Kakak dan adik yang sudah yatim piatu, terpaksa harus menjual dirinya demi bertahan hidup di kota besar. Mereka rela menjadi wanita simpanan dari pria kaya demi tuntutan gaya hidup di kota besar. Ikuti cerita lengkapnya dalam novel berjudul
Demi Apapun Aku Lakukan, Om
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naim Nurbanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Kino dan dokter Rudi saling bertukar pandang, napas mereka memburu saat melihat bibir Tuan Marcos yang membengkak tak wajar. Wajah pria itu tampak tak seperti biasanya, lehernya merah tua, bekas kasar seolah ada yang mencengkeram kuat sampai meninggalkan jejak. Kino menatap tajam, rahangnya mengeras. Dalam benaknya bergolak,
“Apa benar Wanda yang lakukan ini?”
Ia menahan gelisah, mencoba menyusun alasan lain meski rasa curiga terus menggantung. Sementara itu, dokter Rudi mengusap dagunya pelan, matanya menyipit mencerna luka itu. Namun, tanpa mereka sadari, kedua pria itu menyimpan keyakinan yang sama: Wanda pasti memiliki andil besar dalam penderitaan yang dirasakan sang CEO muda itu. Kino mengerjapkan matanya, rasa penasaran merayapi seluruh dirinya saat menatap wajah Tuan Marcos yang terdiam dalam luka..
Kino menatap kosong ke arah jauh, pikirannya berputar liar. "Kenapa Wanda sampai melakukan hal itu?" gumamnya pelan, hati sesak.
Tangannya menggenggam kuat, seolah ingin meremas semua kebingungan yang menggelayut di benaknya. Keputusan tiba-tiba muncul di benaknya: dia harus mencari tahu alasan sebenarnya. Di ruang sebelah, Dokter Rudi duduk termenung, keningnya berkerut. Nafasnya berat, dada terasa sesak saat pikirannya bertanya-tanya.
"Apakah Wanda memaksa Tuan Marcos tanpa sedikit pun rasa empati? Ataukah ini cuma cara dia membuktikan kekuasaan?"
Suaranya hampir seperti bisikan yang kalah oleh riuhnya keraguan. Keduanya sama-sama merasakan beban yang menekan dada. Pertanyaan demi pertanyaan mendera, tapi jawaban pasti masih tersembunyi di balik bayang-bayang. Namun satu hal jelas: mereka tak bisa diam melihat Tuan Marcos terjerat dalam badai ini. Harus ada terang yang menyelinap di balik gelap, dan kebenaran tentang Wanda harus mereka ungkap sampai ke akar.
"Kenapa kalian melihat ku seperti itu? Dokter, lekas periksa wanita itu. Badannya masih demam," ucap tuan Marcos.
Dokter Rudi langsung tersadar. Pria itu segera memeriksa sekretaris pribadi tuan Marcos dengan teliti.
"Kenapa masih demam sih? Seharusnya kalau mereka sudah melakukan hubungan badan reaksi obatnya sudah hilang karena hasratnya telah terlampiaskan. Tapi kenapa tubuh wanita ini masih panas?"
Dokter Rudi mulai berpikir keras. Pria itu akhirnya membuatkan resep supaya secepatnya ditebus ke apotik untuk diminumkan pada Wanda.
"Tuan Marcos, ini resep obat yang baru saja saya buat. Tolong segera ditebus obatnya di apotik. Semoga resep obat yang saya buat ini akan meredakan panas pada wanita ini," ucap dokter Rudi seraya memberikan secarik kertas tulisan nya.
Tuan Marcos menerimanya. Lalu kembali menyodorkan pada asisten pribadinya. Kino segera keluar dari ruangan itu dengan tujuan ke apotik terdekat dari perusahaan itu.
Kini di ruangan itu tinggal tuan Marcos beserta dokter Rudi. Sementara Wanda masih terlihat berbaring tidak sadarkan diri.
"Tuan Marcos, ada satu pertanyaan yang harus saya utarakan pada tuan Marcos. Tapi sebenarnya ini sangat pribadi sekali. Tapi terpaksa harus saya tanyakan pada anda. Ini berkaitan dengan wanita itu," ucap dokter Rudi dengan bicara yang sedikit pelan.
"Apa itu, dokter? Silahkan jika anda ingin bertanya sesuatu? Aku tidak akan keberatan," sahut tuan Marcos dengan mengerut keningnya. Dokter Rudi menarik napasnya dalam-dalam sebelum dirinya mengutarakan semua yang ada dipikiran nya.
"Begini tuan Marcos. Sebenarnya wanita itu dalam pengaruh obat bius atau perangsang. Jika wanita tersebut mendapatkan lawan untuk meluapkan hasrat seksual nya, obat perangsang itu akan mereda dan tubuh wanita itu akan kembali normal," Dokter Rudi menjelaskan. Tuan Marcos menyimak dengan serius.
Tuan Marcos mencondongkan tubuh sedikit ke depan, kedua alisnya berkerut tajam. Matanya menyipit, seolah menahan sesuatu yang ingin dia lontarkan.
"Lalu?" suaranya pelan tapi penuh tantangan.
"Sebelum saya dan asisten pribadi Anda masuk ke ruangan, apakah Tuan Marcos sudah melakukan hubungan badan dengan wanita itu?"
Dokter Rudi bertanya dengan suara pelan, ragu. Matanya sesekali menghindar, mencoba menahan canggung di suasana itu. Tuan Marcos langsung memotong, alisnya mengerut,
"Maksud dokter, apakah aku dan Wanda tadi sudah melakukan hubungan intim?" Dokter Rudi mengangguk cepat, sedikit tersenyum kaku,
"Betul, Tuan. Maaf kalau pertanyaannya terdengar aneh. Tapi, kalau memang begitu, seharusnya sekretaris Anda merasa lebih lega setelah melalui efek obat bius itu."
Tuan Marcos menelan ludah, dadanya berdebar tak menentu. Perlahan ia mulai mengerti maksud dokter, namun ada getir yang terselip di sudut pikirannya.
"Sebelum aku sempat membukakan pintu untuk dokter, sebenarnya aku dan Wanda sudah berusaha melakukan pertolongan. Tapi kenapa tubuh Wanda masih terasa panas, bahkan sekarang dia sudah tak sadarkan diri?” suara Tuan Marcos bergetar, matanya menatap tajam ke arah dokter. Dokter Rudi menghela napas panjang, kemudian berkata dengan suara berat,
“Kalau begitu, saya harus lakukan sekali lagi. Ini penting, kalau tidak, bisa berdampak serius pada saraf wanita itu.”
“Apa maksud dokter?” tanya Tuan Marcos, pandangannya penuh kecemasan.
Namun dokter itu sudah berbalik dan melangkah keluar ruangan tanpa menjawab lagi. Dia meninggalkan ruangannya kepada Tuan Marcos, memberi ruang sekaligus beban besar untuk memulihkan keadaan Wanda.
Pintu ruangan ditutup rapat, dan kali ini Tuan Marcos menguncinya dari dalam. Napasnya bergemuruh, dia dengan perlahan melepas jas dan kemejanya, matanya tak lepas dari sosok Wanda yang terbaring lemah, mengenakan pakaian kerja yang kusut. Satu per satu bajunya ia lepaskan, tangan gemetar menelusuri lekuk tubuh wanita itu, antara cemas dan harap yang mengganjal.
Tuan Marcos menatap Wanda dengan nada setengah cemberut, tangannya menyandarkan tubuhnya ke ranjang empuk berlapis sutra di kamar pribadinya yang bersebelahan dengan ruang kerja.
"Ah, setelah ini kamu harus bayar aku mahal, Wanda. Hari ini aku jadi pria gigolo yang ngelayanin kamu sampai puas. Nyebelin banget!" ucapnya sambil tersenyum licik.
Tubuh atletisnya perlahan menghampiri, jari-jarinya menelusup lembut ke rambut Wanda. Ia mengecup kening wanita itu seolah hendak minta izin membuka babak baru pertempuran panas di antara mereka.
Lambat laun bibir dingin itu beralih ke bibir mungil Wanda, mencoba menunggu responnya. Namun, Wanda justru diam membeku, matanya terpaku ke langit-langit tanpa ekspresi.
Aroma harum tubuh Wanda yang hangat menguar di udara, mengundang rasa ingin tahu Marcos semakin dalam.
"Aku suka bagian ini," bisiknya seraya mengusap perlahan punggung dan lengan Wanda, seolah ingin menyimpan momen itu dalam ingatannya.
Pria itu mulai mencium leher jenjang Wanda dengan penuh kelembutan dan ketertarikan. Wanda, yang masih terhanyut dalam ketenangan, belum memberikan respons.
"Apa yang sebenarnya dia inginkan?" pikir Wanda dalam hati.
Setiap lekuk tubuh Wanda yang terbuka mendapatkan perhatian lembut dari Tuan Marcos yang berpengalaman. Kini, Tuan Marcos beralih ke bagian bawah perut Wanda, mengusapnya dengan halus dan sesekali menekan dengan lembut menggunakan jarinya.
"Kenapa dia melakukan ini padaku? Apakah dia benar-benar tertarik denganku atau hanya main-main?" batin Wanda semakin bingung dan tidak berani mengeluarkan suara.
Tindakan itu membangkitkan reaksi dari tubuh Wanda, wanita itu mulai menggeliat, tampaknya merasa geli dan aneh ketika bagian sensitifnya diraba oleh Tuan Marcos.
"Aku harus bagaimana? Apakah aku harus menolaknya atau membiarkan dia melanjutkan?" pertanyaan-pertanyaan ini terus berkecamuk dalam pikiran Wanda.
kau ini punya kekuatan super, yaaakk?!
keren, buku baru teroooss!!🤣💪