Liana adalah seorang wanita yang paling berbahagia karena ia bisa menikah dengan lelaki pujaannya, Yudistira. Hidupnya lengkap dengan fasilitas, suami mapan dan sahabat yang selalu ada untuknya, juga orang tua yang selalu mendukung.
Namun, apa yang terjadi kalau pernikahan itu harus terancam bubar saat Liana mengetahui kalau sang suami bermain api dengan sahabat baiknya, Tiara. Lebih menyakitkan lagi dia tahu Tiara ternyata hamil, sama seperti dirinya.
Tapi Yudistira sama sekali tak bergeming dan mengatakan semua adalah kebohongan dan dia lelah berpura-pura mencintai Liana.
Apa yang akan dilakukan oleh Liana ketika terjebak dalam pengkhianatan besar ini?
"Aku gak pernah cinta sama kamu! Orang yang aku cintai adalah Tiara!"
"Kenapa kalian bohong kepadaku?"
"Na, maaf tapi kami takut kamu akan...."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Poporing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16 : Konsultasi
Liana terbaring di dalam ruangan dan untung nyawanya masih dapat diselamatkan. Yudis akhirnya datang ke rumah sakit itu. Di sana ia langsung kena semprot oleh ayahnya Liana.
"Kamu! Ngapain kamu kemari!?" Amarah pria itu langsung melonjak tajam. Dia segera memukul Yudis yang baru saja sampai.
"Pak, tenang! Ibu yang panggil dia kemari!" Ibunya Risa berusaha menarik sang suami dan menjelaskan kalau kedatangan Yudis atas permintaannya..
"Ibu buat apa sih, manggil di kemari?" Ia menatap kesal ke arah sang istri karena bertindak tanpa persetujuannya.
"Maaf, Pak, Bu, saya kemari cuma mau melihat keadaan Risa...," ujar Yudis berusaha sebaik mungkin untuk bersikap wajar dan sopan.
"Gara-gara kamu tahu gak Risa jadi kayak gini!" Pria itu masih meronta meski sudah berusaha dipegangi oleh sang istri. "Pulang kamu! Risa bukan Istri kamu dan jangan pernah datang lagi!" Emosinya sudah memuncak, dia bahkan sampai mengusir Yudis.
"Pak, jangan! Ibu yang minta dia kemari, semua salah Ibu! Tolong, Pak! Sekarang kita utamakan dulu kesembuhan Liana, biar dia ketemu dulu sama Yudis!" Wanita itu berteriak histeris saat sang suami hendak mengusir Yudis pergi.
Karena di ruang tunggu itu terjadi keributan, seorang perawat akhirnya keluar dari dalam ruangan dan menegur mereka semua untuk tenang agar lingkungan kondusif bagi pasien dan tidak mengganggunya pasien lainnya.
"Tolong, Pak, Bu, jangan bertengkar di sini!" Perawat itu menegur dengan keras.
"Iya, sus, maafkan Suami saya...," balas wanita itu meminta maaf.
"Hmph, saya minta ketertibannya ya, kalau tidak saya akan meminta satpam membawa kalian keluar," ujarnya dengan nada tegas dan kembali masuk ke dalam ruangan pasien.
"Pak, tenang ya, jangan terbawa emosi dulu. Liana butuh ketenangan." Wanita itu mengelus-elus dada suaminya untuk membuatnya merasa lebih nyaman dan tenang.
"Saya benar-benar kesal dengan anak ini!" Ia menggeram. Masih terlihat marah tapi lebih terkontrol kali ini. Pria itu pun akhirnya duduk dengan tenang bersama sang istri.
"Keluarganya Nona Liana, apa ada?" Seorang perawat lain keluar dari ruangan Liana dirawat.
Sontak ayah dan ibu Liana lekas berdiri dari tempat duduk, begitu pun Yudis yang ikutan berdiri secara reflek.
"Bagaimana keadaan putri saya?" Tanya ibunya Liana dengan tatapan khawatir.
"Anak Bapak dan Ibu sudah sadar, dan sekarang dia minta untuk bertemu dengan Yudis. Apa ada yang bernama Yudis?" Suster itu melirik ke sekitar. Ayah dan Ibunya Liana hanya saling memandang dengan ekspresi tegang.
"Saya Yudis," ujar Yudis yang kemudian berjalan mendekati sang perawat.
"Baiklah, silahkan masuk." Suster itu malah mempersilahkan Yudistira untuk masuk duluan ke dalam ruangan.
Sementara kedua orangtua Liana menunggu di luar dengan perasaan gelisah.
...----------------...
Yudis segera mengikuti langkah sang suster menuju ke ranjang Liana yang terbaring lemah tak berdaya. Wajahnya pucat, sorot matanya sayu, namun ia mengembangkan senyum saat melihat kedatangan Yudis.
"Kamu datang buat aku, Dis...?" Ujar wanita itu dengan secercah harapan terpancar dari sosoknya yang layu.
"An, tolong jangan lakukan hal yang aneh-aneh. Aku gak mau terlibat dan jadi disalahin sama orangtua kamu," ucap Yudis begitu berada dekat dengan Liana.
Ah, Yudis ternyata benar-benar kejam. Dia bukan tidak menanyakan keadaan Liana terlebih dahulu atau sekedar bertanya apa yang terjadi, tapi pria itu langsung meminta agar dirinya tidak dilibatkan ke dalam permasalahan yang Liana buat, seolah-olah semua ini dilakukan oleh Liana sendiri. Padahal Yudis dan Tiara mengambil andil yang besar atas kejadian hari ini dan pria itu tidak menunjukkan kepedulian atau pun empati.
"Bisa-bisanya kamu ngomong kayak gitu, Mas? Kamu tahu aku begini itu gara-gara siapa, hah?" Liana merasa sesak. Tangisnya perlahan mulai terdengar kembali.
"An, udah dong, jangan kayak anak kecil! Kenapa sih tindakan kamu impulsif!" Balas Yudis yang bisa dengan enteng bilang Liana impulsif.
"Aku impulsif? Kamu yang udah dorong aku kayak gini, Mas!" Isakan tangis wanita itu berubah menjadi emosi yang meluap. Ia mulai berteriak kepada Yudis.
Teriakan itu tentu mengejutkan semua orang yang ada di depan. Perawat juga orang tua Liana langsung masuk untuk mengecek apa yang terjadi.
Ternyata di dalam Liana sedang berteriak-teriak memakai Yudis yang berkali-kali meminta Liana untuk berhenti berteriak.
"Pak, mending Bapak keluar dulu deh," ucap si perawat langsung menarik Yudis keluar dari ruangan kamar Liana.
Yudis akhirnya dengan setengah diseret dibawa keluar dengan Liana yang masih berteriak memaki-maki nama pria itu.
"Udah, Bapak di sini aja dulu sampai pasien tenang," kata si perawat meminta Yudis menunggu. Kemudian perawat itu pergi entah kemana. Kayaknya sih dia mau meminta bantuan untuk menenangkan keadaan Liana.
Yudis yang merasa kesal karena kena dimarahi oleh Liana dan ayahnya secara bersamaan memutuskan untuk pergi saja dari sana tanpa ada rasa tanggung-jawabnya sama sekali.
Sementara Liana di dalam masih berteriak histeris melampiaskan emosinya dan menyebut Yudis tukang selingkuh dengan Tiara dan dia gak akan memaafkan mereka.
Ayah dan ibunya bahkan sampai kewalahan menahan Liana yang meronta. Tapi untungnya tak lama seorang dokter datang dengan beberapa perawat. Mereka segera mengambil alih tugas pasangan paruh-baya itu untuk menenangkan Liana.
Para perawat itu memegangi tubuh Liana dan dokter langsung memberikannya suntikan penenang. Hanya dalam sekejap obat itu bereaksi dan Liana tertidur kembali.
"Sok, anak saya kenapa?? Apa yang terjadi sama Liana?" Wanita itu tak dapat lagi menyembunyikan kecemasannya.
"Anak Ibu kayaknya mengalami depresi berat, jiwanya agak terguncang karena shock hebat. Biasanya ini bisa dilewati beberapa hari saja, tapi untuk beberapa kasus bisa sampai sebulan bahkan tahunan," jawab sang dokter menjelaskan mengenai kondisi Liana yang bisa mengamuk seperti tadi.
"Untuk sementara biarkan anak ibu istirahat dulu di sini, setelah lebih kuat bisa dibawa pulang. Saya permisi dulu, Bapak, Ibu...."
Dokter itu akhirnya meninggalkan ruangan bersama dengan beberapa orang perawatnya.
"Kita harus apa, Pak?" Kata wanita itu setelah pintu ruangan tertutup kembali. "Kasihan Liana...," ujarnya sambil menoleh ke arah Liana yang sudah tertidur pulas.
"Bapak juga gak tau, Bu..., anak itu selalu saja begitu, capek Bapak...." Pria itu menghela napas dalam-dalam.
"Ibu nemuin ini di kamar Liana, apa sebaiknya kita minta tolong saja ke dia?" Wanita itu menyerahkan sebuah kartu nama kepada suaminya.
"Dimas Setya...." Ia menatap kartu namanya itu, tampak tertarik.
"Dia psikolog, mungkin bisa bantu...," ujar wanita itu mencoba memberi masukan.
Apakah akan terjadi pertemuan lagi antara Liana dan Dimas, orang yang dulu pernah menolongnya saat pingsan dan mengantarnya pulang?
.
.
Bersambung....
dan saat nanti trbukti liana memang hamil.... jgn lgi ada kta mnyesal yg berujung mngusik ketenangan hidup liana dan anknya....🙄🙄
dan untuk liana.... brhenti jdi perempuan bodoh jdi jdi pngemis cinta dri laki" yg g punya hati jga otak...
jgn km sia"kn air matamu untuk mnangisi yudis sialan itu..
sdh tau km tak prnah di anggp.... bhkn km matpun yudis g akn sedih liana....
justru klo yudis km buang.... yg bkalan hidup susah itu dia dan gundiknya...
yudis manusia tak tau diri.... g mau lepasin km krna dia butuh materi untuk kelangsungan hidup gundik dan calon anaknya...
jdi... jgn lm" untuk mmbuang kuman pnyakit...