadi kami belum melihat calon menantu kami itu?"
Anggi dengan yakinnya memanggil Shana dengan sebutan calon menantu, padahal Ia belum sekalipun melihat sosok Shana.
"Nah itu dia Shana."
Jefry menunjuk ke arah tangga, dimana ada Shana yang didampingi Vera berada.
Anggi sangat terkejut melihat sosok Shana, yang tak lain adalah pelayan restoran yang telah menjatuhkan makanan pesanannya tempo hari, begitupun dengan Shana yang tak kalah terkejutnya.
"Gawat itu kan Ibu-ibu cerewet yang gak sengaja makanannya aku jatuhin tempo hari."
Gumam Shana dalam hati.
"Ini Shana putri kami."
Jefri memberi isyarat pada Shana agar mencium tangan calon mertuanya, Shanapun menurut.
"Wah cantik ya, Vin."
Ucap Herman sembari menatap ke arah putranya.
"hmmm. Biasa aja"
Balas Alvin dengan wajah datarnya. Netranya masih fokus menatap ke arah ponsel, tak sedikitpun tertarik menatap ke arah gadis cantik di hadapannya.
"Aduh ini pasti cuma mimpi buruk, jangan sampe gue punya mertua galak and suami kaku kayak kanebo kering macam gitu"
Gerutu Shana dalam hati, saat melihat calon suami dan mertuanya.
"Shana, sini duduk sayang."
Ucap Anggi ramah, Ia singkirkan kenangan buruk tentang pertemuan pertamanya dengan Shana yang kurang menyenangkan. Karna wanita paruh baya itu tidak mau anaknya gagal menikah lagi.
"I-iya tante"
Shana menurut walaupun awalnya Ia nampak ragu.
Anggi memang terlihat lebih lembut sekarang, berbeda dengan saat pertama mereka bertemu di restoran dulu. Namun Shana masih ragu dengan kebaikan calon mertuanya itu.
"Jangan-jangan ini cuma jebakan, sekarang dia bersikap manis. Nanti kalau udah jadi mertua baru nyiksa gue"
Shana terus berfikir negatif.
"Shana sibuk apa sekarang nak? Apa masih kuliah atau sudah kerja?"
Tanya Herman pada gadis muda dihadapannya.
"Shana masih kuliah om, sambil kerja juga. Tapiii...sekarang udah gak"
Jawab Shana ragu, sambil melirik Ke arah Anggi, karna walau bagaimanapun karna Anggilah Shana sampai kehilangan pekerjaannya.
"Oh gitu, kamu bersedia untuk menikah dengan Alvin putra om?"
Herman kembali bertanya.
Ingin rasanya Shana berkata "TIDAAAAKKK!!" namun Ia tahan, Shana akan mencari kata yang lebih halus untuk menolak perjodohan tersebut.
"Aku bersedia menikah, asalkan suamiku nanti bersedia untuk memberi nafkah sebesar 20 juta sehari."
Shana tak benar-benar serius mengucapkannya, hal itu Ia lakukan untuk menolak perjodohan secara halus. Shana berharap dengan permintaan konyolnya itu perjodohan akan dibatalkan.
"Shana jaga bicara kamu!"
Sentak Jefry sambil menatap tajam ke arah putrinya.
Bukan hanya Jefry kini semua orang menatap tajam ke arah dirinya, termasuk Alvin yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya.
Alvin yang biasanya akan menolak perjodohan yang dirancang mamanya dengan tegas, justru merasa tertantang karna mendengar ucapan gadis dihadapannya.
"Hem...punya keistimewaan apa cewek ini sampai berani minta nafkah 20 juta sehari"
Alvin menatap Shana penuh selidik.
"Baiklah saya setuju untuk menikah dengan Shana." Jawab Alvin lugas.
Vera itu termasuk ibu gila, emak sinting, mama sinting, mommy gak waras
sabar ya Na