Asyh, gadis belia yang pergi ke Amerika untuk melanjutkan studinya. Baru saja sampai ke Negara Paman Sam itu. Asyh sudah menyaksikan kejadian yang membuat hatinya begitu terluka yakni dang kekasih berselingkuh dengan wanita lain.
Lari dari pria 'jahat' itu adalah pilihan Asyh satu-satunya. Dengan segala kekecewaannya, Asyh berlari hingga ke basement apartemen sang kekasih dan malah tidak sengaja menyaksikan sebuah adegan pembunuhan keji.
Asyh dilepaskan oleh dua orang pria yang melakukan pembunuhan itu. Sayangnya, tanpa ia sadari semua itu adalah awal 'kehidupan barunya'.
WARNING!!!
Terdapat Unsur Dewasa dan Adegan Kekerasan di Beberapa Bab!
Harap Bijak Memilih Bacaan dan Bacalah Sesuai Dengan Usia Anda!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZmLing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membujuk
Tiga Hari Kemudian
"Darling, aku mohon bangunlah!" Arlen menggenggam erat tangan Asyh.
Sudah tiga hari berlalu dan Asyh setia tertidur.
Tiga hari itu pula Arlen setia merawatnya dengan baik. Tidak sekalipun Arlen meninggalkan Asyh sendirian
Air mata Arlen selalu lolos begitu saja dari mata tajamnya yang kini hanya menujukkan penyesalan dan kerapuhan.
Asyh sudah dibaringkan terlentang karena luka bekas cambuknya sudah pulih dan dokter yang menangani Asyh mengatakan luka besar itu tetap akan meninggalkan bekas setelah benar-benar sembuh nanti.
Beberapa pelayan bahkan dokter keluarga Arlen berusaha membujuk Arlen agar setidaknya makan dan minum, namun Arlen tidak bergeming dsn setia duduk di samping Asyh dan menggenggam erat tangan Asyh.
"Arlen, kau bisa benar-benar tumbang jika kau terus menyiksa dirimu seperti ini. Makanlah sedikit!" Dokter itu kembali membujuk Arlen.
"Tidak bibi, Keyren. Asyh ku marah padaku, dia enggan bangun untuk memarahiku. Jadi aku juga tidak akan makan apapun sebelum dia bangun dan memarahiku." Arlen kembali menitikkan air matanya.
Tidak ada lagi Arlen yang kejam dan beringas selama tiga hari ini.
"Sebenarnya apa yang terjadi padamu, darling?" Arlen sambil mengelus puncak kepala Asyh tanpa henti.
Hah...
Dokter Keyren menghela nafas kasar.
"Arlen, aku ingin mengatakan sesuatu tentang kondisi Asyh yang sebenarnya. Tapi aku harap kau bisa menerima dengan lapang dada." Dokter Keyren mendekati Arlen dan meremas pelan pundak Arlen.
"Apa? Katakan saja!" Arlen tanpa mengalihkan pandangannya dari Asyh.
"Alam bawah sadar Asyh seolah membentuk dunia lain yang lebih indah dan membuatnya betah tertidur selama ini. Hal ini tidak bisa dikatakan sebagai koma ataupun mati suri. Ada trauma besar yang pernah Asyh lalui dulu dan sepertinya berkaitan dengan cambuk. Maka dari itu sejak ia pingsan, alam bawah sadarnya membentuk sebuah dunia yang indah dan seolah menariknya agar tetap betah di sana." Dokter Keyren menjelaskan.
Arlen cukup kaget mendapatkan fakta yang aneh ini.
"Jadi, apa Asyh ku tidak akan pernah bangun lagi?" Arlen semakin erat menggenggam tangan Asyh.
"Hanya satu cara dan itupun berisiko buruk." Dokter Keyren serasa enggan mengatakannya.
"Katakan! Katakan apa yang bisa membawa Asyh ku kembali!" Arlen kini menatap dokter Keyren serius.
"Bunyi keras dari cambuk! Tapi sayangnya, jika Asyh bisa terbangun ketika mendengar suara cambuk, ia bisa saja kembali mengingat hal-hal buruk yang ia alami dan berkaitan dengan cambuk dulu. Hal ini bisa memicu depresi mendadak dan mengganggu ketentraman jiwanya." Dokter Keyren menatap iba pada Asyh.
"Apa tidak ada cara lain?" Arlen bertanya penuh harap.
"Sayangnya tidak ada! Ia nyaman berada di alam bawah sadarnya dan ia hanya bisa dibangunkan oleh rasa takutnya." Dokter Keyren menjelaskan dengan rasa bersalah.
"Bagaimana mungkin aku menyiksanya dengan cara seperti itu?" Arlen menggeleng keras seolah menolak ide dari dokter Keyren.
"Semua tergantung padamu, Arlen. Asyh adalah gadismu, dan kau berhak menentukan pilihan untuknya." Dokter Keyren hendak melangkah keluar.
"Dan tentang Xello ... "
"Aku tidak ingin mendengar apapun tentangnya!" Arlen memotong perkataan dokter Keyren.
Dokter Keyren mengangguk dan keluar dari kamar Arlen dengan berat hati.
"Darling, bangunlah! Apa kau tidak merindukanku? Aku merindukanmu! Aku rindu senyumanmu, aku rindu ocehanmu! Aku rindu semua yang kau lakukan! Bangunlah, sekali saja! Jika setelah itu kau mau tidur lagi, aku akan menemanimu." Arlen terus saja berbicara untuk membujuk Asyh.
Arlen yakin Asyh bisa mendengarnya meski sedang tertidur seperti itu.
"Baiklah, jika kau tetap tidak ingin bangun. Aku tidak memaksamu! Terus saja menjadi putri tidur, dan aku akan mencari wanita lain untuk menemaniku." Arlen merubah bujukannya berharap bisa memancing Asyh.
Benar saja, Asyh merespon dengan menggerakkan jarinya yang berada dalam genggaman Arlen.
"Cih..kau ternyata cemburuan juga. Lihat saja, jika malam ini kau masih bermalas-malasan dan tidak ingin bangun, aku akan membawa wanita ****** dan bermain di sampingmu." Arlen memberi ancaman dan lagi-lagi Asyh menggerakkan jarinya.
Arlen tersenyum.
•••••••••••••
"Bangsat! Dia sedang sekarat dan kau malah berencana untuk mengkhianatinya? Bahkan kau mengatakan hal itu padanya? Benar-benar tidak punya hati!" Xello bergumam kesal dan sedari tadi ia mendengar semua obrolan Arlen dan dokter Keyren tentang kondisi Asyh.
"Aku harus bisa membuat dia keluar dari kamarnya agar aku bisa masuk! Aku yakin aku bisa membangunkan Asyh." Xello memutuskan untuk kembali ke kamarnya.
•••••••••••••
Hari kembali berganti malam, sayangnya hal itu tidak membuat seorang Arlen mau beranjak dari tempat duduknya.
Meski sudah mendapatkan sedikit respon dari Asyh, nyatanya tidak bisa membuatnya berpaling dan beranjak sedikitpun dari tempat duduknya.
"Arlen." Dokter Keyren masuk lagi ke dalam kamar Arlen.
"Arlen, kau harus makan meski sedikit. Aku yakin, kau pasti tidak ingin saat Asyh bangun nanti, dia tidak melihatmu karena kau jatuh sakit kan? Ayo, kita turun dan kau harus makan sesuatu." Dokter Keyren berusaha membujuk Arlen lagi.
"Kau benar. Aku harus menjadi orang pertama yang ia lihat saat ia bangun nanti." Arlen bangkit dari duduknya.
"Tunggu aku, darling." Arlen mengecup singkat kening Asyh dan dengan malas ia melangkah keluar meninggalkan Asyh.
"Semoga kau adalah orang yang tepat untuknya." Dokter Keyren mengelus lembut puncak kepala Asyh kemudian juga keluar dari kamar Arlen untuk menyusul Arlen.
Dokter Keyren telah sampai di ruang makan bersama Arlen.
"Makanlah!" Dokter Keyren memberikan sepiring makanan kepada Arlen.
Ia sudah menganggap Arlen dan Xello seperti putranya karena ia mengenal kedua pria itu sejak kecil.
Arlen menerima piring berisi makanan dari tangan dokter Keyren.
Arlen tidak langsung menyantap makanannya melainkan hanya menatapnya dengan tatapan kosong.
"Arlen, ayo dimakan!" Dokter Keyren menegur Arlen.
Dengan malas Arlen menyuap makanan itu masuk ke dalam mulutnya.
"Rasanya hambar." Arlen bermonolog sendiri.
Dokter Keyren hanya tersenyum kecil dan tulus mendampingi Arlen.
"Aku kenyang!" Arlen menghentikan makannya pada suapan ke empat.
"Minum dulu, dan setelah itu kau bisa menemani Asyh lagi." Dokter Keyren memberikan segelas air putih kepada Arlen.
Arlen meneguk seperempat gelas air itu dan meletakkan gelasnya kembali di meja.
Tanpa mengatakan apapun, Arlen melangkah kembali ke dalam kamarnya.
"Asyh.." Arlen bergumam panik.
Segera ia memutuskan untuk berlari menuju kamarnya.
"ASYH.."
...~ TO BE CONTINUE ~...
pelakor dilaknat dan dibinasakan
sedangkan
pebinor bebas berbuat semuanya dan diperlakukan lembut, kesalahan beres begitu saja, bahkan pebinor diperlakukan sangat lembut melebih sang suami
ini pemikiran menjijikan dari wanita jablay dan munafik yang dibawa kedalam novel