NovelToon NovelToon
Di Bawah Langit Yang Sama

Di Bawah Langit Yang Sama

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Kantor / CEO / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama / Mengubah Takdir
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Dinar

" Sekali berkhianat maka sampai kapanpun akan terus menjadi pengkhianat".

Begitulah kalimat yang menjadi salah satu sumber ujian dari sebuah hubungan yang sudah terjalin dengan sangat kokoh.

" Orangtua mu telah menghancurkan masa depanku, makan tidak menutup kemungkinan jika kamu akan menghancurkan pula anakku. Sebelum itu terjadi aku akan mengambil anakku dari hubungan tidak jelas kalian berdua".

Cinta yang sudah terbentuk dari sebuah kesederhanaan sampai akhirnya tumbuh dengan kuat dan kokoh, ternyata kalah dengan sebuah " Restu" dan "keegoisan" di masa muda adalah sebuah penyelesalan tiada akhir.

Berharap pada takdir dan semesta adalah sebuah titik paling menyakitkan secara sederhana.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

Pagi ini dengan semangat penuh mengawali hari yang sudah bisa dipastikan akan dihabiskan dengan tumpukan pekerjaan, tidak ada yang berubah disetiap harinya hanya ada target pekerjaan yang tengah menanti untuk diselesaikan oleh siapapun yang memiliki tanggung jawab.

Arga yang hari ini sudah memberi kabar kepada Liora akan bekerja diluar kantor seharian, tidak ada yang menjadikan keduanya salah paham karena saling memahami dan saling memberi kabar adalah kunci dari komunikasi tidak lupa untuk saling percaya satu sama lain.

Siang ini diruangan ber AC dipenuhi suara ketikan yang hampir berkahir, karena pekerjaan masih menumpuk sehingga keempat penghuni ruangan itu memilih untuk makan siang diruangan karena jam sudah berganti.

Liora kini memijat pelipisnya perlahan setelah menyelesaikan ketikan terakhirnya, mantap layar sendu yang tak pernah kunjung selesai diolah.

Terkadang dunia menuntut kita untuk terus bergerak, bahkan saat hati masih tertinggal di belakang untuk menyelesaikan hal yang belum selesai.

Arga yang sibuk dengan pekerjaannya begitupun dengan aku yang masih sibuk dengan pekerjaanku, tapi kami sudah dewasa dan saling memahami sehingga selalu mencari cara untuk menekan rasa salah paham yang bisa saja terjadi kapanpun.

Kesibukan bukan salah satu hal untuk kita saling melupakan, tapi bagaimana kita akan kembali pulang untuk saling mengobati rasa lelah yang melanda satu sama lain.

Ezra yang berada diseberang meja Liora kini tatapannya kosong, memikirkan sesuatu hal yang masih terlintas dipikirannya bahkan Ezra merasa hal ini belum dapat diterima oleh hatinya.

" Li, menurut kamu bagaimana arti dari sebuah kehilangan yang bahkan belum pernah dia miliki". Raka tiba-tiba saja mengeluarkan suaranya disebuah keheningan.

Seketika Liora mengangkat alisnya, tidak kalah dengan Nami dan Adit yang ikut mendengar kini menolehkan wajahnya seperti sebuah sensor alarm pergosipan yang otomatis aktif sendirinya.

" Ya Tuhan berat sekali ucapanmu Ezra, ehh bentar-bentar tapi kenapa tiba-tiba?". Bukan Liora yang menjawab justru Nami yang terlihat lebih ingin tahu.

" Aahh iya, pertanyaan kamu cukup berat Zra... Tapi kenapa tiba-tiba?".

Liora yang merasa tidak enak ikut menjawab pertanyaan Ezra yang memang ditunjukkan untuk dirinya.

" Aku juga tidak tahu, otakku tiba-tiba saja berpikir seperti itu... Kayak kamu merasa kehilangan sesuatu yang berharga bahkan dijaga dengan baik, tapi tiba-tiba saja kamu harus kehilangan padahal kamu belum memiliki sesuatu itu".

" Lah itu mah wajar kali Ezra... manusia kan suka baper sama hal-hal yang bukan miliknya ya kan, Dit?". Nami dengan sekenanya menjawab pertanyaan Ezra.

“ Lah... Setuju Nam numben amat Lo pinter. Orang kadang lebih gampang nempel sama hal yang berbau harapan meskipun terlihat samar-samar ". Adit kini ikut masuk kedalam obrolan siang ini setelah menutup pintu ruangan dengan tangan yang menenteng paper bag makanan.

" Bukan cuma harapan, terkadang kita kehilangan sebuah kemungkinan... Bahkan karena rasa kemungkinan itu hati kita merasakan sakitnya seperti sebuah kehilangan yang nyata". Ezra kini menatap layar dihadapannya dengan kosong.

" Tapi jangan salah kalau itu bisa nyakitin diri kita sendiri loh.. Meratapi sesuatu hal yang tidak pernah menjadi miliki kita? Untuk apa? Kan tidak pernah ada yang menjanjikan apapun tentang sebuah kemungkinan itu".

Seperti sebuah tamparan ucapan Nami kami ini membuat Ezra kembali pada fokusnya.

" Nam, tapi kadang pada kenyataannya perasaan itu tidak menggunakan logika, kadang orang bisa memiliki rasa sayang tanpa pernah memiliki, bisa marah tanpa disentuh dan bisa kecewa tanpa pernah dijanjikan apapun".

Kini sepertinya sebuah adu argumen ringan akan mewarnai siang hari dengan nasi Padang sebagai kudapan hangat yang menyempurnakan.

" Laahh salah sendiri kenapa harus berharap? giliran sakit hati nyalahin orang lain gitu? Aneh".

Ezra kini ikut duduk untuk bersiap menyantap makan siang mereka yang telah tersedia diatas meja.

" Tidak semua orang berharap, Nam. Kadang rasa itu muncul tanpa minta izin. Kita hanya berusaha untuk merelakan sesuatu yang bahkan tidak pernah bisa kita genggam".

Nami yang tidak ingin melanjutkan perdebatan ringan hanya bisa menghela nafasnya.

Keempatnya seketika terdiam seolah kini kesunyian adalah jalan ninja terbaik.

" Jujur saja pada diri sendiri mengakui jika kita sedang terluka, merasa kecewa bukan dengan berpura-pura kuat sampai pada akhirnya hati kita pecah dengan sendirinya". Liora kini mencoba menengahi kecanggungan siang ini.

" Dan jika itu menyangkut seseorang?". Ezra antusias.

" Komunikasi kuncinya, kadang luka yang paling dalam itu bukan karena sebuah kenyataan, tapi karena tidak pernah diakui oleh diri sendiri".

Nami kini menengguk air minumnya.

" Jadi intinya jangan memulai apapun jika tidak siap kehilangan?".

Liora tersenyum tipis setelah mendengar pertanyaan sang sahabat.

" Bukan begitu maksudku... Intinya siap atau tidak, kehilangan itu sebagian dari perjalanan dan proses kehidupan. Yang penting jangan menyakiti orang lain hanya untuk menenangkan rasa kehilanganmu sendiri".

Ezra dan Adit seolah terhipnotis dengan pernyataan Liora hanya bisa menganggukkan kepalanya, seolah menyadarkan dirinya kali ini. Ruangan kembali sunyi namun kini tidak lagi terasa hampa, seolah semua sudah selesai dengan perdebatan ringan yang sempat terjadi.

Kehilangan tanpa sempat memiliki mungkin terdengar seperti sebuah lelucon yang lucu... Bahkan orang bilang hal itu tidak perlu diratapi. Bagaimana mungkin kamu bersedih atas sesuatu yang belum pernah benar-benar menjadi milikmu?

Sebagian orang mungkin lupa jika hati tidak bekerja seperti laci inventaris yang hanya menghitung apa yang sudah digenggam.

Kadang, harapan saja sudah cukup untuk membuat kita merasa memiliki, bayangan saja mungkin bisa lebih nyata dari sebuah kenyataan itu sendiri.

1
Aksara_Dee
ini pedih banget deh
Dinar Almeera: 🤗🤗🥲 iya banget lagi
total 1 replies
Aksara_Dee
nah betul itu. Godaan dari Ezra memang lumayan berat ya
Aksara_Dee
Ezra, dia udah milik orang. kamu cari yg lain aja
Wang Lee
Iklan like Ken 👠👜🙏
Wang Lee
Bunga sekebon untukmu🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Wang Lee
Semangat dek..
Wang Lee
Justru aku yang akan jadi musibah
Wang Lee
Jangan hadir lagi iya...Aku udah bosan
Wang Lee
Aku Ngan merasa kok
Wang Lee
Sana rayu wanita lain saja..Najis aku mendengarnya🤣
Wang Lee
Ngak mempan aku dengan bujuk rayumu itu.
Wang Lee
Kok tanganmu kasar banget sih...
Wang Lee
Wajar apanya, menggangu tau
Wang Lee
Menjauh sana, jangan merusak pandanganku
Wang Lee
Apanya...
Wang Lee
Duh, bau kan liur mu...
Wang Lee
Jangan meludah sembarangan..
Wang Lee
Siapa yang suruh, aku ngak kan...
Wang Lee
Sana guling guling di tanah aja
Wang Lee
Siapa yang berpaling, monoleh pun aku tak mau
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!