Setelah kedua orang tuanya meninggal, Amy pindah ke Bordeaux -sebuah kota Indah di Prancis, dan berteman dengan Blanche Salvator yang ternyata merupakan anak dari seorang Mafia paling di takuti bernama Lucien Beaufort.
Dengan wajah yang karismatik, mata biru dan rambut pirang tergerai panjang, Lucien tampak masih sangat muda di usia 35 tahun. Dan dia langsung tertarik pada Amy yang polos. Dia mendekati, merayu dan menggoda tanpa ampun.
Sekarang Amy di hadapkan pilihan : lari dari pria berbahaya yang bisa memberinya segalanya, atau menyerah pada rasa yang terus mengusiknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tami chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak akan melepasmu
“Hari ini aku berangkat sekolah dengan Amy, Papa. Jadi Papa nggak usah mengantar,”ucap Blanche sambil mengolesi roti panggang dengan selai nanas.
“Non! Beberapa hari ke depan, Papa akan mengantarkanmu kemanapun kau pergi, Ache! Tidak ada perdebatan lagi!” ucap Lucien dengan tegas sambil menyeruput kopi panasnya.
Amy yang saat ini sedang sibuk di dapur, sempat melirik Blanche yang tampangnya mulai kesal –lagi. Huft, anak muda memang sangat labil. Amy terdiam, lalu menahan senyum di bibir. Gayanya sudah kaya jadi emak Blanche aja.
“Blanche? Kamu mau scramble egg?” Tanya Amy, berusaha mencairkan suasana.
“Nggak, aku nggak mau makan telur!” jawab Blanche sambil menggigit rotinya.
“Bagaimana dengan Anda, Monsieur? Anda mau scramble egg? Dengan sosis panggang?” Tanya Amy sambil tetap focus ke wajannya.
“Kelihatannya enak, aku mau Amy,” jawab Lucien sambil menoleh ke arah Amy yang sedang berada di dapur. Mereka saling tatap untuk sejenak dan tersenyum malu.
“Ihh! Kalian kaya pengantin baru aja! Senyam senyum, tatap-tatapan terus!” ketus Blanche.
Lucien tergelak, “nggak masalah, kan? Papa juga sudah lama sendiri, sepertinya Papa harus mulai mencari pasangan. Kalau Amy-“
“Non!” sentak Blanche dengan keras.
Mendengar penolakan anak gadisnya, Lucien langsung terdiam. “Kenapa?”
“Amy itu temanku! Selamanya harus jadi temanku. Kalau dia jadi istri Papa, dia pasti akan sibuk mengurus Papa dan tak mau main denganku lagi!” ucap Blanche beralasan. “Lagian nggak asik! Masa aku punya Mama yang seumuran denganku!” dumel Blanche sambil mengunyah rotinya.
Amy yang mendengar ucapan Blanche, tentu saja langsung shock. Sepertinya hubunganya dengan Lucien memang tidak akan mungkin berhasil! Terlalu banyak halangannya. Lagi pula Amy yakin, Lucien akan lebih memilih pendapat anak kesayangannya dari pada dirinya yang baru di kenalnya belum lama ini.
“Silakan, Monsieur,” Amy meletakkan piring berisi telor orak-arik dan dua buah sosis panggang –tepat di depan Lucien.
“Eh? Me-merci, Amy…” Lucien kaget dan meraih piring itu, namun entah dengan sengaja atau tidak –dia malah memegang tangan Amy. Dengan cepat Amy menarik tangannya lalu berjalan cepat menuju kursi yang sangat jauh dari Lucien. Dan mulai menikmati sarapan paginya.
Lucien memandang Amy sambil mendengus. Meladeni anak gadisnya yang ngambek, Lucien sudah biasa. Tapi kalau Amy yang ngambek, entah kenapa rasanya sangat berbeda.
“Amy? Kenapa kamu makan jauh sekali di sana?" Tanya Blanche yang heran dengan tingkah Amy.
“Eh? Aku? Nggak apa-apa, kalian mengobrollah dengan santai. Aku di sini saja,” jawab Amy dengan gugup. Dia pun segera menunduk untuk melanjutkan sarapannya.
“Apa kamu marah?’ Tanya Blanche lagi.
“Eh? Ma-marah? Untuk apa?”
“Karena aku nggak mau kamu jadi Mamaku?”
Amy terdiam, lalu buru-buru meminum teh hangatnya. “Ja-jangan suka bercanda,” jawabnya sambil tersenyum kaku.
“Kan, Amy juga nggak mau jadi istri Papa! Amy itu cantik, dia bisa mendapatkan lelaki muda yang lebih baik dari Papa. Lagi pula Papa sudah tua, pasti nggak akan bisa memuaskan Amy!”
“Uhuuk! Uhuuk!” Amy yang mendengar ucapan Blanche sontak tersedak dan terbatuk-batuk.
“Are you oke? Amy?” Tanya Blanche sambil menatapnya.
Amy meminum airnya –lagi sambil menganggukkan kepalanya.
“Siapa bilang?! Papa masih perkasa! Papa bahkan bisa memberikan lima bahkan sepuluh adik untukmu Ache! Asalkan Amy sanggup-“
“Uhhuuukkk! Ohok! Uhuk!” lagi-lagi Amy tersedak dan kembali meminum airnya, namun sayang air minumnya sudah habis.
Lucien tersenyum tipis, lalu segera mengambil gelas, mengisinya dengan air mineral hingga penuh, lalu berjalan mendekati Amy yang duduk di ujung meja makan. “Pelan-pelan saja makannya,” ucap Lucien dengan senyum nakalnya.
Amy melirik sinis pada lelaki paruh baya yang sudah terlihat sangat tampan pagi ini, “bisa nggak, kalian mengobrol aja tanpa membawa-bawa aku dalam obrolan kalian!” kesal Amy sambil meletakkan gelasnya dengan keras di atas meja.
Mendengar gebrakan keras itu, tentu saja Blanche dan Lucien terkejut hingga sedikit melonjak kaget.
Ayah dan anak itu saling tatap dengan pandangan ngeri.
“Sepertinya, Amy memang menakutkan jika di jadikan istri…” gumam Lucien sambil melirik anak gadisnya.
Blanche langsung melipat bibirnya ke dalam, menahan senyum lalu bergegas pergi –menyelamatkan dirinya.
Setelah Blanche pergi, Lucien langsung membungkukkan badannya dan berbisik, “aku bercanda, sayang. Semakin kamu galak, aku semakin suka dan tergoda…”
Pipi Amy langsung merona, lalu dengan kesal dia menjejalkan sosis panggangnya ke mulut Lucien.
“Kembali ke kursimu dan habiskan makanannya!” ketus Amy sambil menghela napas panjang dan kembali melanjutkan makannya.
Lucien menatap kekasihnya sambil menggaruk kepalanya –bingung. Dia belum tau bagaimana cara menyenangkan gadis ini agar nggak ngambek lagi. Tapi bagi Lucien, nggak ada yang sulit, apalagi mendapatkan hati gadis incarannya. Dia yakin, dia bisa membuat Amy lupa akan marahnya, lihat saja nanti.
***
“Papa akan jemput kalian siang nanti, jadi jangan pulang lebih dulu! Jangan pergi ke mana-mana! Ingat itu!” ucap Lucien sambil menatap anak gadisnya dengan tajam.
“Iya Papa!” jawab Blanche dengan malas-malasan.
“Ehm, Aku nggak perlu ikut, Monsieur. Aku akan tidur di asrama saja malam ini,” ucap Amy.
“Non!” jawab Lucien dengan tegas. “Kau harus ikut aku pulang!” bisiknya sambil menatap tajam ke arah Amy.
“Tapi…”
“Tidak ada alasan Amy!” sela Lucien. Dia menatap kaca spion luarnya dan melihat Blanche yang sedang berjalan ke belakang-menuju sekolahnya. Lalu dengan cepat Lucien menarik tengkuk Amy dan mengecup bibir Amy.
“Mo-monsieur!” pekik Amy kaget.
“Morning kiss,” jawab Lucien sambil mengedipkan sebelah matanya. “Dan ingat, saat tak ada orang di dekat kita, panggil aku Luce!” ingat Lucien.
“Aku nggak mau!” jawab Amy –rupanya dia masih kesal.
“Kenapa?”
Amy berdehem beberapa kali sebelum mulai bicara, “aku memutuskan nggak akan melanjutkan hubungan kita… monsieur… karena hubungan yang bermasalah, pasti nggak akan berjalan lancar… aku nggak mau menderita sendiri nantinya. Maafkan aku!” Amy membungkuk, lalu berlari meninggalkan Lucien yang masih terdiam karena shock.
Lucien menatap Amy yang tengah berlari kecil melalui kaca spion luar mobilnya, dan tersenyum miring. “Tak semudah itu menolak Lucien Beaufort, Amy… nggak akan aku biarkan apa yang sudah ku genggam terlepas lagi…” gumamnya lirih, lalu Lucien memakai kaca mata hitamnya dan mulai melajukan mobilnya meninggalkan area sekolah.
🤔🤔🤔🤔🤔
Semua akan indah pada waktunya..
Karma tidak akan salah tempat..
❤️❤️❤️❤️❤️
Jangan beri kesempatan pada lintah penghisap darah!!!
💪💪💪💪💪❤️❤️❤️❤️❤️