Dia memilihnya karena dia "aman". Dia menerima karena dia butuh uang. Mereka berdua tak siap untuk yang terjadi selanjutnya. * Warisan miliaran dollar berada di ujung sebuah cincin kawin. Tommaso Eduardo, CEO muda paling sukses dan disegani, tak punya waktu untuk cinta. Dengan langkah gila, dia menunjuk Selene Agueda, sang jenius berpenampilan culun di divisi bawah, sebagai calon istri kontraknya. Aturannya sederhana, menikah, dapatkan warisan, bercerai, dan selesai. Selene, yang terdesak kebutuhan, menyetujui dengan berat hati. Namun kehidupan di mansion mewah tak berjalan sesuai skrip. Di balik rahasia dan kepura-puraan, hasrat yang tak terduga menyala. Saat perasaan sesungguhnya tak bisa lagi dibendung, mereka harus memilih, berpegang pada kontrak yang aman, atau mempertaruhkan segalanya untuk sesuatu yang mungkin sebenarnya ada?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Daniel Yang Keras Kepala
Tiba-tiba,
DOK!
DOK!
DOK!
Suara pukulan keras mengguncang pintu kayu villa yang kokoh. Bukan ketukan. Tapi pukulan penuh amarah, keputusasaan.
"SELENE! SELENE, KELUARLAH! KITA BELUM BICARA! AKU MASIH INGIN BICARA DENGANMU!”
Suara itu. Suara Daniel. Melengking, penuh dengan emosi yang meledak-ledak. Suara itu membuat Selene membeku dan jantungnya berdebar. Gelas yang dia bawa bahkan hampir jatuh jika Tom tak mengambilnya.
Tom mengangkat kepalanya dengan lambat. Ekspresinya tenang tapi dingin. Ada kilatan waspada, seperti predator yang mendengar ancaman di wilayahnya.
"AKU TIDAK AKAN PERGI, SEL! AKU AKAN MENUNGGU DI SINI SAMPAI KITA BICARa! DAN … AKU AKAN MENUNGGU SAMPAI KAU BERCERAI DARI ORANG ITU!"
Selene menutup matanya, berusaha menahan rasa panik. ‘Tidak. Oh, Tuhan, tidak. Aku tak bisa membayangkan jika Tom marah besar,’ batinnya.
"PERNIKAHANMU TIDAK AKAN BERTAHAN! AKU TAHU ITU! KAU HANYA MENCINTAINYA KARENA UANGNYA! DAN PADA AKHIRNYA UANG ITU TIDAK AKAN CUKUP, SEL! CINTA PERTAMA AKAN SELALU MENANG!"
Tom dengan tenang meletakkan gelasnya. Gerakannya pelan, terkendali, tapi ada aura yang mengerikan yang mengelilinginya.
"Tunggu di sini," perintahnya, suaranya dalam dan jelas tak boleh dibantah.
"Tom, jangan—" Selene berusaha mencegah Tom, tapi kakinya tak berani melangkah.
"PERNIKAHAN KALIAN AKAN BUBAR! KAU AKAN SEGERA SADAR DAN KEMBALI PADAKU! KAU ADALAH CINTA PERTAMAKU, SEL! CINTA SEJATI! PRIA ITU TAK MENCINTAIMU!"
Teriakan terakhir itu batas terakhir kesabaran Tom. Tom menuju ke pintu. Kemarahan sudah menguasai wajah dinginnya.
Rahangnya mengeras, matanya tajam, dan aura kekuasaan kini menjadi ancaman.
Tom membuka pintu dengan cepat. Dan di depan pintu, berdiri Daniel. Wajahnya merah karena emosi.
Saat melihat Tom, Daniel malah mendongak, wajahnya menantang dengan berani. "Aku ingin bicara dengan Selene. Bukan denganmu."
"Kau sudah melewati batas," suara Tom terdengar datar, terlalu datar. Itu lah yang paling menakutkan. "Kau punya waktu tiga detik untuk pergi dari propertiku sebelum aku memanggil keamanan untuk menyeretmu pergi."
"Propertimu?" Daniel tertawa, tertawa getir dan nyaris histeris. "Segalanya tentang properti dan kekuasaan untukmu, hah? Termasuk istri? Kau membeli dia, kan? Berapa harganya? Aku bisa menawarnya lebih tinggi!"
Selene, yang sekarang berdiri di belakang Tom di ambang pintu, merasakan kata-kata itu akan memancing kemarahan Tom. "Daniel, tolong," desisnya, suaranya pecah. "Pergilah. Ini tidak—"
"Lihat, Sel! Lihat bagaimana dia mengendalikanmu! Kau bahkan tidak bisa bicara sendiri!" Daniel menunjuk ke arahnya. "Ini bukan cinta. Ini penjara. Dan kau akan bosan dengan penjara emas ini. Aku akan menunggu. Aku akan menunggu sampai kapan pun, sampai kau akhirnya bebas darinya. Aku tahu kau akan kembali. Pernikahan kalian tidak akan bertahan lama. Kau tidak bahagia, aku bisa melihatnya!”
Tom sudah di luar kendali. “Kau sialan—" geram Tom, dan sebelum Selene atau Daniel bisa bereaksi, dia melangkah ke depan.
Gerakannya cepat dan brutal, sangat terlatih. Bukan pukulan yang sembarangan, tapi sebuah pukulan yang keras dan tepat ke rahang Daniel.
BRUG!
Daniel terpelanting ke belakang, terhuyung-huyung, dan jatuh telentang di atas lantai kayu, tangannya menempel ke wajahnya yang sekarang sudah berdarah dengan cepat.
"TOM! TIDAK!" teriak Selene, gelombang panik datang.
Tapi Tom tidak selesai. Kemarahannya, yang telah lama ditekan sejak tadi, telah menemukan pelampiasannya.
Dia menghampiri Daniel yang masih terbaring kebingungan, berniat akan menghajarnya lagi.
Selene tidak berpikir lagi. Dia hanya bertindak cepat. Dia berlari, melewati ambang pintu, dan menerjang ke arah mereka, berusaha menempatkan dirinya di antara Tom yang marah dan Daniel yang terluka.
"Tom, hentikan! HENTIKAN!" Dia menempelkan tangannya di dada Tom, mendorong dengan semua kekuatannya.
pasti keinginanmu akan tercapai..