CERITA INI MENGANDUNG 21++. DISARANKAN BIJAK MEMILIH BACAAN!
DISARANKAN JUGA UNTUK TIDAK AMBIL SERIUS CERITA INI. TUJUAN AUTHOR UNTUK MENGHIBUR NGANA SEMUANYA.
Miya Andara, seorang perempuan berkaca mata, berpenampilan sederhana yang bekerja di sebuah perusahaan property terbesar di Jakarta, tidak menyangka akan terjebak di dalam sebuah pernikahan dengan seorang lelaki yang ia temukan dalam kondisi mabuk pada suatu malam.
Bagas Gumilang, seorang CEO perusahaan property besar itu tidak bisa menolak permintaan ayah dan ibunya untuk menikahi Dara saat mereka kedapatan di dalam kamar yang sama.
Bagas yang sudah memiliki kekasih mau tidak mau harus menikahi Dara atas desakan kedua orangtuanya yang terlanjur salah paham.
Akankah keduanya bertahan dalam hubungan tanpa cinta yang akhirnya mengikat mereka dalam pernikahan dadakan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malu-Malu Meong
Bangun pagi keesokan harinya, Dara menemukan ranjang tempat ia tidur semalam hanya tinggal dirinya sendiri. Bagas entah kemana. Dara buru-buru meraup selimut saat ia melihat tubuhnya yang sudah polos itu. Matanya juga menangkap bercak merah di seprai putih yang ia tiduri semalam.
"Yah... mantan perawan aku sekarang." desis Dara agak tidak rela. Tapi mengingat percintaannya dengan Bagas malam tadi, jadi buat ia senyum-senyum sendiri.
Dara menyeret tubuhnya, mengambil handuk yang terlipat rapi di atas nakas lalu masuk ke dalam kamar mandi. Saat sudah sibuk dengan air, samar-samar Dara mendengar pintu kamar penginapan terbuka. Dara buru-buru mengunci pintu kamar mandi, sebab ia tahu, buaya gondrong bisa masuk kapan saja seenak udel.
"Yaahhhh, Dara. Kok dikunci sih?" Panjang umur buaya baru juga di omongin.
"Aku tar lagi selesai, Mas." Dara berteriak dari dalam kamar mandi. Sumpah demi apapun saat ini Dara belum siap ketemu Jeki lagi.
"Curang lo, eh kamu. Padahal aku udah bayangin kita mandi berdua kayak film romantis yang semalem aku tonton." balas Bagas setengah berteriak pula.
Dari dalam kamar mandi, Dara jadi terkikik geli. Ia tidak mau menggubris guyonan dewasa suami gondrongnya itu dulu. Masih pagi dan Dara belum siap ketemu Jeki lagi saat ini.
Keluar dari kamar mandi, dengan hanya memakai handuk berwarna putih, Bagas menatap Dara sambil merem melek. Sumpah punya istri seksi itu serasa kawin sama angelina joli. Setidaknya begitulah perumpamaan Bagas saat ini. Dialah sang buaya gondrong jelmaan Brad Pitt. Bagas tersenyum bangga sambil menatap cermin. Tapi kemudian ia jadi teringat Jordi, burung Beo yang agak tidak tahu diri. Spesies langka yang suka sekali mengejek Bagas.
"Waw, aku seperti melihat bidadari berhanduk putih." ujar Bagas dengan konyolnya saat Dara tengah sibuk mengibas rambutnya yang setengah basah. Terjadi adegan slow motion lagi saat ini. Dara bikin Bagas jadi pusing. Kenapa jiwa mesum ini selalu meronta setiap aku melihatnya, Tuhan? Bagas mengeluh di dalam hati.
"Mas... baju aku ada di kamar sebelah. Tolong ambilin ya." ujar Dara sambil mendekat ke arah suaminya yang masih terpana.
"Berikut perangkat dalamnya, Ra?" tanya Bagas bego. Dara segera mendekati suaminya itu lagi lalu sedikit berjinjit ia berbisik, bikin yang dibawah jadi nyeri lagi.
"Iya Mas, ambil yang warna merah." Dara kembali ke tempatnya, dengan wajah sudah merona semerah benda yang akan diambil dengan warna serupa.
Bagas segera melakukan perintah istrinya itu. Ia berjalan dengan sumringah, lalu mengambil kemeja Dara juga rok selututnya. Saat keluar dari kamar Dara, pelayan tempat itu tampak keheranan melihat Bagas keluar dengan membawa baju perempuan.
"Lho, Mas, kan bukan suami istri gak boleh satu kamar, Mas bisa dilaporin." cegat pelayan itu membuat Bagas jengah.
"Laporin aja, sekalian buat diberita acara saya udah merawanin penghuni kamar sebelah juga, barang bukti ada di sprei kamar saya." sahut Bagas dengan kesal.
Si pelayan cuma menatap tamu ganteng itu sambil geleng-geleng kepala.
"Aku harus mencari orang pintar untuk menetralisir penginapan ini. Sebab kami udah kecolongan, tempat ini sudah ternodai." Pelayan lelaki bertulang lunak itu bergumam sendiri. Bagas hanya mendengus kesal lalu masuk lagi ke kamarnya dimana Betty Lapea sedang menunggu baju-bajunya.
"Emangnya gue hantu mesti di netralisir segala." Bagas ngedumel sendiri.
"Kenapa sih, bete gitu?" tanya Dara.
"Masa mereka gak percaya kita memang suami istri. Apa aku tunjukkin sprei yang udah ternoda itu aja sebagai buktinya?" sahut Bagas sambil menunjuk sprei dengan noda darah itu. Dara hanya memalingkan wajah, ia jadi malu sendiri jika mengenang hal semalam.
Bagas yang melihat wajah Dara kembali memerah jadi ingin menggodanya lagi.
"Pakai bajunya sana, kamu mau kita gitu lagi?" Bagas mendekat, membuat Dara mundur sejengkat.
"Ih, kamu tuh gak bisa apa gak mesum sehari aja." desis Dara kesal.
"Gak bisa, Ra. Aku udah ditakdirkan untuk melestarikan kelebihan ini."
"Kelebihan mesum maksud kamu?" tanya Dara sambil memakai Bra nya, tentu dengan berbalik badan agar Bagas tidak khilaf.
"Udah level kronis, Ra. Apalagi kalo lihat kamu kayak semalem itu."
Ucapan Bagas itu sukses membuat Dara malu setengah mati. Ia jadi mempercepat gerakan memakai pakaian, sebelum Bagas juga Jeki dan Nyai kompak kehilangan kendali. Bisa gawat!
"Mas Bagas, udah jangan bahas itu dong." sergah Dara cepat.
Bagas bergegas menghampiri Dara yang sudah berpakaian lengkap. Ia memeluk Dara dari belakang membuat Dara tak berkutik.
"Udah kayak semalem kok masih malu-malu meong sih?" bisik Bagas tepat di telinga Dara, membuat Dara jadi geli dan nyeri di saat bersamaan.
"Aku kan baru, Mas, kayak gitu. Masa kamu gak ngerti?" sahut Dara membuat Bagas jadi tersenyum mendengarnya.
"Ngerti kok. Jadi sekarang kita pulang ya?"
"Aku laper, mau makan dulu." balas Dara jujur.
"Oh iya, laper gara-gara keringetan semalem ya?" goda Bagas lagi. Dara segera menunduk, malu-malu tapi mau.
"Ayo cepetan Mas, aku bisa gemetaran kalo telat makan." ujar Dara lagi berusaha mengalihkan pembicaraan.
Bagas mengangguk kemudian melepaskan pelukannya. Ia menggandeng lengan Dara, mereka akan check out pagi ini juga setelah sarapan.
Bagas sendiri sudah mandi sebelum Dara bangun tidur, tadinya ia memang sedang bersantai di luar kamar tapi begitu mendengar suara air ia buru-buru masuk dan sialnya Dara mengunci pintu kamar mandi.
Gagal sudah pertempuran pagi ini. Tapi, Bagas merasa bahagia saat ini. Entah karena ia dan Dara sudah making love semalam tadi atau karena sudah sama-sama menyadari perasaan masing-masing.
Nikah tuh ternyata gak seburuk yang ia bayangkan, seenggaknya kalau istrinya Dara ya ternyata menyenangkan. Batin Bagas.
"Aku ulang tahun loh tiga bulan lagi." ujar Bagas pada Dara saat mereka sedang sarapan di warung makan sederhana yang berada tak jauh dari tempat penginapan.
"Kamu mau kado apa?" tanya Dara setelah menelan makanannya.
"Mau kamu sama Nyai ajalah." sahut Bagas penuh arti.
"Ih, mesum banget kamu nih."
"Ya, mesum sama istri sendiri masa gak boleh sih Betty!" Bagas melempar tisu ke muka Dara membuat Dara membalas dengan melakukan hal serupa.
"Dasar buaya gondrong!" desis Dara kesal. Bagas hanya tertawa melihatnya.
"Nanti aku anterin kamu ke kantor dulu, tapi aku ada keperluan di luar. Satu jam dari itu aku balik." ujar Bagas, Dara hanya manggut-manggut saja.
"Gak boleh telat dari satu jam ya." mode galak khas sekretaris kepercayaan papa keluar lagi bikin Bagas jadi keki.
Ternyata meski sudah mesra-mesraan, Dara tetap saja si sekretaris bawel yang akan mengatur jam bekerjanya Bagas dengan tegas. Bagas hanya menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. Resiko bini sekaligus sekretaris ya gini. Udah ngalah aja Jek, demi Nyai juga kan ini.
Mana yg aku inget cuman nama peran laki lakinya aja pokoknya namanya Bagas, trus istrinya sekretaris dia.
Yahh pokoknyaa senenggg bgtttt akhirnya ketemu sama novel ini, udah pengen baca ulang dari tahun kemarin tapi ga ketemu mulu.